19 | ALBERIC

122K 6.6K 154
                                    

Jangan lupa vote dan komen
Happy reading

Lo itu candu bagi gue. Tanpa lo hidup gue mungkin kacau. Dan tanpa senyum lo hidup gue terasa hitam putih.
__Alberic

"Saya dok," lelaki paruh baya itu mendekat dan cukup membuat Adam dan Rina terkejut. Ya dia adalah Chandra ayah dari Eric, Eric pun sama terkejut mendengarnya. Hingga suara Chandra memecahkan kecanggungan tersebut.

"Golongan darah saya O+ juga dok." Jelasnya membuat empat orang yang kini masih ada di rumah sakit menatapnya penasaran.

"Yasudah sekarang Pak Chandara ikut saya ke ruangan laboratorium untuk cek darah. Apakah darah pak Chandra baik untuk pasien atau tidak." Chandra mengikuti Dokten Deni dari belakang. Ia menarik nafas lalu menghembuskannya. Hingga mereka sampai diruang laboratorium.

"Pak Deni saya ingin bicara sebentar." Chandra mendekat kearahnya membuat sang dokter menatapnya bingung.

"Ada apa pak?" tanya Deni. Ia takut jika ada masalah dengan pekerjaannya terlebih lagi yang kini ada dihadapannya pemilik rumah sakit tempatnya bekerja.

"Siapa nama pasien?" tanya Chandra membuat dokter semakin dibuat bingung.

Pak Deni tampak sedang berpikir. Hingga ia mengingat nama salah satu pasien yang kini terbaring disana. "Namanya Barca Archandra. Dia berumur 19 tahun." Jelasnya dengan dingin membuat Deni terdiam cukup lama.

"Pak ada apa memagnya?" tanya Deni penasaran.

"Setelah pengambilan darah. Saya minta anda untuk mencoba tes Dna saya dan pasien anda bernama Barca, dan anda jangan bilang kepada siapapun walaupun itu keluarganya sendiri. Saya juga minta hasil secepatnya." Jelasnya membuat Deni membelalakam matanya.

"Ba__baik pak," setelah itu Chandra melakukan pengambilan darah untuk di donorkan kepada Barca, entah siapa dia tetapi Chandra merasakan sesuatu yang aneh jika melihatnya.

×××××

"Bunda gimana sama abang? Abang baik kan? Abang gak kenapa-napa kan?" Lena, kini ia sudah berada di pelukan sang Bunda. Sedangkan Eric? Ia duduk di sebelah Adam ayah Lena.

"Bunda abang memangnya kenapa? Lena gak tahu, abang kenapa." Rina memeluk Lena dengan erat.

"Abang kamu gak apa apa Lena, doakan saja yang terbaik." Rina mengelus surai rambut Lena.

Sedangkan disisi lain kecanggungan sedang melanda Adam dan Eric. Eric tampak gusar dengan penampilan yang sudah tidak karuan.

"Ekhem," deham Adam untuk memecahkan kecanggungan, Eric menoleh.

"Eric, terima kasih sudah jaga Lena. Apa sebaiknya jika Eric pulang dulu untuk mengganti baju. Ini sudah larut."

"Tapi Lena Om,"

"Jangan panggil Om panggil saja ayah," Adam tersenyum dan mengusap rambut Eric.

"Tapi Eric udah punya ayah," Eric menunduk, ia mempunyai seorang ayah namun ia tak pernah menganggap keberadaannya.

"Gak apa-apa, nak Eric ganti baju dulu nanti kesini lagi." Adam melihat Eric yang kacau tersenyum. "Terima kasih udah khawatir ya,"

Setelah itu Eric bangkit, "yasudah ayah Eric pulang dulu. Assalamualaikum,"

"Waalaikumsallam,"

ALBERICWhere stories live. Discover now