21 | ALBERIC

118K 6.2K 51
                                    

Jangan lupa Vote dan komen
Happy Reading

Gue gak pernah berbohong sama orang yang gue cintai. Walau itu kejelekan gue sekalipun, karena gue akan berusaha jujur agar lo bisa selalu percaya sama gue.
__Alberic

"Ucapkan selamat tinggal pada dunia Alberic," desis Thio.

"Ck, gue gak bakal pernah ucapin kata-kata gila itu." Decak Eric.

Bambang maju dan menyerang Eric, begitupun dengan anak Asgarda yang lain. Mereka menyerang Eric bertubi-tubi tanpa henti. Thio yang melihat itu tertawa keras. Bambang yang sedari tadi menahan emosi menyerang Eric tanpa ampun hingga satu pukulan berhasil mendarat di pipi kanan Eric.

Salah satu anak Asgarda menendang perut Eric, membuat Eric tersungkur, dengan cepat Bambang menghampirinya, berjongkok dan setelah itu menahan tangan Eric dengan duduk di punggung Eric, setelah itu ia mengeluarkan sebuah pisau lipat.

"Apa kata-kata terakhir lo Alberic?" Bambang mengeluarkan smirknya.

"Gak ada kata-kata terakhir." Eric memelintir tangan Bambang dan membalikannya sehingga Bambang yang kini ada di bawah.

Dari belakang Eric ada anak Asgarda yang membawa balok kayu. Dan hendak memukul Eric namun satu serangan menggagalkan pemukulannya membuatnya mendesis pelan.

"Kalian?" Eric menatapnya bingung.

"Gue gak bisa biarin lo terluka Ric. Kita selesaikan ini secara imbang." Setelah itu mereka berenam berpencar dan menyerang lawan masing-masing.

Eric melawan Bambang, Thio dan ada lima anggota Asgarda, sedangkan Farel dan yang lainnya melawan sisa dari anggota Asgarda. Eric melawan mereka dengan membabi buta, tetapi terkadang Eric harus menerima beberapa pukulan yang membuat wajahnya memar.

Thio mengambil pisau lipat dari saku celananya secara diam-diam. Eric yang melihat pergerakan kecil dari Thio hanya terdiam seakan tidak mengetahuinya, tetapi diotaknya memiliki rencana yang cukup cerdik. Thio mendekatkan pisaunya ke arah leher Eric tetapi dengan cepat Eric membalikan pisaunya hingga mengenai pinggang Thio. Thio meringis kesakitan hingga darah segar mengalir membasahi kaos abu-nya.

Eric tersenyum miring hingga Bambang menggeram kesal karena temannya terluka. Bambang menendang perut Eric namun Eric hanya membalasnya dengan senyum miringnya. Eric mengambil ancang-ancang untuk memukul Bambang, dengan cepat Bambang memelintir tangan Eric sampai tangan Eric berada di punggungnya. Bambang menendang punggung Eric membuat Eric tersungkur. Bambang tersenyum sinis. Setelah itu kelima anggota Asgarda memegangi kedua tangan Eric, Thio dan Bambang memukuli Eric hingga luka lebam terdapat dimana-mana.

Salah satu tan Eric menyadari Eric yang babak belur. Ia mendekat dan memukul anak Asgarda satu-satu hingga tersisa Thio dan Bambang. Yap! Yang membantu Eric itu Farel dan Mike. Farel melawan Thio sedangkan Mike melawan Bambang. Dan tak lama Arie, Jo, Frans, dan Deval menghampiri mereka dan membantu Eric untuk berdiri.

"Lo sakit gak Ric?" tanya Jo saat melihat keadaan Eric.

"Gak, ini cuma luka ringan," setelah itu Eric bangkit walaupun dengan tertatih-tatih.

Geng Asgarda sudah kalah, dan kemenangan ada di tangan Ragonda. Eric dan keenam sahabatnya pergi ke rumah sakit untuk menemui Lena dan abangnya, persetan dengan penampilannya sekarang.

Eric memacu kendaraannya dengan kecepatan diatas rata-rata, keenam sahabat Eric pergi mampir ke warbel, sedangkan Eric ia pergi ke rumah sakit.

Tak butuh waktu lama, kini Eric sudah sampai di depan rumah sakit Darmantara. Disana ia memarkirkan motornya dan masuk untuk menemui Lena. Saat Eric sampai di depan pintu, ia mengetuknya dan membuka pintunya, disana ada Lena dan Barca yang tengah menonton televisi bersama.

"Hai bang, hai Lena." Sapa Lena.

"Hai Eric," Lena membalasnya dengan ceria.

"Hai Ric," balas Barca dengan senyumannya.

