14

376 14 1
                                    

***

"Apa cuma gue aja di sini yang merasa sepi?"

"Gue juga." Sahut Miki lemas.

Mereka; Lova, Gara, Miki, Anna dan Cika memasang wajah lesu, tak ada gairah dan semangat sama sekali. Menghela napas panjang serempak lalu mereka sama-sama mengangguk. Merasakan apa yang sempat ditanyakan Gara bahwa mereka sama-sama merasakan sepi.

"Gak ada Dea, kita itu bagaikan burung hantu yang cuma bisa kedip-kedip mata."

"Kalau ada Dea kita udah kaya anak ayam yang kehilangan induknya. Riweuh pisan," sahut Gara lagi.

"Udah tiga hari loh Dea kaya ngehindar gitu. Alesannya selalu tentang tugas," ujar Cika seraya memandang serius keempat temannya.

"Lova, lo kan sekelas sama dia. Emang beneran tugas kelas kalian banyak?"

Sejenak Lova mengingat. Sejujurnya ia tidak tahu dengan pasti dengan tugas-tugas yang Dea bicarakan.

"Gue gak tahu."

Mereka mendengus. Gara menggelengkan kepalanya pada adik kembarnya itu. "Percuma nanya sama nih anak. Mubadzir kalimat."

"Kaya lo yang peduli sama tugas aja? Halah... lo ke sekolah cuma ngeceng cewek-cewek doang."

"Yang penting ada tujuan," jawab Gara dengan entengnya.

Cika memdengus. "Kalian itu emang sama aja."

"Iyalah sama. Toh kita sama-sama laki. Gue yakin walaupun si Miki pacar lo gue tahu dengan pasti dalam hatinya dia masih demen sama modelan si Lena yang bahenol itu. Kita itu laki normal."

"Gak usah ngajak gue yang kagak bener. Selera lo sama gue beda." Timpal Miki tak suka.

Gara berdecis, secara merasakan bagaimana sesama gander ia sangat tahu rasanya. Miki memang mempunyai selera yang berbeda tapi jika disuguhi seperti modelan Lena yang terkenal akan body-nya. Gara dengan yakin semua laki-laki akan terpana dan tergiur tentunya.

Tentang Dea, dalam diam Anna  memutar kembali kejadian-kejadian sebelumnya dimana saat Dea masih bersikap seperti biasanya. Pertemuan mereka yang Anna gunakan untuk membicarakan niatnya untuk mengungkapkan perasaannya.

Namun seketika perhatian mereka beralih ketika suara yang mereka kenali terdengar begitu lantang, dengan suara khasnya.

"Kalau lo kalah pokoknya nasib si Choky udah ada di tangan gue!"

"Of course! Hal kecil bagi gue untuk ngasih lo si Choky."

"Yakin? Bukannya si Choky lo dapetin dengan susah payah?"

"Gue udah bosen... Lo mau apa enggak? Banyak nanya nih, pikiran gue berubah nantinya."

"Halaaaah... baperan lo."

Percakapan itu cukup menyita perhatian beberapa pasang mata. Kejadian yang tidak akan semua duga bahwa seorang Dea nampak akrab dengan Lazuardi bahkan bercanda gurau. Siapa saja mungkin tahu bagaimana hubungan Dea dengan Lazuardi, tidak jauh saling mengibarkan bendera perang. Lebih tepatnya Dea yang memulainya.

DeaLovaWhere stories live. Discover now