28. Cinta Dalam Ikhlas

3K 138 0
                                    

"Siapa yang tahu takdir akan membawamu menuju ke medan perang sebuah kehidupan, dimana hidupmu yang menjadi taruhan apabila kau tak menghadapinya secara sabar dan gigih."


***

Masih disudut pandang Farhan ya.

-----

Aku masih belum percaya atas semua yang ku alami saat ini. Merasa asing dengan keadaan yang saat ini ku hadapi, bukan aku ingin menyangkal semuanya. Namun aku hanya ingin memberi waktu hatiku untuk menerima semuanya.

Menerima sahabat yang ternyata dia adalah kakak kandungku dan menerima semua perasaan cintaku yang tak pernah sampai, secara ikhlas.

Memang aku harus belajar lagi untuk mengikhlaskan. Harapan memang tak selalu menjadi nyata. Terkadang harapan hanyalah mimpi yang memicu adrenalin saja.

Aku sempat berpikir, kenapa aku sangat payah dalam urusan cinta. Aku salah dengan menyepelekan sebuah rasa. Mungkin ini sebuah pertanda bahwa aku harusnya lebih dekat dengannya, dengan yang maha pemberi rasa bukan dengan yang diberi titipan sebuah rasa.

Aku terdiam beberapa saat, kini suasana angin malam selalu menjadi hal favorit setelah habis sholat.

"Han... ente masih mikirin hal tadi?"

"Astaghfirullah zan ente ngagetin terus. Seharusnya ente bilang salam dulu"

"Hehe iya, afwan afwan, oh iya ane bingung kenapa ente gak ikut pulang sama abang ente?"

"Kalau soal itu ane cuma mau tinggal disini lebih lama aja. Emangnya gak boleh ya zan?"

"Tentu saja boleh. Ane cuma mau tahu itu aja sih. Hehe"

"Mungkin minggu depan ane pulang kerumah bang Ar,  zan."ujarku yang hanya dibalas dengan anggukan Farzan.

"Oke han, bakalan kangen nih ane sama ente han"

"Lah, hahaha ya nanti ane bakalan sering kesini kok. Oke ane mau tidur dulu ya zan. Assalamu'alaikum"


-----------------------------------

Di tempat lain, dalam sebuah perjalanan panjang terdapat sepasabg insan yang saling bercakap cakap didalam mobil.

Terlihat Arshad dan Qalbie. Mereka duduk dalam diam. Canggung

Suasana hening untuk beberapa saat, hingga Arshad mulai bersuara.

"By, ayo kita pulang kerumah"tanya dengan suara tersendat dan pelan. Sambil tetap fokus melihat kedepan.

Qalbie yang merasa aneh mendengar ucapan Arshad seketika bengong mencermati setiap ucapan yang keluar dalam mulut Arshad.

"Sejak kapan mas Arshad manggil aku gitu sih? Jadi geli dengernya dan aku kayaknya bakalan tinggal di kost an dulu deh mas. Aku masih agak canggung"jawabnya dengan canggung.

Arshad yang mendengar jawaban Qalbie langsung berbalik menatap Qalbie dan berkata"Kenapa? Kalau aku salah maafin aku"ucapnya sambil fokus kembali menyetir.

"Aku sudah maafin kamu kok mas. Tapi aku juga butuh waktu. Tolong ngertiin aku juga."Qalbie berpaling dan kini dia hanya menatap bangunan bangunan yang tinggi dari samping.

"Baik kalo itu mau kamu, tapi jangan sungkan untuk pulang kerumah. Aku akan selalu menantikanmu kembali kerumah."

"Waktu yang akan menjawab"ujar Qalbie lagi

" aku mau jujur sama kamu. Aku ingin hidup bersamamu sampai akhir hayat hidupku sampai maut memisahkanku. Aku ingin selalu berada didekatmu. Selalu bersamamu. Jangan pernah tinggalkan aku lagi"ungkapan Arshad membuat hati Qalbie menghangat. Namun dia tidak ingin jatuh kedua kalinya.

Biarkan hatinya yang memilih kemana yang ia inginkan. Qalbie mencoba untuk mengikhlaskan perasaan yang akan menuntunnya kemana.

Sekarang ia akan mengikuti kemana ia ditakdirkan.


~~~~~~~~

Assalamu'alaikum
Saya kembali, maaf up nya lama lagi:( mungkin nanti aku akan merombak ulang cerita nya lagi supaya nyambung kayak kereta gak kayak jalan berbelok.

Maaf untuk up yg sekarang tidak memuaskan:(

Wassalam

Permata Yang Tersembunyi✅[ Belum Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang