2018 : 06

1K 90 12
                                    

selamat tahun baru 2019!

etapi di Travelove linimasa nya masih 2018 wakakakak

gimana tahun baru kalian? semoga menyenangkan, ya ^^

nih kukasih hadiah update terbaru travelove!

nggak bisa dibilang hadiah juga sih, wong emang udah hari selasa juga hahaha

seperti biasa, read, vote, comment, dan bantu aku benerin typo ya :)

enjoy!


---


Perjalanan dari Jakarta ke Semarang, April 2018, malam hari


Dalam perjalanan dengan bus kembali ke Semarang, Bram hanya terdiam. Terkadang mengangguk, menggeleng, atau tersenyum lemah untuk menanggapi saat orang di sebelahnya mengajaknya mengobrol atau bertanya. Agar tidak terus-terusan diganggu oleh orang tersebut, Bram mendengarkan musik dari ponselnya. Ketika daya ponselnya melemah, dia memilih untuk tetap memasang earphone-nya dan berpura-pura tidur. Kejahatan dalam bus masih sering terjadi, sehingga Bram hanya memejamkan mata namun tetap terjaga agar barang-barangnya yang hanya sedikit itu juga aman.

Pada awalnya dia memang berencana mengunjungi Kia saja untuk meminta penjelasan, kemudian langsung pulang. Dia memang menyiapkan satu stel pakaian yang bisa dia kenakan jika ternyata harus menginap. Pakaian itu memang dipakainya meskipun tidak jadi menginap, karena telah basah kuyup terkena hujan saat berjalan dari gedung Wartawara ke terminal.

Satu hal yang tidak Bram sangka adalah bahwa dirinya akan pulang dengan perasaan hampa. Hampa, dalam arti hampir tidak bisa merasakan apa-apa. Bahkan merasa lapar pun tidak, padahal orang yang duduk di sebelahnya di bus itu dapat mendengar dengan jelas suara keroncongan yang berasal dari perut Bram. Orang itu menawarkan makanan kepadanya, namun Bram menggeleng dengan senyum lemah. Mengerti bahwa Bram tidak ingin diganggu, orang tersebut akhirnya juga ikut diam sampai bus tiba di Semarang.

Saat itu, setelah Kia mengatakan kebenarannya, Bram bungkam. Dia benar-benar terkejut dengan fakta bahwa Kia adalah adik Zakiyya, atau Fay. Dalam hati, dia merutuki dirinya sendiri atas kebodohannya. Semua sudah jelas, tapi mengapa hal seperti itu saja Bram tak dapat membacanya?

Jika diingat lagi, wajah Fay dan Kia memang sedikit mirip. Mungkin satu dari mereka mirip almarhum ayahnya, dan satunya lagi mirip ibunya. Bram tidak tahu yang mana. Tapi, pandangan mereka soal menikah sedikit banyak mirip. Menikah ketika semua cita-cita yang hanya perlu dicapai seorang diri telah tercapai. Sepertinya Fay telah meraih semua cita-citanya sehingga dia akhirnya menikah, sementara Kia masih terikat oleh kontrak setahun dengan Wartawara. Entah setelah itu Kia akan melakukan apa.

Menikah? Dengan orang yang pernah berniat menikahi dan dekat dengan kakaknya sendiri?

Bram menghela nafas panjang. Jika dirinya ada di posisi Kia, misalnya ada mantan pacar Baim yang tidak diketahuinya kemudian dekat dengannya, tentu dia akan berpikir berulang kali untuk menikahinya. Belum lagi Kia pasti tidak yakin jika Bram benar-benar mencintainya. Kia pasti mengira cinta Bram kepadanya didasarkan kemiripan antara dirinya dengan Fay.

Bram mencengkeram dada kirinya. Entah mengapa, di situ terasa sakit sekali. Sudah berapa lama dirinya tidak merasakan sakit semacam itu? Dia mengenal rasa sakit ini, namun tidak pernah dia menginginkan sakit itu datang lagi sejak bertemu dengan Kia. Dari detik pertama Bram memantapkan hati untuk terus bersama gadis itu, dia memang sudah siap menjalani rintangan yang akan menghadang; mungkin perbedaan usia yang jauh, jarak yang juga jauh, hingga perbedaan sifat masing-masing.

TraveloveTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon