2015 : 01

1.9K 181 10
                                    

Read, vote, comment, might as well follow me! Rencananya cerita ini mau aku ikutkan ke wattys 2018, jadi... mohon dukungannya, agar cerita ini bisa tembus. thanks!


---


Jogja, Maret 2015, pagi menjelang siang hari


Mata Kia menerawang mengamati lalu lalang kendaraan di Jalan AM Sangaji sebelum memasuki halaman depan SMA-nya. Kali ini dia berangkat dengan menggunakan TransJogja karena motornya kehabisan bahan bakar. Kia bisa saja mengisinya, namun keuangannya sedang menipis dan dia belum mendapatkan jatah bulanan dari ibunya. Namun, yang terpenting adalah dirinya memenuhi undangan reuni akbar itu untuk sekadar srawung dengan teman-teman lamanya sebagai sarana pelepas stress di tengah gempuran deadline skripsi dari sang dosen.

Saat Kia menampakkan diri di hadapan teman-teman SMA-nya, mereka langsung berteriak heboh dan memeluknya. Kia sendiri tertawa senang melihat keceriaan yang tidak berubah di wajah mereka.

"Kok kamu nggak berubah sih? Masih senang pakai sepatu kets!" komentar salah satu temannya yang bernama Silvi.

Kia tertawa. "High heels bikin pegel, cyin, mendingan pake yang nyaman aja. Masih untung aku nggak pakai sandal Swallow lho ini!"

"Kamu nih, nanti nggak ada cowok yang mau, lho."

"Percaya deh yang baru aja tunangan," cibir Kia. "Aku juga lagi nggak nyari, kok. Masih skripsi ini. Buat apa cepet-cepet?"

Teman Kia yang lain, Julian, menyeringai. "Kamu sih nggak perlu nyari, ya? Kan udah ada Rei."

Mendengar itu, Kia mendelik dan teman-temannya yang berkumpul di situ mendadak kepo.

"Lho, kamu akhirnya pacaran sama Rei, Ki?"

Kia menggeleng, membuat mereka makin bingung.

"Terus kok..."

"Jul," panggil Kia, "kenapa kamu bisa ngomong begitu?"

"Pasangan cincin paja punya Rei nggak ada. Waktu kutanya, dia bilang ada di kamu, Ki," terang Julian takut-takut.

Kia mengusap wajahnya kasar. Dia baru ingat kalau Julian juga taruna angkatan darat, sama seperti Rei. Dia bahkan memakai seragam itu. Tentu saja Rei akan memberitahu Julian tentang ini, secara dia adalah sahabat dekat taruna yang hampir setahun lalu melamarnya itu. Tidak pernah terbersit dalam pikirannya bahwa Rei bisa sebocor ini, padahal Kia belum memberikan jawaban atas lamaran itu.

Nafas kesal dihelanya. Bukan maksudnya untuk menggantungkan lamaran Rei. Sebenarnya dia sudah menjawabnya, dan itu adalah tidak. Namun, Rei yang sudah lama menyukai Kia tidak terima begitu saja dengan penolakan sang gadis pujaan. Setiap kali Kia menegaskan penolakannya atau mengungkapkan keinginannya untuk mengembalikan cincin paja itu, Rei langsung mengalihkan pembicaraan dan menganggap bahwa lamarannya masih digantung. Selalu seperti itu. Puncaknya, hari ini Julian berkata seakan-akan Kia sudah benar-benar bertunangan dengan Rei. Ingatkan Kia untuk mengembalikan cincin paja itu kepada Rei nanti!

"Eh, emang cincin paja apaan? Kenapa emang kalau pasangan cincin paja punya Rei ada di Kia?" tanya Silvi bingung.

Julian mendadak salah tingkah. "Emm... anu... itu..."

"Kalau aku udah kasih pasangan cincin paja punyaku ke Kia, itu artinya Kia calon istrinya calon perwira," ujar sebuah suara yang tiba-tiba saja nimbrung.

Rei, dengan pakaian santai namun tetap sopan, menghampiri Kia untuk menekankan telunjuknya ke pipi Kia dengan gemas. Kia memutar bola matanya bosan.

TraveloveWhere stories live. Discover now