"Gimana bang keadaannya?" tanya Eric, ia mendekati Lena dan Barca.

"Baik-baik saja, eh tapi muka lo kenapa bonyok?" Barca menatap Eric intens dan Lena menatapnya sambil meringis.

"Eric habis tawuran?" tanya Lena.

"Lo beneran tawuran Ric? Baru aja gue sembuh, eh lo tawuran lagi," ucapan Barca membuat Eric tersenyum tipis.

Lena beranjak dari duduknya dan menghampiri Eric. "Pasti sakit ya?"

Lena menghampiri lemari yang berada di samping tempat tidur pasien, disana Lena mengambil kotak P3K, dan setelah itu ia kembali menghampiri Eric. Dan? Oh iya Lena melupakan sesuatu, air hangat. Lena mengambil sebuah baskom air yang di khususkan untuk pasien, dan mengisisnya di dispenser dekat televisi dengan air hangat. Lena mengambil sapu tangan dari dalam tasnya, dan mencelupkannya ke air hangat.

Setelah itu Lena menempelkan sapu tangan itu di luka lebam Eric sesekali Eric meringis. Barca yang melihat itu hanya tersenyum. "Serasa jadi nyamuk gue," gumam Barca.

Lena mengambil hansaplas dan obat merah untuk luka Eric. Setelah semua selesai Lena menyimpan barang-barangnya kembali ke tempatnya.

"Eric tadi darimana?" tanya Lena.

"Ehm tawuran Len," itulah Eric dia tidak pernah berbohong kepada orang yang dicintainya.

"Jangan tawuran mulu Eric, Lena udah bilang kalau tawuran itu gak ada manfaatnya." Nasihat Lena.

"Tapi kalau gue tawuran, kan ada lo yang obatin gue," ucapan Eric membuat pipi Lena memerah.

"Ekhem woi inget disini masih ada gue," Barca si pengganggu suasana membuka suaranya.

Lena dan Eric menatap Barca, "bang lo sendirian disini?" tanya Eric.

"Ada Lena, terus Bunda sama Ayah lagi beli makanan di luar. Kenapa emang?" tanya Barca.

"Gue mau ajak Lena main ke luar. Bolehkan?" Eric meminta izin kepada Barca untuk pergi keluar bersama Lena, istilahnya sih kencan.

"Kencan maksud lo?"

"Iya," balas Eric singkat.

"Gak apa-apa sih, tapi tuh bocah belum gue kasih makan." Barca menunjuk Lena dengan dagunya.

Lena mencebikan bibirnya. "Emang Lena ayam,"

Eric mengacak rambut Lena. "Gak apa-apa kan bang?" tanya Eric memastikan.

"Ouh selow gak apa-apa kok. Yang penting Lena harus kembali dengan keadaan sehat walafiat. Luka sedikit saja, gue bakal bunuh lo," ancaman Barca membuat Eric terkekeh pelan.

"Iya iya makasih Lena-nya, gua izin pinjam ya." Barca menggenggam tangan Lena erat.

"Emang Lena barang? Ish kenapa sih abang sama Eric itu sama-sama nyebelin. Kalau gitu gak mau main sama Eric," Lena kembali mencebikan bibirnya.

Barca tertawa mendengarnya sendangkan Eric menatap Lena penuh harap. "Lena cantik, manis, ayolah main yuk sama Eric," Eric mengingat dulu dimana ia haru membujuk saudara laki-laki di rumah neneknya.

"Sayang, ayolah nanti Eric beliin banyak makanan sama apapun terserah Lena. Eric yang traktir." Mendengar kata traktir, mata Lena langsung menatap Eric.

"Beneran?" tanyanya memastikan.

Eric mengangguk mantap.

"Gitu dong dari tadi. Kalo masalah traktir Lena semangat. Yuk kita berangkat, abang Lena mau main sama Eric. Terus Lena mau di traktir juga sama Eric. Abang disini ya sendiri, makannya abang jangan kelamaan jomblo. Yaudah abang cepat sembuh ya, kan kalau abang sembuh abang bisa traktir Lena lagi. Dah abang," setelah itu Lena mencium pipi kanan Barca sekilas membuat Eric menatap Barca tajam.

Barca yang di tatap seperti itu oleh Eric tersenyum lebar melihat Eric yang cemburu dengan Lena walaupun itu hanya bersama abangnya saja.

Eric menggandeng tangan Lena dan membawanya keluar untuk pergi kencan.

A/N : Hai kalian ketemu lagi dengan author yadong tingkat medium. Eh btw kalian share cerita ini ke teman teman kalian ya, ke pacar, gebetan, mantan, selingkuhan, tetangga, teman, suami, atau oppa yang ada di korea.

ALBERICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang