Bagian 22

415 34 1
                                    

Leo berjalan di belakang Clara ketika mereka turun dari motor Leo. Tatapan Leo berkeliaran memandangi rumah Clara yang terlihat minimalis, tetapi sangat elegan.

"Lo duduk dulu, gue mau ambil P3K," ujar Clara begitu mereka sampai di dalam rumah.

Lagi, mata Leo menatap ke seluruh penjuru ruang tamu rumah Clara. Tidak ada yang istimewa, hanya ada beberapa foto keluarga, lukisan, dan hiasan rumah lainnya.

Tak lama kemudian Glara datang kembali sambil membawa sebuah kotak yang berisikan obat-obatan dan juga baskom berisi handuk dan es batu.

"Gue obatin, ya?" ujar Clara ketika dirinya duduk di sebelah Leo.

"Boleh," jawab Leo singkat. Rasanya hanya berbicara sedikit saja membuat Leo meringis karena sudut bibirnya terlihat sobek akibat pukulan preman tadi.

"Ashh ... shhh, pelan-pelan," gumam Leo saat Clara mengobati bagian pelipisnya.

"Ini gue udah pelan-pelan, kok," kata Clara sambil tetap fokus mengobati luka Leo dan berusaha selembut mungkin agar cowok itu tidak merasakan sakit.

Saat sedang masih mengobati mata Clara tidak sengaja bertemu dengan mata Leo. Mata yang tajam, tetapi ketika menatap matanya, mata itu malah menyorotnya dengan tatapan lembut. Sangat lembut, sampai Clara merasa sekarang jantungnya sudah berdekat tak karuan.

Buru-buru Clara menyelesaikan tugasnya, jika berlama-lama tidak akan baik untuk kesehatan jantungnya.

"Selesai, gue simpen ini dulu." Clara pun beranjak kembali ke dapur untuk meletakkan segala peralatan yang tadi digunakannya untuk mengobati luka Leo.

"Tatapannya, masih sama," gumam Leo sambil memegangi dadanya karena jujur saat bertatapan dengan Clara tadi, Leo juga merasa jantungnya berdetak begitu cepat.

"Di minum dulu, Le." Clara kembali dengan segelas teh hangat yang langsung diletakkan di atas meja.

"Iya, makasih," kata Leo langsung meminumnya hingga setengah.

"Gue yang harusnya bilang makasih, lo udah nolongin gue tadi," ujar Clara menatap Leo dengan perasaan bersalahnya.

Gara-gara Clara, Leo jadi sasaran empuk para preman yang menganggunya di jalan tadi.

Leo tersenyum kecil, tidak bisa melebarkan senyumnya karena sudut bibirnya masih sangat sakit.

"Sama-sama, lain kali kalau udah malam gini lo enggak usah keluar rumah sendiri," ujar Leo.

"Gue juga sebenernya gak mau keluar malam gini, cuma kepepet aja tadi," jawab Clara.

Mata Leo melirik ke arah kantong kresek yang disimpan Clara di atas meja, sekilas Leo melihat ada sesuatu yang sangat penting bagi kaum perempuan setiap bulannya.

Clara yang sadar arah pandang Leo langsung mengambil kantong kresek itu dan menyembunyikan di belakang badannya. Leo terkekeh melihat tingkah Clara yang malu karena kepergok membeli barang penting itu.

"Beli pembalut?" tanya Leo sambil menatap Clara dengan jahil.

Clara hanya mengangguk, berusaha tidak menatap Leo yang sedang menatap ke arahnya.

"Lain kali, kalau malam-malam pembalut lo habis, telfon gue dan gue bakalan beliin buat lo."

Sudah pasti Clara terkejut mendengar penuturan Leo barusan.

***

"WHAT! Leo ngomong gitu?" tanya Vero setelah Clara menceritakan semua kejadian semalam.

Chance [End]Where stories live. Discover now