Bagian 19

836 95 2
                                    

Happy Reading

***

Hari ini adalah hari Rabu, tetapi Alcan tidak pergi ke kampus dan menikmati secangkir kopi yang telah dibuatnya. Moment seperti inilah yang jarang sekali Alcan rasakan, menikmati me time di tengah-tengah kesibukan kuliahnya.

Alcan tersenyum melihat sebuah kalung yang sedang dipegangnya. Kalung itu mempunyai liontin sebuah lingkaran dengan aksesoris bunga. Terlihat sederhana, tetapi elegan. Alcan baru membelinya kemarin dan ia akan memberikan kalung itu kepada seseorang yang spesial untuknya.

Ponsel di atas meja bergetar dan menunjukkan sebuah pop-up pesan yang langsung memperlihatkan isi pesan beserta nama si pengirimnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ponsel di atas meja bergetar dan menunjukkan sebuah pop-up pesan yang langsung memperlihatkan isi pesan beserta nama si pengirimnya.

Ester Jovita: Aku selesai kelas jam dua.

Setelah melihat pesan yang dikirim oleh Ester, otomatis mata Alcan melirik ke arah jam yang tertera di layar ponselnya.

Saat ini waktu masih menunjukkan pukul 12.00, masih ada waktu dua jam lagi untuk menunggu Ester pulang, tetapi Alcan sudah bersiap untuk menjemput gadis itu. Karena sejak tadi penampilannya sudah siap dengan celana skinny jeans warna hitam dan kaus putih polos, Alcan tinggal memakai jaket dan sepatu.

AlcanderA: Aku jemput.

Sambil membalas pesan Ester, Alcan berjalan menuruni setiap anak tangga menuju garasi di mana motornya tersimpan.

Sesampainya di garasi rumah, Alcan langsung menaiki motornya setelah menggunakan helm untuk keselamatan dirinya. Tidak lupa Alcan juga membawa helm lain untuk digunakan oleh Ester.

***

Akhirnya kelas terakhir pada hari ini sudah selesai, mahasiswa di kelas Ester langsung membubarkn diri. Ester langsung memasukkan buku catatan ke dalam tasnya, setelah itu dengan penuh semangat Ester berjalan menuju pintu keluar terlihat seperti buru-buru.

"Woy, Ter! Kok buru-buru amat?" teriak Clara dari bangkunya, ia masih membereskan alat tulisnya.

"Alcan nungguin di depan," jawab Ester. "Bye, gusy!" lanjutnya sambil melambaikan tangan ke arah Clara dan Vero.

Ester berjalan melalui setiap koridor sambil membalas pesan Alcan.

Ester Jovita: Aku otw ke sana.

Karena saking terburu-buru, Ester tidak sadar di depannya ada orang dan berakhirlah Ester menabrak orang itu.

"Lo jalan pake mata dong!" caci orang itu setelah Ester menabraknya.

"Sorry, gue enggak sengaja," ujar Ester, mendongakkan kepala dan ternyata ia mengenal siapa yang ditabraknya. Itu Vania, orang yang dikenalnya saat menjadi panitia acara kampus lalu.

Vania menatap Ester dengan sinis, dirinya sudah tidak menyukai Ester sejak gadis itu selalu berdekatan dengan Alcan.

"Sekali lagi, sorry," ujar Ester langsung berlalu begitu saja tanpa memedulikan tatapan Vania yang terlihat membencinya. Ester tidak tahu kenapa gadis itu menatapnya seperti itu.

Setelah melewati berbagai koridor dan gedung-gedung fakultas, akhirnya Ester sampai di parkiran selatan. Letak parkiran itu lumayan jauh dari gedung fakultas farmasi membuat Ester harus berjalan lebih cepat karena tidak mau membuat Alcan menunggu terlalu lama.

Ester berhenti, matanya mencari di mana keberadaan Alcan. Katanya tadi cowok itu menunggunya di parkiran selatan, tetapi Ester tidak mendapati keberadaan Alcan. Jika cowok itu berbohong, bersiaplah Ester akan menghajar Alcan. Sudah lelah Ester berjalan menuju parkiran dengan terburu-buru dan Alcan tidak ada membuat Ester sedikit emosi.

Seseorang menepuk pundaknya dari belakang, refleks Ester pun membalikan badan melihat siapa yang menepuknya.

Di hadapannya saat ini berdiri Alcan yang tengah tersenyum manis ke arahnya. Rasa agak kesal yang tadi dirasakannya hilang begitu saja, sekarang Ester malah membalas senyum Alcan.

"Aku kira kamu bohong nunggu di parkiran sini," ujar Ester.

"Tadi beli minum dulu," jawab Alcan sambil menunjukkan sebotol air mineral di tangannya.

Ester mengangguk. "Ayo pulang," ujarnya.

"Ke rumah aku dulu ya," pinta Alcan yang diangguki oleh Ester. Tidak masalah dirinya lelah karena kuliah hari ini.

Alcan pun menyerahkan botol mineral yang dibelinya tadi pada Ester yang langsung diterima gadis itu, lalu Alcan segera naik ke motornya diikuti Ester.

***

Ester tengah berada di dapur sambil memasak makanan yang akan disantapnya berdua dengan Alcan. Tadi saat sampai di rumah Alcan, Ester merasa lapar karena belum sempat makan siang. Kebetulan di rumah Alcan ada beberapa bahan makanan yang bisa diolahnya, maka dari itu Ester berinisiatif untuk memasak walaupun kemampuan masaknya tidak sehebat mamanya atau chef yang menjadi juri dalam acara memasak di televisi.

Ester tersentak saat tiba-tiba Alcan memeluknya dari belakang. Cowok itu baru saja membersihkan diri terlihat dari rambutnya yang meneteskan air.

"Masak apa?" tanya Alcan dengan suara yang sangat rendah membuat Ester jadi merinding.

Perlakuan Alcan yang memeluknya dari belakang dengan sangat intim membuat Ester berpikir jika mereka seperti pasangan suami-istri di mana sang istri yang sedang memasak dan suami yang memeluknya dari belakang. Pikiran itu membuat Ester tersenyum dengan semburat merah di kedua pipinya.

"Ma-masak capcay. Kamu suka?" ujar Ester dengan nada suara yang sedikit gugup.

"Hmm," gumam Alcan sambil menangguk. Ah ... rasanya sangat nyaman memeluk gadis di hadapannya ini.

"Al ...," panggil Ester.

"Hm?"

"Bi-bisa lepasin pelukannya, nggak?"

Bukannya Ester tidak mau dipeluk oleh Alcan, tetapi pelukan Alcan membuat dirinya tidak fokus dan takut jika masakkannya malah gagal.

Alcan yang mengerti pun mengendurkan pelukannya, kedua tangannya masih melilit di perut Ester.

"Aku mau ngasih sesuatu dulu buat kamu," ujar Alcan.

Ester mematikan kompor setelah diyakini masakannya sudah matang, ia pun berniat untuk membalikkan badannya, tetapi tidak jadi karena Alcan menahan tubuhnya.

"Diem dulu," ujar Alcan.

Ester dibuat tersentak lagi dengan pelakuan Alcan saat cowok itu memasangkan sebuah kalung cantik di lehernya. Ester tersenyum sambil berbalik ke arah Alcan, matanya berkaca-kaca saat matanya menatap wajah Alcan. Ester merasa terharu.

"Suka?" tanya Alcan, tangannya menyelipkan rambut Ester ke belakang telinga gadis itu. Melihat Ester yang memakai kalung pemberiannya membuat gadis itu terlihat semakin cantik.

"Banget, makasih, ya," jawab Ester yang langsung memeluk Alcan.

Alcan tersenyum bahagia tahu jika Ester menyukai kalungnya, ia pun mengecup pucuk kepala Ester dengan penuh kasih sayang.

Setelah acara pemberian kalung itu, Alcan dan Ester segera memakan hasil masakan Ester sambil berbincang. Banyak yang mereka bicarakan, jika bersama Ester maka Alcan berubah menjadi sosok yang banyak bicara, Ester pun sedikit terkejut melihat sikap Alcan yang berbeda dari biasanya.

Bersambung ...

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment :)

Chance [End]Where stories live. Discover now