53 | ALBERIC

149K 5.9K 509
                                    

Jangan lupa Vote dan Komen
Happy Reading

Menjauh bukan berarti melupakan. Tetapi mengistirahatkan hati yang sempat terluka. Menghindar bukan berarti membenci. Tetapi belajar agar kita tidak jatuh ke lubang yang sama
-Saylena

Eric pergi ke kantin sekolah, ia sedang malas untuk belajar, disana sudah ada keenam sahabatnya yang menatapnya dengan tatapan yang berbeda-beda. Eric duduk di tempat biasa, yaitu di tengah-tengah mereka. Eric mengambil rokok dari kantong celananya dan menyalakannya dekan korek api, setelah itu ia menghisapnya.

"Udah puas bikin cewek bodoh itu nangis?" ucapan menyindir itu berasal dari mulut Mike, semua yang ada di meja itu menatap Eric was-was karena takut tiba-tiba Eric menghajarnya. Sedangkan Mike, ia tetap fokus dengan ponselnya.

Eric hanya diam tak menanggapi ucapan Mike, karena percuma jika membalasnya kalau itu hanya akan mengundang amarah.

"Punya mulut gak sih," Mike mulai menyulut emosi Eric bekas berantemnya dengan Thio tadi pagi.

"Bisa diam gak sih lo!" bentak Eric membuat satu meja kantin tersebut langsung terdiam. "Kalau berani jangan ngomong doang, langsung maju ke lapangan. Adu jotos disana jangan kayak cewek yang bisanya cuma adu mulut!" gertak Eric kesal.

"Udah-udah lo pada jangan berantem!" Jo ikut nimbrung.

"Minta maaf lo sama Lena," titah Deval

"Buat apa? Penting gak?" tanya Eric dingin.

"Udah woi!" lerai Farel.

Terlihat dari jauh Lena dan Yuka berjalan ke arah kantin, wajah Lena terlihat lesu sedangkan Yuka terlihat seperti biasa, ceria. Mereka berjalan memasuki kantin dan pergi ke penjual minuman. Mereka begitu saja melewati geng Eric begitupun Lena yang sedari tadi hanya mengangguk menatap sepatunya.

"Mampus di cuekin!" Frans terkekeh pelan.

"Lena gak pernah cuek sama gue! Mungkin dia takut. Kalo gitu gue bakal buktiin." Eric bangun dari duduknya dan menghampiri Lena dan Yuka. Yuka yang melihatnya hanya mendengus kesal. Sedangkan Eric langsung menatap wajah Lena.

"Kenapa lo gak sapa gue?" tanya Eric penuh penekanan.

Lena hanya mengangguk dan ia pun teringat dengan perkataan ibunya semalam.

"Kalau misalkan dia bukan cowok baik-baik tinggalkan jangan di pertahankan, karena disini yang di pertaruhkan adalah perasaan," Bundanya menatap Lena dengan penuh kelembutan. "Kamu harus belajar menjauhi dia, jangan pernah menyapanya jika bertemu, ataupun menatap matanya jika berjumpa."

Ya Lena mengingatnya. Lena menarik nafas dalam-dalam. Lalu menghembuskannya. "Maaf Lena cuma cewek bodoh, gak ada hak buat sapa Eric." Setelah itu Lena berlari meninggalkan Eric yang hanya mematung.

Deg

"Kenapa gue seakan gak terima dibilang kayak gitu? Harusnya gue bahagia dong." Gumam Eric. Masa bodo.

×××××

Istirahat kali ini Lena di panggil Pak Herman ke ruangannya. Lena juga bingung ada apa, tetapi ia tetap pergi kesana. Sebelumnya ketiga sahabat Lena menawarkan diri untuk menemaninya namun Lena menolaknya dengan halus. Sesampainya disana Lena terkejut karena didalam sana ada Alexa, Annabelle, Chintya. Mereka bertiga seniornya.

Lena duduk di depan Pak Herman begitupun dengan Alexa dan yang lainnya.

"Lena, mereka itu orang yang bikin kamu celaka," ucapan to the point Pak Herman membuat Lena terkejut. Ia menoleh-menatap Alexa dan keduanya.

ALBERICWhere stories live. Discover now