29. Jangan sedih

3.1K 144 2
                                    

"Kamu harus bisa mengikhlaskan aku. Jangan takut kehilangan, karena aku akan selalu ada dihatimu dan selalu setia menunggumu kembali padaku"
-Arshad-

###

Aku kembali dengan segala rutinitas di rumah. Sudah seminggu ini aku tinggal di kontrakan ku yang dulu.

Cuaca hari ini sungguh indah dan tak jauh dengan hatiku kini. Mungkin kini aku sudah tidak dapat menyembunyikan perasaan yang tumbuh setiap hari.

Setiap hari mas Arshad selalu kesini, dia selalu kesini hanya untuk sarapan dan tak lupa juga mengambil bekal. Kelakuan nya sungguh manis, terkadang dia datang membawa coklat ataupun bunga favoritku.

Kulihat hari ini sudah menunjukan pukul 10 pagi. Kini aku hanya duduk diam dirumah. Terkadang bosan juga kalau hanya duduk duduk dirumah saja, karena semua pekerjaan rumah sudah ku lakukan.

Aku beranjak mengambil handphone ku yang tergeletak diam tidak berbunyi seperti biasanya. Rasa khawatir hinggap padaku.

Rasanya sangat aneh? Kenapa mas Arshad tidak menelpon seperti biasanya? Dan lagipun dia tidak kesini pagi ini? Apa ada yang terjadi sesuatu padanya? Aku merasa khawatir.

Aku segera bergegas untuk pergi mencari kabar mas Arshad. Kini aku sedang menunggu taksi datang. Namun di tengah aku menunggu tak terasa hp ku berbunyi. Ku lihat siapa yg menelpon, nomor asing?

Tapi segera ku angkat takut ada sesuatu hal yg tak bisa diprediksi.

'Hallo, assalamu'alaikum. Maaf dengan siapa ya?'ujarku membuka pembicaraan.

'Wa'alaikum salam, ini nak qalbie kan? Ini bibi, pembantu dirumah Den Arshad.'jawabnya dengan nada khawatir

'Iya bi, ada apa ya? Apa ada sesuatu?'tanyaku.

Kudengar beberapa saat suara helaan bibi dalam telpon.

'Nak, cepatlah kesini. Den Arshad kesakitan saat ini. Den Arshad lupa memakan obatnya kemarin. Mungkin nak Qalbie bisa membujuk Den Arshad untuk makan.'

Aku terkejut mendengar semua penjelasan mengenai keadaan Mas Arshad saat ini. Aku cemas, kenapa Mas Arshad tidak bilang bahwa ia tengah sakit dan penyakit apa yang sebenarnya menimpa Mas Arshad?

Sedikit aku melamun saat aku dikejutkan dengan taksi yang ku pesan telah datang. Aku segera masuk agar lebih cepat sampai dirumah Mas Arshad.

Dalam perjalanan pun aku terus melamun memikirkan keadaan Mas Arshad saat ini.

######

Aku bergegas turun setelah tiba di depan rumah Mas Arshad yang memiliki rumah yang terbilang besar dan luas. Aku segera menekan bel rumah dan ku lihat seseorang langsung membukakan pintu rumah dengan cepat.

"Assalamu'alaikum bi"

"Wa'alaikum salam nak, ayo masuk."ujar bibi sambil membawaku masuk dan duduk di sofa.

Aku melihat seisi rumah yang nampak tidak berubah dari semenjak aku pergi. Suasana yang sepi membuatku berpikir, mungkinkah Mas Arshad kesepian selama ini?

Aku menoleh ke arah dapur, saat bibi memanggil ku menyuruhku kedapur. Aku segera beranjak menuju dapur.

"Bibi merasa kasian sama Den Arshad, dia jarang pulang, jarang makan. Sukanya lembur. bibi tidak tahu alasan nya apa, sebagai pembantu bibi tidak punya hak untuk ikut campur. Namun Den Arshad sudah bibi anggap sebagai cucu bibi sendiri" ujar bibi sambil mengaduk bubur yang ia masak. Dari wajahnya kulihat dia tampak kelelahan.

Permata Yang Tersembunyi✅[ Belum Revisi ]Where stories live. Discover now