25. Reject

14K 1.3K 116
                                    

Kalau kamu seperti ini terus, Papa tidak akan segan-segan menendang anak itu dari asrama ini!

• • •

BERHENTI, ATAU KAU DALAM BAHAYA!

Madam Loly tersenyum saat membaca sebuah kalimat yang ditulis dengan pilok merah yang terdapat pada dinding ruangannya. Untuk pertama kalinya dia sudah tidak kaget lagi ketika teror itu ditujukan padanya. Karena itu artinya, dugaannya benar 100%. Ia diteror setelah beberapa hari lalu memberi hukuman pada lima anak yang sejauh ini menjadi tersangka utama dalam analisanya. Lima anak yang sejak awal memang sudah ia curigai.

Sebenarnya, Madam Loly memberikan hukuman pada Daniel, Ethan, Adnan, Yudan, dan Lukas hanya untuk mengetes, juga memantapkan diri kalau ia tidak salah menuduh orang. Kalau semisal dia mendapat teror lagi setelah itu, sudah sangat bisa dipastikan kalau kecurigaannya selama ini terjawab. Dan ternyata pagi ini dia benar-benar mendapat teror.

Sekarang yang harus dirinya lakukan tinggal menunggu sampai anak-anak itu menyerahkan tugasnya pada deadline yang sudah ditentukan. Karena hanya pada hari itu ia memiliki kesempatan untuk berhadapan dengan mereka di ruangannya. Dengan demikian, ia tinggal memaksa mereka untuk mengakui perbuatannya. Sekaligus memaksa mereka untuk menghentikan segala aksi pemberontakan mereka.

"Berhenti atau kau dalam bahaya," Madam Loly kembali melantunkan kalimat itu diiringi dengan senyuman miring. "Kalian pikir saya takut?" gumamnya kemudian.

🍐

"Eh, pinjem ponsel dong." Masuk-masuk ke dalam kamar, tiba-tiba saja Adnan langsung terlihat gusar, kontan membuat keempat temannya yang sedang melepas lelah setelah seharian menjalankan aktivitas sekolah plus menyelesaikan lebih dari seratus soal yang ditugaskan oleh Madam Loly, kebingungan melihatnya.

"Buat apaan?" Ethan bertanya tanpa ekspresi.

"Buat nelpon Nasya," jawab Adnan dengan sekali sambar.

"Emang dia bisa main ponsel? Setahu gue bokapnya gak pernah kasih izin dia buat pegang ponsel," tanya Daniel menyela.

"Gue minta dia pegang ponsel gue tanpa sepengetahuan bokapnya. Gue juga udah ajarin gimana cara penggunaannya. Sekarang gue mau nelpon dia buat mastiin keadaannya, makanya gue harus pinjem salah satu ponsel lo pada,"

"Jangan pinjem punya gue, dah, gue mau main ML abis ganti baju. Lumayan, sepuluh menit sebelum makan malem." Belum apa-apa Yudan sudah antisipasi.

Yudan itu memang paling tidak mau meminjamkan ponselnya. Bukan pelit, dia hanya belajar dari pengalaman ketika Lukas meminjam ponselnya. Mempercayai ponselnya di tangan Lukas. Dan saat dikembalikan, Yudan sudah tidak lagi mendapati aplikasi kesayangannya pada ponselnya. Dengan tidak sengaja Lukas malah menghapus aplikasi Mobile Legend pada ponselnya.

Parahnya lagi, ketika ia mengunggah ulang games tersebut, ia lupa password akunnya. Dan yang membuat Yudan semakin tersayat-sayat, mau tidak mau dia harus mengulang level dari awal, sedangkan di akunnya yang lama dia sudah berada pada level yang tinggi. Rasanya waktu itu Yudan ingin sekali mengutuk Lukas, mendorongnya dari atas rooftop asrama. Namun sayangnya dia masih takut dosa, takut dipenjara juga. Ah, sudahlah, Yudan langsung menggeleng cepat, menyingkirkan ingatan pahit itu dari kepalanya.

"Yaelah, sebentar doang, sih. Gak nyampe lima menit," ucap Adnan kian gusar.

"Lagian pake segala nelpon, bentar lagi juga ketemu di ruang makan," celetuk Lukas yang sudah melepas baju seragamnya dengan kaus sehari-hari.

"Gak bisa. Kelamaan,"

"Nih, pake punya gue aja."

Tahu-tahu Daniel menjulurkan tangannya yang sudah memegang ponsel pada Adnan. Dengan cepat Adnan menyambar ponsel itu. Ibu jarinya langsung bergerak lincah mengetikkan nomor ponselnya sendiri.

Emerald Eyes 1&2Where stories live. Discover now