68

126 13 6
                                    

⬆️Setengah Hati🎼⬆️

Beberapa part menuju akhir. :D

Enjoy to reading!

###

Tidak ada tempat tujuan untuk Dea datangi. Malam semakin larut dan lalu lalang kendaraan semakin sedikit, angin semakin berembus dan bintang terlihat terang di jam-jam tengah malam.

"Neng, kita udah lima kali putaran."

Dea mengedipkan beberapa kali matanya setelah lama ia terpejam. "Satu kali lagi boleh, pak?"

"Maaf neng, siff bapak sampai jam 12."

Dea memijat pelipisnya, jika berlama-lama di dalam taksi tanpa tujuan yang pasti bisa-bisa dompetnya akan bobol juga. Tapi Dea tidak mungkin pulang ke rumahnya yang ada malah menimbulkan pertengkaran kembali dengan keluarganya. Dea mendesah, entah tempat siapa yang bisa menampung dirinya disaat tengah malam seperti ini. Dulu, mungkin ada satu tempat yang tanpa permisi bisa Dea datangi tetapi dalam keadaan dan situasi sekarang Dea tidak yakin apakah ia bisa atau tidak.

"Pak, lurus aja nanti setelah lampu merah belok kanan."

"Baik neng."

Setelahnya Dea mengecek ponselnya, ada beberapa pesan yang belum ia baca termasuk dari Deon yang beberapa kali menelponnya.

Gak sopan pergi di saat acara belum selesai apalagi lo yang bikin acara berantakan!
22:05

Kapan lo bisa ngendaliin emosi?
22:08

Sekali aja gak kekanak-kenakan, bisa?
22:15

Jangan cuman bisa menimbulkan masalah tapi pergi gitu aja, lo bisa ngomongin baik-baik sama bunda.
23:30

Dea angkat telponnya!!!
23:33

Dea pulang!
23.40

Lo di mana?
23:45

Dea angkat telponnya! Lo sekarang di mana?
23:50

Dea mendengus, jarinya mengetikan beberapa kata untuk membalas Deon. Setidaknya Deon mengetahui dimana posisi dirinya saat ini.

Apart Miki!

Dea memasukkan ponselnya, taksi sudah membawanya ke tempat Miki. Matanya menatap dimana total yang harus ia keluarkan untuk membayar jaksa taksi, dan matanya langsung membulat.

"Pak, bisa tunggu sebentar. Saya mau ketemu sama temen saya."

"Duh, neng. Gimana ya, saya harus segera pulang."

"Sebentar aja, pak. Saya cuman mau pinjam barang." Bohongnya. Dea tidak yakin apakah Miki akan menolongnya atau tidak untuk meminjaminya uang setelah tidak ada kontak sama sekali selama ini.

"Jangan lama-lama neng."

"Saya usahakan secepat mungkin pak. Terima kasih, terima kasih pak."

Dea segera turun dari taksi, kakinya melangkah lebar untuk segera sampai di kamar Miki. Angka yang tertera di lift berangsur semakin besar, Dea menggenggam tangannya semakin cemas.

Dea urung keluar begitu pintu lift terbuka pasalnya seseorang di depannya sekarang adalah ia yang dicari-cari.

Dea menatap ragu pada Miki. Rasanya canggung untuk sekadar ber-say hallo terlepas dulu dirinya merupakan tempat di mana Miki menjadi rumahnya berkeluh kesah.

DeaLovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang