2018 : 01

1.1K 111 5
                                    

maafkan telat! gara-gara nonton fantastic beasts dan terlarut dalam euforianya jadi lupa mau nerusin ._.

tapi, akhirnya tahunnya baru ya! setelah 12 kali update tahun 2017 mulu, sekarang mulai masuk 2018. yehet ohorat~

read, vote, comment, bantuin benerin typo. okeokeoke? ;)

terima kasih kepada kamu yang sudah ikut menyemarakkan vote & comment ya ^^ cerita ini nggak diprivate jadi siapapun boleh baca tanpa harus follow, tapi boleh lho follow aku #promosi #tetep

so, enjoy!


---


Surabaya, Maret 2018, malam hari


Kia sedang berada di Surabaya untuk meliput destinasi wisata yang ada di sana. Ketika menginjakkan kaki di Surabaya, Kia terkesima dengan tata kotanya yang rapi meskipun termasuk metropolitan. Dia sering sekali mendengar sepak terjang wali kota Surabaya, tapi baru kali ini dia benar-benar menyaksikan betapa rapi dan indahnya kota tersebut.

Ditambah lagi, dia tidak perlu menginap di hotel karena menumpang di rumah kakak laki-lakinya, Dirga. Kia bisa bermain dengan keponakannya, Rio, serta memasak bersama Hera. Meskipun waktunya hanya singkat—dia berada di Surabaya hanya untuk meliput—namun setidaknya dia tidak terlalu merasa asing di kota besar ini.

Rio tidak begitu familier dengan Kia karena sudah lama tidak bertemu, tapi bisa dengan cepat akrab dengan tantenya itu. Kia memang sangat menyukai anak kecil, terlebih para keponakannya. Ditambah lagi, dia mendapati bahwa Hera tengah mengandung anak kedua.

"Belum ngabarin semuanya, baru kamu aja yang tahu karena kebetulan lagi di sini," kata Hera dengan senyum lebar sembari mengelus perutnya yang masih rata. "Nanti deh, atau besok baru ngabarin Bunda dan Bapak Ibu."

Kia ikut tersenyum mendengar itu. Keponakannya akan bertambah.

"Nggak apa-apa, yang penting Mbak Hera dan si dedek sehat selalu," ucap Kia yang segera diamini Hera.

Dirga yang baru saja keluar dari kamar mandi pun tiba-tiba nimbrung. "Tuh, Mas aja anaknya udah mau dua. Kamu kapan nikah?"

Melihat sorot jail di kedua mata Dirga, Kia menggeretakkan giginya kesal sementara Hera menghela nafas. Mungkin dia sudah kenyang dengan banyolan-banyolan tidak bermutu suaminya.

"Mas..." Hera mengingatkan.

Dirga cengar-cengir tanpa merasa bersalah sama sekali, padahal Kia sudah cemberut.

"Maaf, maaf," katanya, masih dengan cengiran.

"Minta maaf kok nggak ada nada menyesal babar blas," sungut Kia.

"Lagian, kamu juga pasti suatu hari nanti menikah. Kan udah ada yang melamar, to? Mas dibilangin Bunda sih beberapa waktu lalu," kata Dirga.

Kia berdecak kesal. "Bunda sebar-sebar rahasia gitu, sih?!"

"Ya nggak apa-apa kali, kan Mas juga butuh tahu gimana kabar kamu dan Mbak Fay selama Mas jauh dari kalian. Bagus kalau kamu sudah menemukan orang yang benar-benar tepat buat kamu, kan? Daripada sama Rei kamu banyak ragunya, kata Bunda dan Mbak Fay kamu lebih cocok sama yang ini."

Senyum terbit di wajah Kia. Hera yang duduk di sampingnya menepuk-nepuk bahu adik iparnya dengan bangga.

"Ngomong-ngomong, Rei sekarang di Surabaya, lho. Kamu udah tahu?" tanya Dirga.

TraveloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang