2017 : 05

1.4K 110 3
                                    

Read, vote, comment. Bantu benerin typo dan kalau follow aku, it will be appreciated!

beneran di akhir hari selasa ya ini wqwqwq

enjoy!


---



Perjalanan Kereta dari Jakarta Menuju Jogja, Juli 2017, pagi menjelang siang hari


Kia masih terpaku oleh kata-kata Bram barusan. Otaknya sibuk mencerna dan menelaah maksudnya, seolah Bram berbicara dalam bahasa alien. Tapi untuk bertanya kepada Bram tentang maksud dari kata-katanya itu, lidah Kia mendadak kelu.

Saat akhirnya ia sedikit memahami situasi, dadanya membuncah.

Mirip seperti saat Rei melamarnya dulu; senang, tapi ada yang terasa janggal. Ini... betulan? Bram mau pendekatan?

Kia menumpukan sikunya di dekat kaca jendela dan menopang dagu dengan tangannya seraya mengerutkan kening. "Mas bercanda?"

Bram menggeleng kuat. "Kenapa saya harus bercanda kalau bisa serius?"

"Saya baru ketemu Mas, lho."

"Setelah sebelumnya pernah ketemu di Gili Trawangan," timpal Bram.

"Itu tiga tahun lalu, lho. Saya nggak pernah ketemu dengan Mas lagi setelah Gili Trawangan. Jadi... ini terlalu mendadak."

Bram mengulas senyum. "Saya bukan lagi nembak kamu, lho. Saya cuma bilang, saya mau serius deketin kamu dan saya nggak perlu minta izin untuk itu. Tapi, saya nggak akan memaksa. Kalau kamu menolak, silakan bilang dari sekarang dan saya akan mundur."

Mendengar itu, jantung Kia seperti hendak jatuh dari ketinggian. Dia tidak mengerti mengapa rasanya tidak rela jika Bram harus mundur. Ah, gimana sih? Tadi saja dia menyangsikan Bram. Kenapa sekarang malah ia terkesan seperti haus belaian begitu?

"Saya nggak ngerti," kilah Kia, kembali menghadap ke depan.

Bram terkekeh. "Mencoba menghindar?"

"Saya nggak menghindar," bohong Kia.

"Is this how you play?" tanya Bram dengan mencondongkan tubuhnya ke arah gadis itu. "Nggak masalah. Karena saya nggak main-main, saya juga nggak akan menyerah segampang itu. Ayo kita lihat, siapa di antara kita yang akan kalah."

Kia menoleh dan memicingkan matanya. "Apa kita lagi main game? Lagi tanding sepak bola? Nggak, nggak ada menang atau kalah, ya. Siapa tahu sebetulnya Mas Bram cuma menyembunyikan cincin, lalu modusin saya persis om-om kurang kasih sayang dari istri?"

Kontan Bram tertawa mendengarnya.

"Atau jangan-jangan," Kia meneruskan, "sebenarnya Mas Bram duda?"

Bram bertepuk tangan pelan, menjaga agar suaranya tidak mengganggu penumpang lain. "Imajinasi kamu keren juga. Bisa tuh, kamu jadikan novel. Tapi sayangnya... salah semua."

Kia meneliti Bram dari atas ke bawah. Keningnya berlipat-lipat. Tebakannya salah semua? Jadi Bram ini masih single? Tunggu dulu, single bukan berarti betul-betul single, kan?

"Paling TTM-nya yang banyak. Ya, kan?"

"Tampan-tampan Menawan? Oh, kalau itu sih saya," celetuk Bram dengan mata yang berkilat jail.

Kia mendengkus jijik. "Apaan sih? Norak amat!"

Bram terkikik. "Kia, Kia. Kamu parnoan amat sih? Saya serius mau deketin kamu. Toh saya single, kamu juga single. Nggak salah, dong, kalau saya punya niat mendekati kamu? Lagian kamu juga bukan anak kecil lagi, jadi seharusnya sudah legal untuk menikah, kan?"

TraveloveWhere stories live. Discover now