32. Pernyataan hati

3K 147 10
                                    

"Kebahagiaan tidak hanya didapat dari kekayaan dan kemewahan, terkadang kebahagiaan muncul dari hal kecil yang selalu dianggap sepele."

Kaulah Malaikatku



***

Qalbie pov

***

Kemarin siang, aku seperti mendengar suara mas Arshad di ruang tamu. Namun, saat aku lihat hanya papa yang duduk sambil membaca koran. Aku sangat berharap mas Arshad datang kesini menjemputku, namun semua itu pasti tidak mungkin. Karena kondisinya masih kurang baik buat berkendara.

Kini aku terduduk didepan jendela, menatap jalan yang nampak lenggang. Kulihat mobil kecil berwarna hitam berhenti tepat dirumah. Membuatku terkejut saat seorang laki laki datang dengan memakai T-shirt biru pendek dan celana kain longgar berwarna putih.

Kulangkah kan kakiku menujur ruang tamu dengan perasaan senang dan haru. Jantungku semakin berdebar cepat, tubuhku seketika menghangat. Aku mematung sesaat melihat laki laki itu berdiri tepat di depan pintu. Tangannya seketika menganggkat, membuatku kini berlari dan memeluknya erat. Kurasakan tangannya yang memelukku lebih erat, membuatku tersadar bahwa aku pertama kalinya memeluk laki laki selain papa, hal tersebut membuatku menjadi kaku dan gugup. Kini tanganku bergetar. Seketika riak panas menjalari tubuhku. Aku mencoba melepas pelukan dan menunduk malu setelah pelukannya terlepas.

" Kenapa dilepas? Padahal mas masih kangen"

" A..aakku ii..ingin mengambil air buat mas, mas pasti capek"

" Mas gak capek kok, mas Kesini cuma mau jemput adek pulang."

" Ayo..." Ujarnya lagi, kini kurasakan tanganku digenggam erat. Seketika pipiku terasa panas.

" Tapi mas, papa belum pulang dari kantor. "

" Gak papa, mas udah bilang sama papa kok. Ayo keburu panas." Ujarnya sembari menarikku keluar dari rumah. Saat tiba di gerbang mas Arshad berhenti.

" Maaf ya dek, mas bawa mobil kecil." Ujarnya pelan.

Aku tersenyum memberikan keyakinan, " Gak apa kok mas, adek dijemput pulang sama mas aja udah senang kok. Mau naik angkot juga adek gak masalah"

Kini mas Arshad tersenyum kembali dan genggaman tangannya di tanganku tergenggam erat, seakan takut kehilangan.

Kini kami masuk kedalam mobil dan keluar meninggalkan rumah papa, saat diperjalanan tanganku masih tergenggam erat.

" Mas gak pegel pegang terus tangan adek? Tangan Adek aja terasa pegel" Ujarku,

Mas Arshad menoleh sesaat dan tersenyum, " Tangan mas gak pegel kok, cuma rasa rindu mas yang pegel dari kemarin minta dipijit agar rindunya hilang" Ujarnya

Aku terkekeh, " Mas gak cocok kalo ngegombal"

" Yah, padahal mas udah berusaha mencari kata buat bikin pipi adek merah, jadi gagal deh" Ujarnya lesu.

Aku tertawa kecil, kini jari jariku membalas genggaman tangannya erat. Sontak hal itu membuat mas Arshad menoleh kearah tangannya berada dalam genggaman tanganku. Sesaat mata kami beradu dan saling terkunci, hal itu membuat seluruh tubuhku terasa panas bahkan kini pipiku terasa menghangat. Rasa gugup mulai menghampiriku.

Ku segera mengalihkan arah pandangku keluar melihat gedung yang menjulang dengan tinggi. Rasa gugupku sedikit tersamarkan, saat mas Arshad melepas tangannya untuk memindahkan gigi.

Aku heran saat mobil belok kearah berlawanan dengan rumah kami.

" Mas, kita mau kemana?" Tanyaku

" Maafkan mas bisa bilang sekarang. Mulai saat ini kita pindah rumah, maaf ya kalo rumah yang sekarang kecil."

" Gak apa kok mas, adek gak keberatan. Asal mas dan adek selalu bersama."

