50

237 17 0
                                    

⬆️MONOLOG 🎵~ Pamungkas⬆️

Malam-malam double up. Kurang baik apa coba gue ini??!!!

Tega banget sih kalau gak koment sama vote. *nangis darah.

Oke, maaf ini lebay. Yaudah baca aja sana. Kalau yang mau baca. Kalau enggak juga ya gak usah mampir ke lapak ini. Tapi percuma kalau udah mampir tapi kagak baca. Baca juga kan nambah ilmu, dan orang yang menuntun ilmu akan dapat pahala. Benerkan? Ya beneer dong, harus bener.

Yaudah banyak cotba nih mulut gue.

Bts, fake love. Alias ... eh btw. Jangan lupa dengerin tuh di mulmed.

⬆️MONOLOG 🎵~ Pamungkas⬆️

•••

"Ini Osis periode sekarang gak ada gunanya sama sekali. Proker mereka apa, sih? Masa tahun sekarang gak ada pensi?"

"Cuman bisa gaya doang pake jas. Merasa gagah aja padahal cuma suruhan guru doang. Jadi budak aja besar kepala. Jalan pake jas berasa jadi pejabat atau apa? Dagu diangkat. Cih, jijik gue liatnya apalagi progres mereka sekarang nol besar. Gak ada hasil!"

"Kalian kalau ngomong filter dulu napa?" Sengit Dimas pada Rindu. Pasalnya sedari tadi Rindu bersama teman-temannya tidak berhenti mencaci anggota Osis begitu mereka mengetahui jika tahun sekarang tidak akan dilaksanakannya Pensi.

"Alah. Mentang-mentang lo mantan Osis sekarang lo belain mereka? Lihat dong. Mereka gak guna juga, mertahanin Pensi aja kagak bisa." Sengit Rindu masih membara.

Hari ini. Seluruh angkatan kelas dua belas dengan sepakat mengambil tindakan untuk tidak memasuki kelas. Mereka berontak, dan seluruhnya mengumpulkan diri di lapangan sebagai bentuk protes mereka terhadap Osis dan pihak Sekolah. Seluruh anggota Osis sudah berjejer di depan dengan kepala menunduk merasa malu. Ketua Osis bahkan sudah mengeluarkan audience-nya, menjelaskan serinci mungkin dari masalah yang mereka hadapi sampai pihak sekolah tidak menyetujui pergelaran Pensi.

"Kasihan gue lihatnya." Ucap Dea melihat ketua Osis yang tidak ada pembelaan lagi.

"Ini kepala sekolah belum datang apa gimana, sih? Masa anak-anak dibiarin kaya gini?"

"Laz. Lo bantu sana anak buah lo. Kasihan gue liat ketos kaya gitu." Titah Dea. Lazuardi menggeleng. "Bukan hak gue lagi. Biarin aja, itung-itung pembelajaran bagi mereka."

"Ini mantan ketos kejam juga. Kapan-kapan lagi aja kali hukum mereka, sekarang keadaannya gak kondusif." Menurut Cika langkah yang diambil Lazuardi kurang tepat. Meskipun Lazuardi sudah lengser dari jabatannya seharusnya ia bisa membantu sedikit dari masalah ini.

"Gue udah bantu banyak mereka bahkan jauh dari sebelumnya. Tapi mereka gak denger apa kata gue. Jadi gini, kan, imbasnya."

"Masalahnya apa?" Tanya Cika.

"Mereka terlalu berleha-leha untuk mempersiapkan Pensi. Bahkan proposal pun baru dua hari ke belakang mereka serahin. Dalam jangka waktu dari sekarang, mana keburu buat persiapan Pensi.

Juga, kalian tahu, kan, kalau pihak Sekolah akhir-akhir ini pelit banget buat ngeluarin dana?" Dea dan Cika setuju atas pendapat Lazuardi. Semenjak pergantian Kepala Sekolah memang sedikit banyaknya ada perubahaan.

"Tapi menurut gue dalam waktu sebulan cukup ko buat persiapin Pensi. Asal semua panitianya pada kompak, kalau enggak memungkinkan juga bisa kali dari angkatan dua belas bantu jadi panitia.

Lagian Pensi juga buat merayakan kelulusan angkatan kita. Pasti bisa, ko." Usul Cika.

"Gak semudah itu, Cika."

DeaLovaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt