40

307 16 0
                                    

Hari ini kelas Dea berolahraga dan materi untuk minggu ini hingga tiga minggu ke depan adalah senam. Maka dari itu, dari seluruh jumlah murid akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Syukurlah Dea ditempati dengan anak-anak yang kebanyakan mengikuti seni tari maka Dea tidak usah repot-repot untuk menciptakan gerakan.

Dea berselonjoran, mengistirahatkan kedua kakinya yang terasa lemas akibat sudah lamanya ia tidak berolahraga. Rasanya sangat pegal sekali apalagi dibagian lutut, bahu dan pinggulnya.

Dilihatnya Lova yang tengah latihan dengan kelompoknya. Laki-laki itu terlihat senang apalagi gerakan dari kelompoknya terlihat acak-acakan, maklum saja karena anggota kelompok yang Lova miliki kebanyakan laki-laki jadi tidak heran mereka akan seenaknya untuk kenciptakan gerakan yang penting ada goyangan yang bisa masuk ke dalam musik.

"Bambam, perut lo kaya jelly!" Dea tergelak mendengar cemoohan dari Rudy untuk Bambam. Memang, perut buncit milik Bambang sedari tadi menjadi daya tarik bagi semuanya.

"Suci, lo mirip banget kaya bebek."

"Lo yang kaya bebek, mulutnya gak bisa diem buat hina orang. Kebanyakan makan cabe atau kebanyakan cipok cabe-cabean?" Sengit Suci pada Rudy.

Rudy langsung diam. Walau menahan kesal ia harus meredanya karena Rudy tahu jika Suci memiliki banyak kartu AS dirinya.

Setelah menyaksikan perdebatan kecil antara teman sekelasnya. Dea sedikit menjauh, terik manatahari semakin menyengat dan ini yang sangat membuat Dea muak di pelajaran olahraga. Sampai di tepi lapangan untuk berteduh, tangannya tidak berhenti untuk mengipasi wajahnya karena kepanasan.

"Kenapa gak bareng gue?"

Seketika Dea terperanjat begitu Lova tiba-tiba saja sudah berada di sampingnya.

"Lo lama, jadi gue bareng Gara."

"Gue cuma telat sebentar."

"Untungnya gue gak bareng lo, coba aja kalau bareng gue pasti bakal sekelompok sama lo. And you see, kelompok lo ancur. Gue mana tahan sekelompok sama mereka."

Lova mendengus, memang ia sedikit kesal karena Dea tidak bisa menunggunya dan malah pergi bersama Gara. Bukan apa-apa, hanya saja untuk sekarang ini Lova sedikit terusik dengan ucapan Gara waktu itu.

Dilihatnya Dea lagi, gadis itu hari ini tidak pernah absen untuk menampilkan senyumannya. Seolah kebahagiaannya sudah kembali lagi. Lova ikut senang, karena bagaimanapun dia sudah menjadi kebahagiaan Dea.

"Sini!" Dea mengernyit. Begitu tangan Lova yang cepat merebut kipas miliknya mata Dea membulat.

"Tangan lo pegel, nanti ada otot-an."

Hati Dea mendebar, meskipun ucapan Lova sedikit ngaco tapi perlakuannya sangat menggemaskan. Ia menikmati angin dari hasil kipasan yang Lova berikan, memang ya tenaga laki-laki itu jika seperti sekarang ini harus diacungi jempol.

"Waaahhh. Berasa jadi ratu." Kekehnya sambil menengadahkan kepalanya lebih menikmati kipasan dari Lova.

"Lo kan udah jadi Ratu gue."

***

"Monyet monyet apa yang mirip Miki?"

Pletak...

DeaLovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang