Bagian 3

1.5K 108 4
                                    

Hola hola, ayo budayakan vote sebelum membaca 😄

Don't be silent reader please!

Happy Reading

***

Akhirnya setelah menyusuri jalanan kompleks Alcan dan Ester sampai di rumah gadis itu. Selama beberapa menit perjalanan tadi Ester tak henti berbicara untuk menunjukkan arah rumahnya kepada Alcan, dan tak lupa juga kedua tangan Ester tanpa disadari tidak lepas dari pinggang Alcan.

Setelah sadar dirinya sudah sampai di rumahnya, Ester segera turun dari motor Alcan. Sementara Alcan memandangi rumah Ester, ternyata dirinya selama ini menempati kompleks perumahan yang sama dengan gadis itu. Setahu Alcan dulu saat masih SMA rumah Ester bukan di sini, apa mungkin Ester pindah rumah?

"Sejak kuliah gue pindah ke sini," ujar Ester tiba-tiba seakan dia tahu isi pikiran Alcan.

"Makasih ya, Al, udah nolongin gue dan anterin gue pulang. Mau mampir dulu?" kata Ester lagi setelah Alcan tak membalas perkataannya tadi.

"Enggak," jawab Alcan sambil menyalakan kembali mesin motornya.

"Ya udah kalau gitu, lo hati-hati ya."

Setelah mengangguk untuk membalas perkataan Ester, cowok dengan motor besar berwarna hitam itu langsung melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi.

"Aish, disuruh hati-hati malah ngebut," gumam Ester.

Setelah sosok Alcan hilang dari pandangannya, Ester pun segera memasuki rumahnya. Begitu masuk, di halaman depan ia melihat seorang laki-laki yang sedang mencuci motornya sambil bersenandung kecil.

"Lo enggak kerja, Kak?" tanya Ester pada sosok laki-laki tadi yang dipanggilnya 'Kakak'.

"Papa nyuruh gue libur dulu," jawab Evan-kakak Ester.

"Bisa-bisanya papa nyuruh lo libur." Ester berjalan ke arah Evan yang masih sibuk dengan motor kesayangannya itu.

"Lo gak liat nih, nih liat kaki gue," kata Evan sambil memerlihatkan kaki kanannya yang dibalut perban.

"Kenapa tuh?" tanya Ester. Meringis melihat kaki kakaknya yang di perban cukup besar, itu artinya luka di kaki Evan juga cukup parah.

"Biasa nyium aspal pas tadi mau ke kantor," jawab Evan dengan santainya seolah-olah ia sudah biasa dengan kejadian nyium aspal itu.

"Tapi kok lo malah nyuci motor sih, bukannya istirahat."

"Kasian ini bebep gue kotor, makanya gue cuci."

Ester mendengus geli mendengar Evan memanggil motornya dengan sebutan 'bebep', ia yang mendengarnya jadi geli sendiri.

"Cepet-cepet cari pacar deh lo Kak, serem gue lama-lama denger lo manggil bebep ke motor," celetuk Ester sambil berjalan memasuki rumah.

"Apa kabar sama lo yang malam mingguan sama buku, cari pacar juga gih."

Sejenak Ester menghentikan langkahnya, mendengar perkataan Evan tadi ia merasa seperti ada yang retak tapi bukan kaca.

Chance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang