Bagian 13

973 86 3
                                    

Happy Reading

***

Mata kuliah terakhir untuk hari ini telah berakhir, dosen dan hampir semua mahasiswa sudah keluar dari kelas. Tersisa Ester, Clara, dan Vero yang masih duduk di bangkunya masing-masing, entah apa yang mereka tunggu.

"Eh ngopi kuy, mumpung lagi ada yang diskon, nih," ajak Vero setelah melihat ada sebuah kedai kopi yang sedang diskon di Instagramnya.

"Ayo deh, gue juga lagi pengen ngopi nih sekalian ngerjain tugas," sahut Clara.

Vero dan Clara sudah bersiap untuk pergi, tapi Ester mengatakan jika dia tidak bisa ikut dengan kedua sahabatnya itu. Ketika ditanya mengapa tidak bisa ikut Ester menjawab jika dirinya sudah mempunyai janji dengan Alcan. Hal itu membuat Clara dan Vero menggoda Ester sampai gadis itu malu-malu.

Tadi Alcan memang sempat memgirimi Ester pesan yang memintanya untuk menunggu Alcan karena kelas terakhir Alcan kurang lebih setengah jam lebih lambat dari kelas terakhir Ester.

Kelas Ester sudah sepi hingga Ester memilih untuk menunggu Alcan di kafetaria kampus. Minuman yang dipesan Ester sudah hampir habis, tetapi Alcan belum juga mengabarinya dan seharusnya sekarang kelas Alcan sudah bubar.

Baru saja Ester akan mengirim pesan pada Alcan, tiba-tiba Alcan sudah datang dan langsung duduk di hadapannya.

"Kok lama?" tanya Ester begitu Alcan sudah datang.

"Ada urusan sama dosen," jawab Alcan. "Hari ini mau temenin gue?" tanyanya.

"Temenin ke mana?" Ester balik bertanya, penasaran.

"Belanja."

Ester menatap Alcan dengan heran, baru kali ini Ester mendengar ada cowok yang memintanya untuk ditemani pergi berbelanja karena biasanya yang meminta ditemani belanja adalah para kaum hawa.

"Belanja?" tanya Ester memastikan jika pendengarannya tidak salah. Alcan pun mengangguk.

Sebenarnya Ester masih ingin bertanya pada Alcan apa yang harus Alcan beli, tetapi Alcan seperti mengajaknya buru-buru dan Ester pun mau menemani Alcan meskipun belum tahu ke mana tujuan Alcan.

Di sisi lain seorang gadis sejak tadi terus memerhatikan interaksi antara Alcan dan Ester. Terlihat dari ekspresi wajahnya jika dia tidak suka melihat kedekatan dua orang itu.

"Awas aja lo!" ujarnya sambil menatap kepergian Alcan dan Ester dengan tajam.

***

Vania langsung melemparkan tasnya ke arah sofa tanpa melihat jika ada seseorang yang sedang tiduran di sofa itu.

"Anjir, Van! Lo kalau lempar liat-liat dong!" protes Calvin sebagai korban lemparan tas Vania, tepat sekali mengenai wajahnya yang masih agak lebam.

"Suruh siapa lo di situ?!" Bukannya meminta maaf Vania malah balik memarahi Calvin.

Mungkin ada yang bertanya kenapa Calvin selalu ada di rumah Vania. Calvin sebenarnya sepupu Vania, ayah Calvin adalah adik dari ibunya Vania dan sebenarnya Calvin juga punya rumah atau lebih tepatnya rumah orang tuanya, tetapi Calvin lebih senang berada di rumah Vania karena katanya di rumah Vania lebih banyak makanan dan Calvin bebas melakukan apapun sementara jika Calvin tinggal di rumah bersama kedua orang tuanya, ia merasa tidak bebas dan banyak sekali aturan yang harus diturutinya.

"Kenapa jadi lo yang marah, sih?" ujar Calvin memasang tampang melas

Tadinya ia ingin marah pada Vania karena telah sembarangan melempar tas dan tepat mengenai wajahnya yang masih sakit, tetapi amarahnya ia urungkan saat melihat raut wajah Vania yang terlihat kesal.

Chance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang