31. Demi kamu

3.2K 137 2
                                    

Bagaimana kondisi dan perasaanmu saat dirimu membuka mata namun tidak ada satupun orang yang menungguimu?

Sakit?

Kecewa?

Kesepian?

Atau lebih sakitnya lagi...

Tidak ada yg menginginkan?

Itulah yang saat ini ada didalam pikiran Arshad sekarang.

Berapa lama ia tak sadarkan diripun ia tak tahu.

Siapa saja yang menemaninya pun juga tak tahu.

Terakhir dirinya tak sadarkan diri waktu seusai shalat dhuhur. Dan dirinya kembali mengingat bahwa semua yang ada diingatannya bersama Qalbie bukanlah mimpi semata. Ya bukan mimpi semata? Atau memang mimpi? Buktinya istrinya itu tidak ada disini menemani nya. Atau mungkin ada kegiatan lain yang sangat penting?

Pikiran nya saat ini berpacu pada "dimana keberadaan Qalbie?" Atau semua yg kini dalam ingatannya hanyalah sebuah mimpi?

Saat sebelumnya ketukan pintu membuat arshad terkesiap dan semua pikiran nya hilang Saat seseorang datang dengan kemeja biru bersneli rapi itu mendekat sambil membawa alat tulis medis.

"Assalamu'alaikum, alhamdulillah akhirnya kamu sadar juga" Dokter itu mendekat berjalan kearah sisi tempat tidur Arshad, dan duduk dikursi. Hal itu membuat dahi Arshad mengkerut, tanda ia kebingungan.

Dokter itu terkekeh pelan, "jangan khawatir, istrimu sangat cemas melihatmu, makanya saya memberitahu bahwa Ara saat ini dirumahnya"

Arshad kaget, bagaimana bisa dokter ini mengenal nama kecil istrinya? Apa yang telah dia perbuat? Apakah ayahnya datang? Oh tidak seharusnya istrinya itu tidak boleh bertemu dengan ayahnya.

Arshad melirik kembali kearah dokter itu, membidik wajahnya sekali lagi. Tunggu... Kenapa wajahnya? Terlihat sangat mirip dengan... Istrinya, atau jangan jangan....

"Saya kakaknya" Ujarnya seakan tahu apa yang ada dalam benak Arshad. Hal itu membuat Arshad bernafas lega.

"Apakah dokter tahu istri saya dimana?" Tanya Arshad dengan nada mewanti wanti. Takut dugaan nya benar.

Dokter itu menghembuskan nafas nya perlahan, "saat ini Ara berada dirumahnya bersama kedua orang tua nya." Jawaban dokter itu membuat Arshad kaget dan refleks bangun dari tidurnya.

"Saya harus pergi dan membawa istri saya kembali, firasat saya mengatakan sesuatu yang buruk akan terjadi" Ujar Arshad sambil mencoba melepas paksa selang infus yang masih melekat dilengan kirinya.

" Jangan berbuat sesuatu sebelum berfikir terlebih dahulu, saat ini dirimu masih dalam kondisi penyembuhan"cegah Roshan.

"Saya tahu bahwa kamu khawatir, tapi jangan lupakan fakta bahwa saya juga seorang kakak yang pasti lebih khawatir. Saya sudah tahu bahwa Ara saat ini dikurung dikamarnya. Saya tahu dari mata mata dirumah papa saya. Jadi kita harus menunggu waktu yang tepat" Terang Roshan lagi.

"Tidak.. Saya tahu apa yang saat ini diingin kan mertua saya. Saya harus segera menemuinya sebelum terjadi sesuatu pada istri.saya." Ujar Arshad setelah melepas infusannya.

"Seharusnya dari dulu saya memberikan apa yang dia mau, tapi saat itu saya belum mengenal kata cinta" Terang Arshad membuat Roshan bingung.

"Tenang saja kakak ipar, saya akan memberikan apapun yang papa mertua inginkan. Jangan khawatir, saya akan membawa istri saya bagaimana pun juga, meski harus dengan nyawa saya sekalipun"

Roshan terkejut dengan kata kata Arshad, namun sedikit senyum terbit dari bibirnya.

Alangkah beruntungnya dirimu dek, bisa memiliki suami yang sangat mencintaimu. Kakak sangat bersyukur untuk hal itu. Sungguh, kakak tidak akan pernah memaafkan diri kakak sendiri yang tidak becus menjadi seorang kakak yang bisa melindungi adiknya sendiri. Ujar hati Roshan berbicara

Permata Yang Tersembunyi✅[ Belum Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang