35. Kehilangan

4.4K 127 4
                                    

Semua didunia ini tidaklah kekal, kecuali atas kehendak allah dan setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati, sebagaimana Allah SWT berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ 
kullu nafsin zaaa'iqotul mauut

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati..."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 185)

***

Aku terdiam beberapa saat setelah kejadian 7 hari yang lalu. Semua yang selama ini aku dan mas Arshad dambakan kini telah pergi. Aku sempat berpikir bahwa semua ini salahku yang tidak bisa menjaga bayi yang bahkan belum lahir kedunia.

" dek, jangan sedih. Ingat allah lebih menyayangi nya, makanya  ..."

" mas, kemana ayah sekarang? " ujarku memotong ucapan mas Arshad.

" mas juga gak tahu ayah kemana"

" mau ikut mas ke acara nikahan nggak?" ujar mas Arshad lagi.

" siapa yang nikah mas?" tanyaku yang membuat mas Arshad menyodorkan sebuah undangan berwarna merah hati. Di sana tertera nama daffa dan nabila.

" lah mas ini kan undangan buat adek, kenapa mas yang bilang begitu? Seharusnya adek yang ngajak abang."

" hehe, biar adek gak sedih terus, kan sedih nya menular sampai ke abang dan akhirnya abang jadi khawatir juga kan"

" gombalan receh abang gak mempan"

" biar gak mempan juga, asalkan bidadari abang gak sedih:)"

" ayo bersiap sebentar lagi mau akad, kasian kan teman adek yang mau nikah itu"

" gak nyangka ya mas, mas daffa sama nabilla berjodoh." ujarku sembari mengingat kenangan dulu dipesantren.

" ya siapa yang tahu soal jodoh kecuali allah dek. Abang sempat berpikir kalau daffa adalah rival abang dulu, saat adek masih di kampus." ujarnya mengingat masa lalu.Aku hanya tersenyum sedikit membayangkan bahwa dulu aku juga sempat menaruh hati pada mas daffa. Memang, siapa yang tahu soal jodoh selain allah.

Setelah kurang lebih setengah jam kami bersiap, kami segera berangkat ke bandung lebih tepatnya ke pesantren yang dulu sempat ku singgahi.

Disana terlihat sangat ramai, ku lihat pengantinnya sudah ada di pelaminan. Ahh aku terlambat datang, pengucapan ijab qabul sudah dilaksanakan. Langsung saja ku hampiri mereka berdua bersama mas Arshad.

" assalamu'alaikum ya akhi" salam mas Arshad mendahuluiku. Aku hanya tersenyum menatapnya, dan hanya dibalas senyum tipis juga.
Kulihat dia kembali melihat kearah depan, bercakap cakap ria bersama mas Daffa.

Aku kini mulai merasa kepo dengan pertemuan mereka hingga kepelaminan, makanya aku langsung mengajak Nabilla buat bicara semuanya.

" ayo cerita" ujarku membuat Nabilla tersenyum jahil. Ayolah aku tahu senyum itu, dia pasti tidak akan bicara mudah.

" hmm.. Bicara apa kak?" ujarnya dengan senyum jahilnya.

" kenapa kamu bisa nikah sama Mas Daffa?" tanyaku to the point

" loh kakak udah kenal ya?" tanyanya bingung

" dia kakak tingkat dikampus" jawabku yang langsung dibalas hanya dengan kata 'oh' saja.

" hmm cerita ya?" ujar nabila lagi setelah tahu alur cerita yang ingin kutanyakan.  Ujarku menggerutu dalam hati.

" nanti aja ya kak ceritanya, hehe... Soalnya billa lumayan cape nih"

" ah iya gak papa, seharusnya kakak tahu kamu lelah"

" kakak baru datang kan? Nikmati hidangannya gih, muka kakak terlihat tirus"

" tuh dek dengerin apa kata temanmu, apa harus abang suapin ya biar mau makan?" ujar mas Arshad menyela obrolan kami

" Mas gak sopan ya, dengerin obrolan kami" ujarku

" gak sopan gimana? Orang kalian ngobrolnya masih disitu. Telinga mana yang gak akan denger" ujar mas Arshad yang membuat Nabilla dan Mas Daffa tertawa, hal itu membuatku sedikit malu. Mas Arshad ini... Awas ya!

Aku langsung saja berjalan ke stan makanan, disana aku hanya mengambil makanan ringan saja. Aku masih tidak ingin makan nasi, perutku rasanya menolak diberi makanan berat.

Beberapa saat penglihatanku sedikit terlihat remang remang, sakit kepala kian melanda. Aku merasakan sakit yang luar biasa, terutama dibagian perut. Aku sempat melihat Mas Arshad yag berlari kearahku dengan wajah khawatir. Aku hanya tersenyum tipis agar tidak membuat Mas Arshad khawatir, sampai akhirnya aku menutup mata dan ambruk menyentuh lantai yang terasa dingin.

***

Aku khawatir melihatnya dalam keadaan seperti ini, dia terus saja melamun. Aku takut dia akan depresi karena berita duka yang diucapkan sang dokter bahwa bayi kami meninggal dunia karena keguguran yang disebabkan benturan yang keras.

Semua salahku yang tidak bisa menjaganya, bahkan untuk cek up di puskesmas terdekat, aku tidak bisa. Haahh... Aku juga sedikit merasakan sakit, tapi hatiku lebih sakit melihat istriku sedih dan matanya menatap penuh kekosongan. Seakan hadirku tidak dirasakan olehnya. 7hari ini dia seperti tidak memiliki semangat hidup.

Apakah aku bukanlah prioritasnya lagi? Dan apakah aku tidak ada dihatinya lagi? Sehingga dia melupakan aku yang kini ada disampingnya?
Membayangkan hal itu terjadi membuatku sesak.

Ahh.. Aku jadi teringat kejadian sebelum insiden itu terjadi, istriku tengah berbincang dengan ayahnya dan ayahnya memaksa istriku untuk meninggalkanku. Sehingga tarikan paksa ayahnya membuat istriku terjatuh. Itulah kronolgi yang diceritakan si mbok padaku. Dan kini aku belum bisa bertemu ayah mertua yang kini menghilang lagi tanpa jejak. Dia seakan seperti penjahat saja, bagaimana mungkin dia memperlakukan putrinya begitu. Sungguh rumit kejadian ini.

Rasanya aku pun merasa lelah dan ingin pergi saja menjauh. Tapi hati kecilku berontak dan ingin mempertahankan semuanya demi kelancaran dan kebahagian untuk menghibur Qalbie, istriku...




***



Bonus pict wallpaper kunjungi ig saya🙊😅

Bonus pict wallpaper kunjungi ig saya🙊😅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Permata Yang Tersembunyi✅[ Belum Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang