19

359 16 0
                                    

Dea sendiri heran dan kebingungan. Ini sudah berada di tahap yang sangat jauh. Bagaimana bisa ia bertahan sampai sejauh ini untuk mempertahankan sebuah hubungan yang bahkan tidak ada jaminan untuk kedepannya nanti— apakah Lova benar-benar setia untuk bersamanya dan menyelesaikan urusan kekhawatirannya itu? Atau ketakutan Dea, yaitu Lova akan meninggalkannya? Karena sampai saat ini entah apa alasan yang lebih nyata untuk Dea sampai bisa bertahan atas kesabarannya ini. Dea tidak yakin... maksudnya, Dea tidak yakin jika berlama-lama membiarkan Lova melakukan keinginannya itu, yang ujungnya malah ketakutan Dea merayap dalam dirinya. Kecemasan, kecurigaan dan apapun itu Dea tidak yakin bahwa dirinya akan bisa mempertahankan perasaan itu untuk selalu mengerti keadaan Lova.

Terkadang, Dea selalu bertanya-tanya kenapa harus selalu dirinya yang mengerti diri Lova sedangkan Lova seolah acuh akan keinginan Dea. Akan lebih baik jika ia sedikit mengenyampingkan semua itu dan melupakan keegoisannya sendiri daripada ketakutan Dea akan kehilangan Lova.

Dea merasa miris, awal tahun pertama hubungannya dengan Lova begitu lancar seperti halnya hubungan banyak orang meskipun pada tahun pertama itu Dea dan Lova harus menjalani hubungan jarak jauh tapi mereka cukup mengerti dan saling memahami satu sama lain serta menjadi alasan suatu jarak yang terpaut berbeda pulau itu menjadikan mereka semakin kuat dan meneguhkan diri masing-masing— dengan adanya jarak kerinduan dan rasa ingin bertahan akan semakin kuat.

Memang ada sedikit percekcokan kecil begitu komunikasi mereka terkadang terkendala waktu dan kesibukan, namun saat itu mereka bisa menjalaninya.

Dan ketika masuk ke tahun kedua, ketika Dea memutuskan untuk berada di pulau yang sama bersama Lova, berpindah sekolah yang bahkan Dea harus merelakan sahabat-sahabatnya untuk ditinggalkan, menyisakan kenangan manis bersama mereka dan itu semua demi Lova.

Ekspetasi Dea yang mengira bahwa keputusan untuk tinggal lebih dekat dengan Lova akan lebih baik dan menjadikan hubungan mereka lebih erat ternyata memecahkan semua harapan Dea. Dea tidak habis pikir dan sempat curiga kenapa Lova ingin menjalani backstreet dengannya ketika mereka didukung oleh keadaan namun keputusan Lova yang menghancurkan.

Apa Lova selingkuh?

Apa Lova malu mengakui dirinya sebagai kekasih?

Dan banyak hal negatif yang Dea pikirkan saat itu.

Hingga suatu hari Dea mengetahui semuanya, mengetahui alasan kuat Lova. Dan ini tentang kepedulian sesama manusia, saling menjaga satu sama lain. Dea mengerti dan bahkan sangat mendukung Lova.

Dan kini, Dea tidak tahu harus menyesalinya atau tidak. Karena ketika hubungannya akan berlanjut ke tahun keempat. Rasa kegelisahannya semakin besar, meskipun waktu yang Lova berikan padanya tidak mengurang namun satu yang Dea sadari yaitu perhatian Lova sedikit mengurang karena Lova tidak bisa memperhatikan Dea dengan gamblang, Lova tidak bisa memperlakukannya manis dengan jelas di depan banyak orang karena tentu saja Lova tidak ingin hubungannya diketahui banyak orang.

Apakah Dea tersiksa?

Awalnya iya, tapi Dea semakin terbiasa karena mau tidak mau keadaan membuatnya terbiasa.

Mengingat tentang terbiasa. Tersirat ketakutan, jika rasa sakitnya tentang sikap Lova bisa ia terbiasa karena keadaan. Apakah dirinya pun bisa terbiasa tanpa Lova karena Dea pun tidak bisa menutup mata jika mungkin suatu saat perhatiaan Lova akan tidak ada pada Dea karena keadaan yang mengharuskan itu semua terjadi.

Perhatian Lova bukan pada dirinya, kepedulian Lova bukan untuk dirinya bahkan bisa saja rasa Lova bukan untuk dirinya lagi. Karena mungkin saja atau besar kemungkinan itu semua bisa beralih pada orang lain. Orang lain yang menjadi alasan mereka dua harus menjalani kegilaan ini. Rasanya Dea akan menjadi gila jika itu terjadi. Dea yang mau mengalah demi Lova, menurunkan egonya untuk Lova tapi suatu saat Lova malah berpaling darinya. Apa yang bisa Dea lakukan?

DeaLovaWhere stories live. Discover now