Bagian 20

547 41 0
                                    

Sejak tadi Ester terus menatap kalung yang melingkari lehernya sambil tersenyum. Ester tidak melihat seberapa mahal harga kalung itu, emas apa yang digunakan untuk membuat kalung itu, tetapi Ester melihat bagaimana Alcan memberinya dengan tulus. Hubungan mereka mungkin masih dikatakan baru seumur jagung, tetapi Ester sudah melihat ketulusan dari cowok itu.

Ester mengubah posisinya yang tadinya menelungkupkan badan di atas Kasur sekarang berbalik terlentang, ia menatap langit-langit kamarnya yang dihiasi stiker berbentuk bulan dan bintang yang akan menyala jika lampu kamar dimatikan.

Pikiran Ester melayang saat dirinya masih menduduki Sekolah Menengah Atas, di mana dirinya pertama kali bertemu dengan Alcan. Saat itu Ester mendekati Alcan hanya karena sebatas rasa kasihan karena cowok itu menjadi bahan bully-an di sekolah, tetapi lama-lama Ester juga menaruh hati pada cowok itu.

Namun, saat itu hatinya masih bimbang karena sebagian hatinya masih dimiliki oleh orang lain. Akhirnya saat itu Ester lebih memilih masa lalunya dan berakhir menyesal.

Saat kembali dipertemukan Alcan di kampus, saat itulah Ester berharap ada kesempatan untuk meminta maaf kepada Alcan.

Ahh ... sudahlah lupakan masa lalu, yang harusnya disyukuri sekarang adalah Alcan telah menjadi miliknya dan Ester bersyukur Alcan tidak berubah sama sekali-perasaan cowok itu kepadanya.

Ester pun memejamkan mata saat rasa kantuk menghampirinya, tetapi matanya kembali terbuka saat suara ponselnya bordering. Segera Ester mengambil ponsel yang berada di atas nakas.

Nama Alcan terpampang di layar ponselnya. Tanpa pikir panjang lagi Ester langsung menjawab video call dari Alcan.

"Hai," sapa Ester saat wajah Alcan terpampang di layar ponselnya.

"Belum tidur?" tanya Alcan di seberang sana.

"Tadinya mau tidur, eh ada telfon dari kamu," jawab Ester.

Rasa bersalah terlihat dari wajah Alcan, ia merasa telah menganggu Ester yang ingin beristirahat.

Ester yang melihat perubahan ekspresi wajah Alcan terkekeh, baru kali ini dirinya melihat ekspresi lain dari wajah Alcan yang biasanya datar.

"Kenapa ekspresi kamu kayak gitu, sih?" tanya Ester masih sambil terkekeh.

Menyadari raut wajahnya yang agak konyol, Alcan pun merubahnya kembali menjadi datar, tetapi matanya menatap Ester dengan lembut.

"Ya udah, tidur gih," titah Alcan.

Ester mengerucutkan bibirnya dan menatap Alcan kesal. Alcan telah menganggu waktunya istirahat, Ester pikir ada hal yang ingin dibicarakan oleh cowok itu ternyata Alcan malah menyuruhnya untuk tidur.

"Maaf udah ganggu, sekarang kamu tidur aja," kata Alcan.

"Aku kira kamu mau bilang kangen sama aku, makannya kamu video call," gumam Ester dengan raut sedih.

Di seberang sana Alcan terkekeh. "Iya aku kangen," katanya.

"Kangen siapa?" tanya Ester.

"Kangen seseorang," jawab Alcan.

Keheningan terjadi antara Alcan dan Ester, mereka sama-sama terdiam dengan saling menatap lewat layar ponsel.

"Kangen seseorang yang sekarang lagi aku liatin," lanjut Alcan.

Ester yang mendengarnya tersenyum dan tersipu malu. Tak menyangka seorang Alcander bisa berbicara seperti itu.

Tidak banyak yang Alcan dan Ester ceritakan malam itu karena rasa kantuk yang kembali menghampiri Ester. Setelah saling mengucapkan kata 'selamat malam' mereka pun menutup pembicaraan mereka.

Chance [End]Where stories live. Discover now