Bagian 21

666 41 1
                                    

Leo memetik gitar, tetapi tatapan matanya terlihat kosong. Seperti sedang ada yang dipikirkan oleh cowok itu. Ricky dan Dirga saling senggol dan berbisik, menebak-nebak apa yang sedang dipikirkan oleh temannya itu.

"Kenapa, Le?" Alcan mengeluarkan suara sambil menatap datar ke arah Leo. Ternyata sejak tadi Alcan juga memerhatikan Leo.

Leo tidak menyahut, Ricky memukul agak keras bahu Leo sampai cowok itu tersadar dari lamunannya.

"Apaan sih, Rick?" tanya Leo dengan nada marah karena rasa sakit akibat pukulan Ricky.

"Lo yang kenapa? Dari tadi bengong mulu," ujar Ricky.

Leo menautkan kedua alisnya, memangnya sejak tadi ia terlihat sedang melamun, ya?

Seakan tahu apa yang dipikrikan oleh Leo, Alcan pun berkata, "Lo ngelamun terus dari tadi."

"Enggak, gue gak ngelamun," ucap Leo. Sejujurnya ada hal yang sedang Leo pikirkan.

"Bokis lo, mana ada gak ngelamun," sahut Dirga mencibir.

Leo tidak membalas lagi perkataan teman-temannya, cowok itu lebih memilih beranjak dari tempatnya dan menyimpan gitar di atas Kasur Alcan, karena saat ini mereka sedang berada di rumah Alcan.

"Mau ke mana lo?" tanya Dirga ketika melihat Leo sudah siap memakai jaketnya.

"Pulang," jawab Leo.

Dengan kompak Alcan, Ricky, dan Dirga menatap kea rah jam dinding. Waktu masih menunjukkan pukul delapan malam, masih terlalu sore untuk mereka membubarkan diri. Biasanya jika sudah kumpul di rumah Alcan mereka tak kenal waktu dan baru pulang ke rumah masing-masing saat larut malam.

"Baru jam segini, Le. Lo beneran mau balik?" tanya Ricky.

"Ngantuk gue," balas Leo.

Setelah itu Leo melangkah pergi setelah berpamitan kepada ketiga temannya. Alcan, Ricky, dan Dirga juga tidak mencoba mencegah Leo. Mungkin Leo membutuhkan waktu sendiri.

"Gue ramal, Leo lagi galau," gumam Dirga setelah Leo menghilang dari pandangannya.

Mendengar perkataan Dirga, Ricky menoyor kepala cowok itu. "Gaya lo ramal-ramal, emangnya lo Dilan."

"Gue kan titisan Dilan," sahut Dirga.

Terjadilah adu mulut antara Ricky dan Dirga, sementara Alcan hanya menatap kedua temannya itu dengan datar. Dia juga tidak peduli jika mereka sampai baku hantam, asalkan jangan mengotori kamarnya.

***

Entah kenapa perasaan Leo menjadi tidak enak mala mini, sekadar berkumpul bersama ketiga temannya saja ia tidak memiliki mood yang bagus. Maka dari itu Leo memilih untuk pulang saja, lebih tepatnya ingin menyendiri.

Leo memacu motornya dengan kecapatan yang begitu lambat sambil menikmati udara malam yang sebenarnya tidak baik untuk kesehatan, tetapi udara malam sedikit menenangkan hati Leo yang terasa hampa.

Tak sengaja matanya menatap sesosok perempuan yang sedang berjalan sendiri di daerah yang sepi itu. Firasat Leo menjadi tidak enak setelah melihat tiga orang laki-laki menghampiri perempuan itu.

Leo tidak menghentikan laju motornya di jarak sekitar sepuluh meter dari posisi perempuan itu. Masih mengamati apa yang akan terjadi.

Melihat tiga orang laki-laki itu semakin mendekat dengan sang perempuan, langsung saja Leo menancapkan gas motornya.

Di sisi lain, Clara menggerutu kesal karena malam-malam begini dia harus keluar rumah untuk membeli pembalutnya yang sudah habis. Jika tidak kepepet seperti ini, Clara tidak mau keluar dari rumah sendiri pada malam hari.

Chance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang