2

959 41 27
                                    

ES KRIM

Kita tidak tahu cinta itu secara spesifik memiliki rasa seperti apa? Bisa seperti es krim; manis dan dingin. Atau bahkan seperti alkohol; pahit dan memabukkan.

***

Istirahat pertama adalah kesempatan terbaik bagi murid untuk mengisi perut kosongnya, orang lain bilang surganya para murid. jadi tak heran mereka berbondong-bondong memenuhi kantin untuk membeli makanan dan yang terpenting untuk kebagian meja kantin.

Tapi berlainan dengan Dea dan temannya. Sehabis membeli makanan, Dea dan temannya langsung pergi ke tempat biasanya mereka tempati. Bukan di dalam kantin atau pun ruangan kelas melainkan di taman sekolah, apalagi dengan adanya tempat berbentuk lingkaran yang terbuat dari semen. Keberadaannya di tengah taman itu sangat cocok untuk lesehan. Walaupun terik matahari menyengat tapi tidak begitu terasa karena ada pohon besar di sampingnya hingga bisa menutupi mereka dari panas.

"Si Dea masih di belakang?" Ujar Cika yang lebih dulu sampai di tempat.

"Kayanya." Balas Anna.

Cika menyimpan barang bawaannya, kakinya menuju semak-semak untuk melancarkan aksinya.

Sebuah tirai yang tergeletak di balik semak-semak sudah Cika ambil dan mulai membentangkan di lantai tembok tersebut.

Selang berapa menit, kehadiran Dea membuat keadaan semakin lengkap. Tangan Dea sudah penuh membawa makanan di atas baki dan langsung mendekati Cika dan Anna yang sudah duduk manis.

"Geser dong, geser." Anna menggeserkan badannya, memberikan tempat kosong untuk Dea. Padahal tempat masih luas.

"Sumpah, demi apa? Lo beli makanan sebanyak itu?" Cika tercengang. Makanan yang dibeli Dea bukan satu atau pun dua jenis makanan melainkan tiga sekaligus. Minuman pun dua jenis. Anna dan Cika menggeleng tidak habis pikir.

"Iya lah." Balas Dea acuh. Dia mulai menyantap makanan pertamanya, yaitu siomay.

Anna yang paling dekat dengan Dea memasang wajah mual, bukan jijik melainkan merasa mual jika membayangkan dirinya sendiri yang menghabiskan itu semua.

"Gue harus makan banyak, masa selama libur kamarin, berat badan gue turun 5kg," keluh Dea masih mengunyah makanannya.

"Percuma Dea, seberapa banyak lo makan, badan lo tetep kaya gitu," sahut Cika dibenarkan oleh mereka. Dea menghela napas, menyimpan sendok dengan sedikit keras. Dia meminum air putihnya lalu merileks-kan punggungnya lemah.

"Tau dah, umur gue hampir mau 17 tahun, tapi badan kayak gini. Tapi tenang deh, badan gue segini juga masih ideal." Dea melanjutkan makannya lagi.

"Eh, tapi, bagi tips dong cara menurunkan berat badan supaya tubuh gue juga bisa jadi kaya model-model gitu." Pinta Cika. Ia memohon menatap lekat Dea.

"Badan lo gak akan kaya model, karena badan lo itu udah diciptain mirip ondel-ondel," dahut Anna menyindir membuat kekehan geli terdengar dari Dea. Sedangkan Cika memberenggut kesal.

Dari mereka, memang faktalah jika tubuh Cika bisa dikatakan yang paling bongsor, atau lebih tepatnya bohay aduhay. Membuat kaum adam menjadi ngiler, namun bagi Cika ia tidak begitu menyukainya. Walau dirinya sering menjadi cemoohan teman-temannya yang selalu menggoda hal itu tidak diambil hati oleh Cika sendiri.

DeaLovaWhere stories live. Discover now