SAYLENA ARGANTA MAYMAC

271K 13.3K 844
                                    

Jangan lupa vote dan comen
Happy Reading

Kebahagianku adalah dirimu, kebahagiaan yang sungguh terasa begitu nyata.
Hingga aku tidak tahu lagi bagaimana menghilangkan kebahagiaan itu
__Alberic

"Abang Lena lusa pindah sekolah, tapi kenapa Caca harus pindah. Kalau Caca pindah nanti Lena nggak ada teman." Lena kini tengah berbaring dengan berbantal paha abangnya di sofa. Lena mencebikan bibirnya kesal karena sedari tadi abangnya tidak merespon celotehan Lena.

"Abang ih Lena dari tadi ngomong bukannya didengerin. Kesel ih, Lena ngambek sama abang!" Lena mengalihkan pandangannya ke layar plasma yang menayangkan kartun kesukaan Lena. Lena mencebikan bibirnya dan memalingkan wajah dari abangnya.

"Apa?" Dengan santainya Barca abangnya Lena, bertanya tanpa mengalihkan matanya dari siaran upin-ipin. Siaran kesukaannya yang selalu tayang di pagi, siang dan sore hari.

"Tau ah Lena ngambek. Nggak mau bicara lagi sama abang titik!" Lena hendak bangun namun pergelangan tangannya ditarik dan membuatnya kembali terbaring seperti semula.

"Kenapa Say? Maafin abang, kan abang lagi lihat kartun kesukaan abang," Barca menatap adiknya yang sedang kesal karenanya.

"Say sayang abang jangan ngambek," Barca mencolek-colek pipi Lena.

"Tau ah!" Ngambeknya.

Barca bangun dari duduknya membuat kepala Lena jatuh ke atas sofa. Ingin sekali Lena memaki, apakah setelah jatuh kecerdasannya akan hilang seketika? Atau lebih parah ia akan gegar otak? Membayangkannya saja sudah membuat Lena merinding. Barca pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua. Lalu kembali lagi dengan menggunakan jaket bewarna navy.

"Ayo!" ajak Barca, ia menarik tangan Lena yang kini tengah mengusap kepalanya akibat jatuh dari sofa.

"Kalau mau bangun itu bilang-bilang, kepala Lena jadi sakitkan, untuk gak amnesia." Kesalnya.

"Lebay banget, yaudah cepat mau ikut nggak nih?" Barca mengulurkan tangan kanannya.

"Mau kemana bang ih. Lena lagi ngambek," karena tak tahan dengan wajah gemas adiknya. Barca menugulurkan tangan satunya lagi dan mencubit ke dua pipinya.

"Ayo sekarang abang mau ajak Lena main, kemana aja terserah Lena kalau masalah uang jangan khawatir abang yang teraktir." Barca menaik turunkan kedua alisnya.

"Yeay sekarang Lena cinta abang! Coba daritadi gitu." Pekiknya senang.

Mereka'pun pergi dengan menggunakan motor kesayangan Barca. Motor yang hanya pernah ditumpangi oleh keluarganya saja. Bahkan sahabatnya tidak pernah diizinnkan olehnya untuk di kendarai.

Di perjalanan Lena tak henti-henti'nya berbica tentang temannya yang akan pindah ke luar negeri.

"Abang gimana nanti Lena di sekolah baru kalau Caca pindah? Nanti Lena main sendiri? Kalau diadakan main monopoli di sekolah atau main bola bekel di sekolah masa Lena main sendiri. Gak asik ah!" dumelnya tak henti-henti.

"Len, Caca pindah cuma setahun kok. Kata mamahnya juga itu nggak tentu. Caca pindah karena ayahnya dapat tugas yang mengharuskan keluarganya ikut kesana," Barca dengan sabar menjelaskan.

"Iya deh iya abang mah selalu benar, gak kaya Lena yang salah mulu di mata abang," Lena mengeratkan pelukannya. Ia menyandarkan kepalanya ke punggung Barca. "Lena sayang abang"

Tak lama motor yang di tumpangi mereka berhenti di depan sebuah mall. Lena terlebih dahulu turun, setelah itu disusul oleh Barca.

"Yuk masuk." Barca menggandeng erat tangan Lena. Membuat semua kaum hawa menatap iri ke arah lena.

ALBERICWhere stories live. Discover now