2018 : 02

1K 94 3
                                    

ouch tadi wp sempet error ._. maaf baru post hari rabu ini ya.

siapa yang kangen rei? nih kasih~~~

read, vote, comment, bantu benerin typo juga boyeeeh ^^

enjoy!


---



Surabaya, Maret 2018, malam hari


Dirga membukakan pintu begitu terdengar suara bel. Dilihatnya sang adik berdiri di depannya, terlihat lesu dan seakan kehilangan gairah hidup. Mungkin itu hanya imajinasinya yang berlebihan, tapi Dirga betul-betul melihat raut wajah Kia yang seakan sedang terganggu oleh sesuatu.

"Ada yang nempelin kamu?" tanyanya.

Kia mendongak untuk menatap mata kakaknya. Dia mengernyit bingung. "Nempelin gimana?"

"Itu tuh, 'nempel'," jelas Dirga seraya menggerakkan kedua jari di masing-masing tangannya membentuk tanda petik.

Tidak butuh waktu lama bagi Kia untuk mencerna maksud sang kakak. Dia menepuk tangan Dirga sedikit kesal. "Setan mana yang berani nempelin Kia, deh?" gerutunya. "Ah, ngomong-ngomong, assalamu 'alaikum. Maaf lupa kasih salam."

"Wa 'alaikum salam," balas Dirga. Kemudian dia memperhatikan adiknya yang melangkah masuk dengan gontai ke rumahnya. Keningnya mengerut. "Habis kulineran kok malah lesu?"

"Ngantuk," sahut Kia cepat. "Rio dan Mbak Hera udah tidur?"

"Udah dari tadi."

Kia memasuki kamar tamu untuk menaruh tasnya dan mengambil handuk. Beberapa saat kemudian dia melongok dari pintu kamar. "Kok Mas Dirga masih melek?"

"Mas sendiri baru selesai ngetik laporan," jawab Dirga. "Kamu mau mandi dulu?"

Kia mengangguk tanpa suara. Dia segera masuk ke kamar mandi yang terletak hanya di samping kamar tamu yang ditempatinya, meninggalkan Dirga yang masih bertanya-tanya alasan Kia berwajah murung.

Dengan guyuran air shower yang menimpa ujung kepala hingga kakinya, Kia memikirkan apa yang tadi dia alami. Bram bilang dia pernah hampir menikah dengan orang yang akun Instagramnya muncul ketika akan mengikuti akun Bram. Dia sangat mengenal pemilik akun Instagram tersebut, yang tidak lain adalah kakaknya sendiri.

Bram pernah berniat menikahi Fay.

Kia tertawa miris. Sungguh tidak disangkanya bahwa dunia ini begitu sempit. Rupanya laki-laki asal Semarang yang pernah dekat dengan Fay, yang diceritakan oleh Bunda, adalah kekasihnya sendiri. Ada segelintir perasaan seperti dicubit ketika dirinya mengetahui kebenaran tersebut. Tapi, di sisi lain Kia tidak heran jika Bram memiliki masa lalu seperti itu. Bram sudah berada di usia yang sangat matang untuk menikah. Mungkin malah terlalu atau kelewat matang. Sementara itu, Fay waktu itu hampir membuat Bunda putus asa karena tidak menunjukkan tanda-tanda akan menikah. Apakah saat itu Fay sedang menunggu kesiapan Bram?

Entahlah, Kia malah pusing memikirkan hal itu. Tapi semakin dia melupakan, semakin kuat otaknya bekerja, mengulang penjelasan Bram tadi.

Kami nggak pacaran, tapi memang sempat serius. Hanya saja, nggak jodoh. Ada beberapa kendala, dan akhirnya dia menikah dengan orang lain.

Setelah itu, Kia tidak lagi menanyakan apa-apa. Sate klopo yang tersaji pun jadi tidak menarik lagi di matanya. Mungkin selera makan Bram juga berkurang sedikit karena harus mengungkit cerita yang telah lalu. Bram dan Kia makan dalam diam. Tidak satupun dari mereka berdua angkat bicara selama makan, dan alasannya bukan karena tidak ingin tersedak. Kia tahu itu. Barulah selesai makan, mereka kembali berbicara, namun hanya karena Bram hendak mengantar Kia pulang ke rumah Dirga.

TraveloveWhere stories live. Discover now