Bagian 14

905 82 4
                                    

Happy Reading

***

Ester baru saja menyelesaikan pekerjaannya mencuci piring bekas makannya tadi bersama Alcan dan membereskan dapur yang agak berantakan setelah digunakan masak. Sejak selesai makan Ester tidak mendengar suara Alcan lagi. Ester pun memanggil nama Alcan, tapi tidak ada sahutan.

Ester berjalan menuju ruang tengah rumah Alcan sambil melirik ke arah arlojinya yang sudah menunjukkan pukul lima sore. Ia harus segera pulang pasti mamanya sudah menunggu di rumah karena sejak tadi mamanya sudah menanyakan keberadaan Ester.

Sebenarnya Ester ragu jika pulang sekarang karena Alcan sedang tidur, tidak enak jika Ester main pergi begitu saja, tapi Ester juga tidak enak jika harus membangunkan Alcan hanya untuk berpamitan. Maka dari itu Ester akan menunggu sebentar lagi, siapa tahu Alcan akan bangun.

Lima belas menit berlalu Alcan tak kunjung keluar dari kamarnya, itu artinya Alcan masih terlelap.

"Apa gue bangunin Alcan aja ya?" gumam Ester sambil beranjak berdiri. "Ah, tapi gak enak banguninnya," lanjutnya.

Di tengah kebingungan Ester yang mondar-mandir di ruang tengah rumah Alcan, sang pemilik rumah baru saja terbangun dari tidur nyenyaknya. Alcan berjalan menuruni setiap anak tangga sambil sesekali memgucek matanya yang terasa masih lengket akibat baru bangun. Setelah sampai di anak tangga terakhir mata Alcan tak sengaja mendapati Ester yang masih berjalan mondar-mandir sambil seperti sedanga kebingungan dan memikirkan sesuatu.

"Kenapa?"

Ester terperanjat ketika tiba-tiba mendengar suara dari arah belakangnya. Ester bernapas lega saat tahu yang berbicara barusan Alcan, ia hanya takut yang berbicara adalah orang lain dan mengetahui jika ada seorang perempuan di rumah Alcan nanti orang itu bisa berpikir macam-macam.

"Eh, lo udah bangun?" tanya Ester yang sebenarnya tidak perlu dipertanyakan karena sudah jelas jawabannya jika Alcan sudah bangun.

Alcan mengangguk sambil menutup mulutnya yang terbuka lebar, melihat itu Ester terkekeh karena di matanya sekarang Alcan terlihat sangat menggemaskan. Ternyata seorang Alcander Aileen Prasaja yang terkenal cuek dan irit bicara itu bisa terlihat menggemaskan juga saat bangun tidur.

"Kok ketawa?" tanya Alcan dengan kedua alis berkerut.

Ester menghentikan tawanya. "Lucu aja liat lo baru bangun," katanya.

Alcan mengira Ester tertawa karena penampilannya saat ini pasti sangat berantakan akibat baru bangun tidur, akhirnya Alcan pun merapikan rambut dan pakaiannya yang memang acak-acakan. Hal itu malah membuat Ester kembali terkekeh, tapi hanya sebentar setelah itu Ester berpamitan untuk pulang.

Baru beberapa langkah Ester menuju pintu keluar, Alcan langsung mencekal tangan Ester dan meminta Ester untuk menunggu sebentar untuk bersiap-siap karena Alcan berniat untuk mengantarkan Ester pulang. Kali ini Ester hanya menunggu lima menit untuk Alcan bersiap-siap, setelah itu Ester akhirnya bisa pulang dengan diantar oleh Alcan.

***

Leo tengah asyik menikmati teh hangat buatan mamanya, setelah berkelut dengat berbagai materi di kampus yang memaksa masuk ke otaknya, sekarang Leo bisa menikmati waktu santainya di rumah tanpa tugas-tugas yang menghantuinya. Dulu saat pertama kali lulus SMA Leo pikir kuliah itu enak, punya banyak teman baru, banyak kegiatan juga, pakai baju bebas. Nyatanya kuliah tak seenak itu dan tak seindah yang dialami di sinetron, nyatanya kuliah itu lebih berat dari sekolah yang tugas-tugasnya menumpuk dan deathline pendek.

Baru saja Leo merasakan ketenangan beberapa menit, tiba-tiba adiknya datang. Lia memang hanya duduk di sebelah Leo sambil membawa camilan, tapi pasti sebentar lagi gadis remaja itu akan merecokinya. Leo sangat yakin karena jika Lia ada di sekitarnya itu artinya tidak ada ketenangan bagi Leo.

"Bang," panggil Lia.

Leo hanya menggumam tanpa melirik sang adik yang berada di samping. Leo masih mencoba untuk menikmati ketenangannya.

"Kapan lo mau kenalin gue sama temen lo?" tanya Lia.

Leo menghela napas, pasti saja jika Lia mendekatinya gadis itu akan menanyakan hal yang sama.

"Temen gue yang mana?" tanya Leo balik berusaha untuk bersabar karena sejujurnya Leo sudah jengah dengan pertanyaan itu.

Lia yang tadi duduk menghadap televisi sekarang merubahnya menjadi menghadap ke arah Leo sambil menaikkan kedua kakinya ke sofa.

"Itu loh yang ganteng itu, siapa namanya Al ... Aldi? Eh bukan Al-"

"Alcan."

Leo tidak tahu apa yang membuat adiknya itu sampai kekeuh ingin dikenalkan dengan Alcan padahal Lia dan Alcan baru bertemu satu kali.

Berawal dari Alcan yang dulu sempat mendatangi rumah Leo karena akan mengerjakan tugas bersama, saat itu yang membukakan pintu adalah Lia dan dari situlah Lia merasa jika dirinya terpesona oleh ketampanan Alcan dan jatuh cinta pada cowok cuek dan dingin itu.

"Lo tuh masih bocil, enggak usah pacar-pacaran!" ujar Leo melirik sekilas ke arah Lia.

Leo mengaduh saat Lia dengan sengaja memukul bahunya keras. Jika tidak bermain fisik bukan Lia sebenarnya. Leo bingung sebenarnya Lia itu laki-laki atau perempuan, tangannya sangat ringan sekali untuk memukul orang.

"Lo harusnya dukung gue! Bukannya nyuruh gue buat gak pacaran. Temen-temen gue aja udah pada punya pacar," ujar Lia sambil menggerutu. Ia tidak setuju dengan perkataan kakaknya untuk tidak pacaran dulu.

Leo menggeleng dengan tegas jika dirinya tidak mengizinkan Lia untuk berpacaran karena bagi Leo adiknya itu masih kecil dan belum pantas untuk menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenis.

"Gue bilang enggak ya enggak, Lia!"

Lia sangat kesal mendengarnya, ingin sekali Lia kembali menyerang Leo sampai kakaknya itu tak berdaya, tapi Lia ingat dengan perkataan mamanya jika anak perempuan itu harus lemah lembut dan tidak boleh kasar jika seorang perempuan berkelakuan kasar tidak akan ada laki-laki yang mau. Jadi, Lia lebih memilih diam dengan memasang wajah kesal sambil melipat kedua tangan di depan dadanya.

"Lagian Alcan udah punya pacar," celetuk Leo yang pasti sangat membuat Lia kaget.

Sebenarnya Leo tidak asal biacara saat mengatakan jika Alcan sudah punya pacar, beberapa hari lalu Leo sempat melihat Alcan datang ke kampus bersama seorang cewek. Leo tidak yakin apakah itu benar pacarnya Alcan atau hanya teman biasa, tapi Leo dengan sangat percaya diri mengatakan Alcan sudah punya pacar agar adiknya tidak selalu menanyakan Alcan dan berharap lebih pada cowok itu.

Bersambung ....

Chance [End]Where stories live. Discover now