Bagian 12

945 84 2
                                    

Don't be silent readers 😊

Happy Reading

***

Ester terlihat bingung dan kaget ketika membuka gerbang rumahnya, seseorang dengan motornya sudah ada tepat di depan rumah Ester. Ia melangkah mendekati orang itu untuk memastikan apakah Ester mengenalnya atau tidak karena orang itu masih menggunakan helm dan menutup kaca helmnya.

"Alcan?"

Ester menyadari jika itu Alcan setelah mengenali postur tubuh orang itu dari dekat. Dan benar saja orang itu adalah Alcan setelah dia membuka kaca helmnya. Meskipun bentuk helm yang dikenakan Alcan adalah fullface dan saat dibuka kacanya hanya terlihat sebagian wajahnya, tetapi Ester sudah tahu jika Alcan dilihat dari warna mata yang Alcan punya.

"Ayo naik!" titah Alcan sambil menyerahkan satu helm yang dibawanya khusus untuk Ester.

Tanpa ragu-ragu Ester menerima helm yang diberikan oleh Alcan dan memakainya. Segera Ester menaiki motor Alcan dengan dibantu oleh cowok itu agar Ester lebih mudah untuk menaikinya. Setelah itu Alcan pun melajukan motornya dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi, sementara Ester diam-diam tersenyum senang karena Alcan mau menjemputnya.

Baru beberapa menit motor Alcan bergabung dengan kendaraan lain di jalan raya sudah dihentikan oleh lampu merah yang menyala, Alcan pun menghentikan motornya tepat di belakang garis pembatas.

"Pegangan," ujar Alcan menolehkan kepalanya ke belakang.

Ester tidak terlalu jelas apa yang dikatakan Alcan, jadi Ester mencoba untuk memajukan sedikit badannya dan mendekatkan kepalanya ke arah kepala Alcan.

"Kenapa, Al?" tanya Ester.

"Pegangan," jawab Alcan.

Ester tidak salah dengar, bukan? Baru saja Alcan menyuruhnya untuk berpegangan. Dengan ragu Ester berpegangan pada hoodie yang dikenakan oleh Alcan.

Alcan kembali menghadap depan untuk melihat apakah lampunya sudah berubah atau belum. Mengetahui lampu masih menyala merah, Alcan melepaskan kedua tangannya dari stang motor dan meraih kedua tangan Ester untuk melingkar pada pingganganya. Ester kaget dan refleks akan melepaskannya, tapi ditahan oleh Alcan jadilah posisi Ester sekarang adalah memeluk Alcan dari belakang.

Lampu merah sudah berubah menjadi hijau, Alcan pun kembali melajukan motornya dengan Ester yang sudah tidak bisa mengontrol detak jantungnya.

Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu kurang lebih tiga puluh menit, sampailah Alcan dan Ester di kampus. Setelah Alcan memarkirkan motornya, Ester segera turun dan melepas helm yang digunakannya lalu menyerahkannya kepada Alcan.

"Makasih ya, Al," ujar Ester sambil tersenyum.

Seperti biasa Alcan tidak menjawab dengan kata-kata, cowok itu hanya menjawab dengan anggukan saja.

"Kalau gitu gue ke kelas dulu ya," ujar Ester yang dijawan anggukan juga oleh Alcan. "Hmm ... kalau lo ada kelas jam berapa?" lanjutnya.

"Jam sepuluh," jawab Alcan.

Ester membulatkan matanya, jika Alcan ada kelas jam sepuluh itu artinya terlalu pagi bagi Alcan untuk datang ke kampus karena sekarang masih jam delapan.

"Terus kenapa lo ke kampus?" tanya Ester. Ia melupakan jika sebentar lagi kelasnya akan dimulai.

"Jemput lo," jawab Alcan yang lagi-lagi sangat singkat. "Buruan keburu masuk," lanjutnya saat tahu Ester akan berbicara lagi.

Chance [End]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt