2017 : 01

1.5K 112 4
                                    

telat lagi. hahaha! aku jadi sering lupa kalau udah hari selasa >.< maapkeun!

as usual, read, vote, comment ya. kalau bisa kasih tahu mana aja yang typo. thanks!


---


Jogja, Mei 2017, siang hari


Kia menghela nafasnya dengan kasar. Dia tidak tahan dengan ramainya kerumunan pencari kerja ini, Meskipun gedungnya luas, tapi tetap saja dia harus berjubel dengan banyak orang dengan tujuan yang sama dengannya. Sumpek, panas, dan gerah.

Tapi setidaknya, Kia sudah menyelipkan berkas lamaran—yang kebanyakan cuma minta CV—ke banyak perusahaan. Kebanyakan perusahaan itu berkantor di Jakarta, tapi biarlah, toh bundanya tidak akan sendirian banget. Fay juga masih tinggal di Jogja karena pekerjaannya yang memang bertempat di Kota Gudeg ini.

Dirga sudah menikah dan tinggal di luar Jogja. Fay juga akhirnya menikah, namun masih tinggal di Jogja. Bundanya juga sudah mengatakan padanya untuk tidak ragu melamar pekerjaan di luar Jogja, selama tetap mampu menjaga diri dan memilih teman yang baik.

Masalahnya, sudah setahun mencari kerja, masih saja belum ada perusahaan yang meliriknya. Sudah menjalani tes rekrutmen di beberapa perusahaan BUMN namun belum rezeki; pernah sekali gagal di tes kesehatan karena kebiasaan buruknya yang suka minum kopi dan makan makanan yang pedas dan berminyak. Baiklah, itu memang kesalahannya. Kadang juga sudah tahap wawancara dengan user, tapi entah kenapa gagal.

Untung saja setahun ini dia juga tidak pernah sepi job. Berkat koneksi, dia banyak terlibat dalam tim asesmen untuk penjurusan di beberapa SMA dan tim rekrutmen beberapa perusahaan. Miris memang, di mana dia sering memandu jalannya psikotes dalam rangka rekrutmen, dirinya sendiri belum direkrut.

Yah, mungkin motivasinya harus diubah sedikit. Dia berupaya mencari kerja demi mendapatkan gaji yang penuh, karena selama bergabung dengan tim asesmen maupun rekrutmen, paling tinggi dia hanya mendapatkan lima ratus ribu. Seringkali uang yang didapatnya langsung ludes dipakai untuk membeli kebutuhan pribadi, bahan masakan (entah kenapa, Kia jadi senang memasak sekarang), dan buku bacaan yang menarik. Pekerjaan freelance-nya itu juga menuntut dirinya untuk tampil lebih cantik, alias pakai make-up, sehingga sekarang alat dandan masuk ke daftar kebutuhan pribadi.

Padahal sebelumnya, mana pernah dia pakai bedak. Pakai moisturizer saja Sheila yang selalu gemas dengan kekucelan Kia sudah sujud syukur.

Adalah Sheila yang mengajari Kia berdandan. Mulai dari melukis alis, pakai eyeliner, dan tentu saja merekomendasikan merk mana saja yang tahan lama dan mudah diaplikasikan. Melukis alis masih sulit, tapi setidaknya sekarang Kia sudah bisa memakai eyeliner tanpa harus meluber ke mana-mana.

Saat ini, meskipun Kia masih ogah dandan, tapi dia juga ingin bisa dandan setiap hari alias punya pekerjaan yang tetap. Aji yang baru saja lulus di awal tahun kerap mengajaknya ke job fair seperti ini dan nasibnya tidak jauh beda dengan Kia. Teman-teman yang lain juga begitu, namun mereka kebanyakan malah membuka usaha sendiri. Kia dan Aji yang memang tidak terampil apa-apa, memilih untuk mencari pekerjaan, seperti sekarang ini.

"Capek, Ki?" tanya Aji sambil menyodorkan air mineral kepada Kia.

Kia menerimanya, menggumamkan terima kasih dengan senang hati. "Banget," keluhnya sebelum menenggak air mineral tersebut. "Masukin ke mana aja?"

"Nggak kehitung," ujar Aji. "Aku apply kerjaan yang kriterianya dari semua jurusan juga."

Kia manggut-manggut.

TraveloveOnde histórias criam vida. Descubra agora