Mas Arshad terlihat tersenyum dan fokus kembali menyetir. " Makasih karena adek sudah mau menerima mas sebagai suamimu. Mas sangat beruntung bisa memilikimu, dek. Mas gak bisa bicara romantis seperti yang suka adek baca di novel. Mas hanya bisa mengucap satu kalimat yang menurut mas dapat mewakili semua perasaan yang ada didalam hati mas saat ini." Ujar mas Arshad, wajahnya terlihat bersungguh sungguh.

Mendadak seluruh tubuhku terasa kaku, riak panas kini menjalar ditubuhku. Beribu kupu kupu seakan berterbangan indah, membuat jantungku berdegup dengan kencang. Kehangatan kini menyergap pipiku, merambat sampai terasa panas. Saat telingaku menangkap suatu bisikan halus dari mas Arshad.

" Anna uhibbuki fillah ya jawzati "

Setitik air bening lolos dari kelopak mataku dan jatuh kebawah pipiku, aku tersenyum senang.

" Anna uhibbuka fillah ya jawza "

Ucapanku membuat tatapan kami beradu sesaat saling terkunci dalam. Namun, suara klakson membuat mas Arshad kembali menjalankan mobil setelah lampu hijau menyala.

Perjalanan yang memerlukan waktu 3 jam, akhirnya telah sampai. Ku lihat mas Arshad turun dari mobil dengan sedikit berlari kecil memutari mobil dan lekas membukakan pintu mobil untukku.
Aku tersenyum malu, aku turun dan menerima uluran tangan mas Arshad.

" Ini rumah kita yang sekarang, maaf rumahnya kecil." Cicit mas Arshad pelan.

Aku tersenyum, " Adek gak masalah mau tinggal dimana, rumah besar atau kecil pun gak masalah, asalkan mas selalu ada disisi adek"

Ucapanku sukses membuat mas Arshad tersenyum kembali.

Aku mengedarkan mataku melihat sekeliling, disini keadaannya masih asri dan nyaman. " Mas kita dimana?" Tanyaku, setelah puas menikmati kawasan asri ini.

" Kita berada di desa tempat aku dilahirkan" Ujarnya dan menarik tanganku masuk kedalam rumah.

" Disini ruang tamu kita, dan dibelakang tembok itu terdapat sebuah dapur, dan pintu disebelahnya kamar mandi. Nah kalau disini pintu kamar kita. "Ujar mas Arshad menerangkan.

Mas Arshad menarikku untuk duduk di kursi ruang tamu. Kini kami duduk terdiam, tanpa obrolan yang keluar. Aku melirik kearah mas Arshad dan hal itu membuatku kembali melirik kebawah karena mas Arshad juga melirikku. Aku gugup sekali, rasanya pipiku kembali menghangat.

Krrriiiiuuukk...

Suara perut mas Arshad menyadarkanku, bahwa mas Arshad pasti belum makan. Kulihat pipi mas Arshad memerah mungkin malu. Aku terkekeh sejenak dan hal itu justru membuat mas Arshad merenggut kesal, namun sedetik kemudian kami tertawa bersama.





ヽ( 'ω' )ノ

Assalamu'alaikum

Akhirnya saya kembali up, maaf ya telat lagi update nya.

Minggu kemarin saya mau update in part ini, namun apalah daya kuota saya habis didetik detik terakhir saya akan publis partnya.

Gimana part yang sekarang?
Romantis gak sih menurut kalian?
Part ini full cerita mereka berdua, soalnya sedikit part bahagia. Kasian juga saya sama ArBie, karena kebanyakan buat part nya bikin mereka pisah terus:v

Mungkin cerita ini akan segera tamat, sekitar beberapa part lagi kayaknya. Karena 1 masalah lagi akan selesai.

Terima kasih atas apresiasi kalian yang telah mengikuti cerita saya. Saya terharu, karena sudah banyak yang baca cerita ini. Karena jujur saya bukanlah penulis, hobi saya juga bukan menulis.
Tapi, menulis membuat saya nyaman bisa berbagi apa yang saya imajinasi kan kedalam bentuk tulisan.
Sekali lagi terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca, memvote, dan mengkomen cerita saya:)

Sampai jumpa di next part selanjutnya.

Jangan jadikan cerita ini melalaikan kalian membaca al qur'an.

Wassalam<3
Salam hangat

Permata Yang Tersembunyi✅[ Belum Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang