2017 : 08

1.3K 98 1
                                    

oh, aku nggak lupa kok. cuma memang hari selasa banyak urusan, jadi baru bisa upload hampir jam 1 dini hari. maaf ya >.<

read, vote, comment. ikut benerin typo sok atuh ^^

enjoy!


---



Semarang, Oktober 2017, pagi hari


Akhir pekan adalah hari yang sibuk bagi cuci motor dan mobil milik Bram. Kebanyakan adalah pekerja kantoran dan mahasiswa yang memang baru memiliki waktu luang di hari Sabtu dan Minggu. Semasa dirinya masih bekerja, dia juga sama. Kadang malah motornya bisa tidak dicuci selama tiga bulan atau lebih karena sibuk bekerja. Kalau ada waktu luang, jelas dia akan mendaki gunung bersama teman-temannya. Sepulang dari pendakian, tentu dia akan beristirahat.

Di bidang usaha yang bergerak di bagian pelayanan seperti cuci motor dan mobil ini, kehidupan Bram seolah berbalik. Kini dia lebih banyak bekerja di akhir pekan dan luang di hari biasa. Hampir tidak ada teman yang bisa diajaknya hangout di hari biasa, dan dia justru lebih sering menolak ajakan main dari mereka di akhir minggu. Tapi, jika itu adalah harga yang harus dibayar untuk membangun kehidupannya kembali, dia siap.

Hanya saja, dia belum terlalu sukses dalam menyamakan ritme kehidupannya sekarang dengan milik Kia. Kekasihnya itu sedang berjuang menyelesaikan bulan terakhir pelatihannya, dan entah mengapa malah jadi semakin sibuk. Tidak jarang sesi telepon mereka berakhir dengan telinga Bram yang mendengar jelas suara dengkuran halus Kia. Pernah hal itu terjadi dalam lima hari berturut-turut. Bukannya marah, Bram malah menghabiskan beberapa menit setelahnya hanya untuk mendengar Kia mendengkur. Di satu sisi dia kasihan, namun di sisi lain dia merasa lega karena akhirnya sang kekasih bisa istirahat juga.

Bram bukan tipe laki-laki yang akan terus mencari kekasihnya. Dia tahu Kia sibuk, sehingga dibiarkannya Kia menelepon jika sudah menemukan waktu luang. Gadis itu juga sama. Di saat para gadis akan ribut 'meneror' pasangannya jika tidak dikontak, bagi Kia yang penting dalam sehari setidaknya ada kabar dari Bram meskipun hanya sekali saja. Tidak perlu tiga kali sehari—emangnya minum obat, Bram ingat Kia pernah menyeletuk begitu—karena toh, mereka masih berstatus 'pacaran'.

Sebetulnya Bram merasa lumayan kesepian. Perasaan itu membuatnya berjengit karena dia tidak pernah tahu bahwa ternyata dia bisa merasakan hal seperti itu. Selama ini dia baik-baik saja dengan status lajangnya. Lajang yang memang lajang; tidak terlibat secara romantis dengan seorang pun. Namun sejak ada Kia, urgensi untuk selalu merasakan presensi gadis itu mendadak muncul. Kia mungkin tidak tahu, tapi setiap dia mengirim pesan sesederhana halo saja, Bram bisa menghela nafas lega yang tidak disadarinya tertahan sejak pagi.

Dulu, Bram sangat menyukai akhir pekan. Sekarang pun masih, namun seperti hari biasa, dia baru dapat benar-benar menghubungi Kia di malam hari. Reaksi gadis itu? Biasa saja. Kia sudah sangat paham mengenai usaha Bram yang makin berkembang itu.

"Nggak apa-apa nih, kalau saya telepon kamu bisanya malam?" suatu hari Bram bertanya.

"Nggak apa-apa, lah. Lagian dari pagi sampai sore kan bisa saya pakai buat istirahat dan nonton drama," begitu alasan yang dikemukakan Kia.

Belum pernah dalam hidupnya, Bram mencemburui drama-drama favorit Kia.

Akhirnya, cuci motor dan mobilnya tutup pada pukul delapan malam. Para karyawannya sudah pulang, dan Bram sendiri juga akan kembali ke rumah. Kios cuci yang di rumah juga sudah tutup. Bram akan memeriksa laporan dari kedua cabang sesampainya di rumah... sembari menghubungi Kia.

TraveloveWhere stories live. Discover now