47 | ALBERIC

95.1K 4.5K 478
                                    

Jangan lupa Vote dan komen
Happy Reading

Salahkan ego yang tak memilihmu, jangan salahkan hati, karena hati tempatnya dimana orang selalu menyakiti
-Alberic

Saat jam pelajaran, guru yang sebarusnya mengajar sedang tidak masuk. Semua murid yang berada di kelas Lena bersorak-sorak heboh. Karena baru pertama kali pelajaran yang mereka musuhi yaitu matematika tidak ada guru. Mungkin mereka harus mengadakan syukuran tujuh hari tujuh malam. Tetapi berbeda dengan Lena, ia di panggil kepala sekolah untuk ke ruangannya. Lena pun bingung, pasalnya ia tidak pernah melakukan kesalahan apapun.

Sesampainya di ruang kepala sekolah, Lena disuruh duduk di kursi yang sudah di sediakan. Pak Herman atau kepala sekolah Sma Darmantara menatap Lena.

"Kamu kan orang yang waktu itu hilang saat camping?" tanya Pak Herman.

"Iya pak emang kenapa? Ayah sama Bunda udah tahu ya?" Lena menunduk. "Lena takut,"

Mata Pak Herman mengernyit. "Takut kenapa?" tanya Pak Herman. "Kamu emang gak lapor orang tua?" Lena menggeleng. Pak Herman menghela nafasnya.

"Tapi kamu harus bilang Lena, bagaimanapun mereka itu orang tua kamu." Saran Pak Herman.

"Nanti juga mereka tahu, tapi kalau pelakunya udah ketangkep Lena bakalan lapor. Lena gak mau pekerjaan mereka keganggu cuma karena masalah sepele kayak begini." Lena tersenyum tulus, Pak Herman berfikir jika anak perempuan di depannya ini sangat baik.

"Tapi pak tolongin Lena buat nyari pelakunya. Lena juga kemarin bohong ke Bunda kalau Lena itu cuma jatuh di tengah hutan saat camping. Lena mohon bapak bisa bantu Lena," Lena menangkupkan kedua tangannya.

"Terus kalau udah ketangkep, mereka bakal kamu masukin penjara? Atau kamu balas perbuatan meraka?" tanya lagi pak Herman.

"Lena cuma bakalan kasih nasehat aja gak lebih, Lena juga tahu kalau mereka itu masih anak sekolah, Lena gak mau kalau masa depan mereka hancur cuma gara-gara Lena," ucapan Lena membuat Pak Herman membeku di tempat, ia berfikir tidak adakah rasa dendam dihatinya? Mengapa? Anak ini terlalu baik untuk di sakiti.

"Oke bapak akan bantu kamu, sekarang kamu boleh kembali ke kelas," Lena mengangguk. "Permisi," setelah itu Lena pergi keluar dari ruang kepala sekolah.

'Jaman sekarang masih ada anak yang sebaik Lena,' Pak Herman geleng-geleng kepala dengan senyum yang mengembang.

×××××

Bel istirahat berbunyi Eric masih terduduk di kelasnya. Ia terpaksa tidak bolos dan mengikuti pelajaran, karena sebentar lagi Eric akan menghadapi ujian nasional. Seseorang datang dari ambang pintu, Eric mengira itu Lena karena Lena akan kekelasnya dan makan bersama di belakang sekolah. Tetapi itu bukanlah Lena, karena Lena mana mau menghampirinya langsung ke mejanya.


"Eric kantin bareng yuk!" ajaknya.

Eric mendongak, senyuman terbit di bibirnya. "Bianca,"

Bianca pun tersenyum. "Yuk nanti keburu nganti,"

Eric mengangguk dan bangun dari duduknya. "Yuk!" Eric menautkan jarinya ke jari Bianca. Ke enam teman Eric yang mendengar dan nelihatnya hanya mendengus kesal. Alta pun yang duduk di samping Jo melihatnya tersenyum miring.

'Kalau gini lebih mudah buat Thio dapetin Lena,'

Di sepanjang jalan Eric dan Bianca tertawa dan bercanda ria, hingga Eric tak peduli lagi dengan satu janji penting bersama Lena. Eric pikir toh nanti juga Lena akan memakan bekalnya sendiri, sekarang Eric ingin istirahat bersama dengan Bianca.

ALBERICWhere stories live. Discover now