Bagian 10

1K 84 0
                                    

Don't be silent readers pliss 😊

Follow me! 💕

Happy Reading

***

Vania berdiri di depan beberapan panitia acara event olahraga dan seni tahun ini setelah menuliskan tema pada whiteboard di belakangnya. Hasil rapat perdana mereka beberapa hari lalu, yaitu membahas tema dan beberapa lomba yang diperkirakan akan diadakan saat event nanti. Tema yang mereka ambil tahun ini adalah "We're One, We're Family Nusantara University".

Rapat hari ini hanya bisa dihadiri beberapa orang saja karena sebagian lagi tidak bisa mengikuti dengan alasan harus bimbingan dengan dosen, mengerjakan tugas, dan ada juga yang ternyata hari ini tidak masuk ke kampus. Meskipun begitu para panitia yang jumlahnya dua puluh orang itu begitu semangat untuk mengadakan acara tahunan kampus ini. Yang tidak bisa hadir hari ini pasti akan diberitahukan oleh yang hadir tentang rapat apa yang dibahas.

"Hari ini kita bahas acara apa aja yang bakalan kita adain tahun ini," jelas Vania yang menjabat sebagai wakil ketua panitia. "Oh iya, sekretaris tolong catat ya jangan lupa," lanjutnya memerintahkan pada sang sekretaris acara.

Clara yang berada di antara panitia yang lain mendengkus kesal melihat tingkah Vania yang terlihat sombong itu mentang-mentang dia menjabat sebagai wakil. Yang semakin membuat Clara kesal adalah setiap jadwal rapat yang diadakan pasti yang mengatur itu Vania bukan ketua panitianya alias Alcan.

"Itu muka biasa aja," ucap Ester berbisik pelan kepada Clara yang berada di sampingnya.

Ester merasa lucu dengan ekspresi yang dibuat oleh Clara ketika gadis itu menatap Vania, terlihat sangat jelas jika Clara benar-benar tidak suka dengan Vania.

Alcan bangkit berdiri dari duduknya karena merasa kesal saat Vania membahas hal yang tidak perlu dibahas, inilah saatnya Alcan harus turun tangan karena jika rapat ini dikendalikan terus oleh Vania maka tidak akan ada hasilnya.

Setiap ada yang memberikan ide untuk lomba apa saja yang akan diadakan pada event nanti pasti dikomentari panjang lebar oleh Vania, itulah yang membuat rapat ini semakin lama.

"Lomba kita samain kayak tahun kemarin, ada yang mau menambahkan?" tanya Alcan begitu ia berdiri di depan para panitia yang lain.

"Nah ini nih gue suka, langsung to the point. Kagak kayak si Vania tadi," bisik Clara kepada Ester.

Satu per satu panitia mengangkat tangannya untuk memberika saran mereka masing-masing, bagi saran yang sangat mungkin bisa diadakan langsung diterima oleh Alcan dan masuk ke dalam daftar acara.

"Kemarin ada yang usul buat undang artis," ujar Alcan membuat semua panitia berseru senang, tetapi ada juga yang menanggapinya dengan biasa.

"Gue minta tolong sekretaris buat list artis mana yang mau diundang, humas bisa tolong hubungin manajer artisnya, dan bendahara bisa mulai hitung budget untuk undang artisnya berapa," jelas Alcan dengan nada yang tegas, tidak salah jika Alcan terpilih menjadi ketua.

"Sekian rapat hari ini, nanti kita lanjut," kata Alcan lagi, lalu pergi begitu saja.

"Ahh, seneng banget rapatnya bisa selesai cepet," celetuk Clara.

"Seneng banget lu," sahut Ester.

Clara memamerkan senyum terbaiknya, lalu merangkul Ester sambil berjalan keluar dari gedung rapat.

Chance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang