29. Petunjuk Pertama

11.7K 1.4K 68
                                    

Jadi menurut lo, pelakunya itu dari kalangan siswa SMA Lawden?

• • •

"Gue tau kalau gue emang gak ada hak apa-apa buat lindungi lo. Tapi gue gak bisa menepis perasaan gue sendiri, kalau gue sayang sama lo. Gue gak mau lo kenapa-napa," ungkap Adnan tegas dalam satu rentetan kata. "Karena gue suka sama lo. Gue jatuh cinta sama lo, Aranasya," tambahnya lagi, dengan sedikit jeda. Untuk pertama kalinya, Adnan mampu membalas tatapan mata emerald milik Nasya.

Di sisi lain, Nasya tiba-tiba saja kembali bungkam. Nasya juga tidak tahu harus menjawab apa. Ini pertama kalinya ada seseorang yang menyatakan cinta padanya. Dan Nasya tidak terbiasa mendengar itu. Mendengar ungkapan cinta. Nasya belum bisa menjawab segala yang Adnan ungkapkan padanya sekarang. Karena Nasya sendiri masih belum mampu memahami perasaannya.

"Tapi perasaan gue biar aja jadi urusan gue. Gue gak akan minta lo untuk membalasnya," ucap Adnan, yang setelahnya ia kembali menyibukkan diri dengan fokus mengompres pipi Nasya.

🍐

BRUK!

Adnan yang sedang berada di antara anak-anak tangga lantai sepuluh―baru saja kembali dari kamar Nasya―langsung mengurungkan niatnya yang semula ingin segera ke kamar, ketika tanpa sengaja pendengarannya menangkap suara benda terbanting. Dengan langkah yang sangat berhati-hati Adnan berjalan mendekati sumber suara, yang sepertinya berasal dari dalam gudang. Karena memang pada dasarnya Adnan memang memiliki rasa penasaran yang begitu besar.

Namun sayangnya, belum juga sampai gudang, tiba-tiba Adnan melihat ada seseorang yang mengenakan hoodie hitam dengan bawahan celana jeans, berlari keluar dari dalamnya. Membuat Adnan secara otomatis langsung tergerak untuk mengejarnya. Akibat penerangan yang tidak sempurna, yang mampu tertangkap jelas oleh penglihatan Adnan, samar-samar yang terlihat hanya sebatas bayang hitam saja.

Adnan mempercepat larinya. Akan tetapi, tepat di persimpangan lorong, Adnan tidak lagi menemukan tanda-tanda keberadaan orang itu.

"Argh!" sesal Adnan, menonjok dinding tidak terlalu keras.

Sial! Sepertinya dia tahu kalau Adnan sedang mengejarnya. Bahkan sepertinya dia juga mendengar derap kaki Adnan sebelum Adnan mendapatinya di gudang. Tapi walau demikian, melalui postur tubuhnya, Adnan bisa menerka kalau orang itu pasti laki-laki. Dan dapat Adnan pastikan juga, kalau umur orang itu berkisar tidak jauh dengan umurnya. Ya, setidaknya dua hal itu dapat dijadikan petunjuk awal untuk dirinya dan teman-temannya.

🍐

"Pagi, Madam."

Madam Loly tersenyum membalas sapaan para siswa yang menyapanya. Mood Madam Loly sepertinya sedang bagus hari ini. Karena tidak biasanya guru kesiswaan itu memasang ekspresi sumringah seperti sekarang. Biasanya, Madam Loly selalu ketus dan memasang raut wajah jutek nan tidak menyenangkan.

Di saat sebagian besar penghuni asrama tengah bergegas untuk berkumpul di ruang makan. Bersiap untuk sarapan bersama. Lima anak yang menempati kamar 257 malah sama sekali tidak memikirkan hal itu. Makan bukanlah perkara penting bagi mereka untuk saat ini. Ada hal yang jauh lebih penting yang harus mereka bahas bersama, kata Adnan.

"Ada apa? Lo liat apa semalem?" desak Lukas yang sudah tidak sabar lagi menunggu penjelasan Adnan.

Ethan, Yudan, Daniel, Lukas, dan Adnan duduk membentuk sebuah lingkaran di tengah-tengah antara lima ranjang mereka masing-masing. Kemudian Adnan bercerita tentang segala yang terjadi padanya semalam. Tentang seseorang yang sangat dia yakini sebagai pelaku dari segala macam teror yang menimpa Lawden Hall. Sekaligus seseorang yang menyebabkan dia dan teman-temannya dituduh melakukan yang tidak mereka lakukan oleh Madam Loly.

Emerald Eyes 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang