24. Jati diri Arania

4.1K 202 9
                                    

Qalbie POV

Seminggu ini aku tinggal disini, dipesantren. Aku tak menyangka bisa tinggal disini. Disini sangat menyenangkan, aku bisa punya banyak teman selain maryam.

Aku tahu aku harus pergi dari sini, namun ada sesuatu yang membuatku mencegah untuk pergi. Tapi kenapa? Sebelumnya aku tidak pernah merasakan hal yang seperti ini. Seakan ada sesuatu yang belum dituntaskan.

"Assalamu'alaikum kak?" Suaranya terdengar seperti suara Nabilla.

"Kakak tidak sedang melamun lagi kan?" Tanya nya dari luar, sambil mengetuk pintu.

"Wa'alaikum salam, Tapi sepertinya kakak memang sudah selesai melamunnya bil" Ujarku sambil membuka pintu.

"Kak maaf ya mengganggu jam tidur kakak, sebenarnya billa cuma penasaran saja kak. Yang tadi pagi kakak ucapkan sungguh membuatku tidak konsen. Aku sangat khawatir padamu kak, kakak selalu melamun dan itu tidak baik. Mungkin dengan kakak bicara padaku, inshaa allah aku ada solusi buat kakak. " Ujarnya panjang lebar, membuatku menghela nafas sekejap. Langsung saja ku ajak Nabilla untuk masuk dan duduk disampingku.

Aku menghela nafas lagi " Mungkin disini kau yang selalu melamun dan khawatir yang berlebihan terhadapku Nabilla. "

"Aku hanya tidak tahu harus berbuat apa selama ini. Aku lupa bagaimana rasanya bahagia, bahkan selama ini aku hanya bisa tersenyum dan bahagia untuk menutupi semua kepahitan hidupku. "Lanjutku.

" Kau pasti terkejut billa, ya kau pasti tidak menyangka bahwa aku seorang mualaf "

" Ka.kak se.or.ang mu..mualaf " Gugup nabilla. Ekspresi nya menunjukkan bahwa ia tidak percaya pada apa yang aku ucapkan barusan.

" Ya, aku akan mengatakan semuanya padamu billa. Tapi kau harus berjanji bahwa kau tidak akan pernah memberi tahu pada orang lain, selain orang yg memang berhak tahu. " Nabilla hanya mengangguk.

Aku menghela nafas. " Maka dengarkan sampai selesai. Jangan memotong ucapan ku. "

***

"Nabilla kau harus tahu, bahwa namaku bukanlah Qalbie khoirunnisa, tetapi Arania tunisa albert. Jangan marah, aku tidak bermaksud menipumu. Aku hanya ingin mengganti namaku, sesuai keinginanku ketika telah membaca kalimat syahadat. Kau tahu billa, waktu itu aku berumur 10 tahun dan aku baru kelas 6 SD, keluargaku beragama Nasrani. Aku memang lahir di indonesia, lebih tepatnya dibandung, karena waktu itu ayah sedang bekerja diindonesia.

Setiap aku berada di sekolah, maupun dikelas aku memang tidak mempunyai teman karena mereka bilang agamaku berbeda dengan mereka, namun hanya satu orang yang menganggapku teman, kau tahu siapa namanya? Aisyah. Ya namanya Aisyah, dilihat dari namanya, sudah pasti beragama Islam kan.

Aku dan Aisyah dulu sering bersama dan bercerita banyak hal. Aisyah sering bercerita tentang serunya kisah para nabi dan rasul yang menyiarkan agama islam padaku dan aku selalu mendengarkan setiap ceritanya. Bahkan sudah menjadi cerita favorite-ku. Tapi saat Aisyah menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW. aku semakin tertarik akan agama Islam. Aku semakin haus akan keingintahuanku pada agama islam.

Dan disaat umur ku yang ke 11, aku mendapatkan hadiah berupa kado dari Aisyah. Kau tahu apa isi kado itu billa? Kado itu berisi kain panjang berwarna hijau, warna kesukaanku. Di dalamnya terdapat secarik kertas, yang tertulis.

Minggu, 05 maret 2009

Assalamu'alaikum ara
Barakallahu fiumrik ara semoga kau selalu sehat dan tetap semangat ya.
Aku sungguh salut padamu, semoga kau selalu berada dijalan yang benar ya. Oh iya, aku lupa memberitahumu hal yang penting menurut agama islam. Meskipun kamu sudah tahu banyak tentang agama islam, namun apabila kau belum mengucapkan kalimat syahadat kamu masih jauh Ra. Apabila kamu sudah yakin pada jalan yang kamu pilih, maka pilihlah tanpa perlu ragu. Aku akan selalu ada didekatmu, dihatimu.
Apabila kau sudah yakin dengan apa yang kau pilih, maka tanya kepada guru agama ataupun pada ustadzah yang dulu pernah mampir kerumahku, waktu kita sedang bermain.

Permata Yang Tersembunyi✅[ Belum Revisi ]Where stories live. Discover now