Bagian 26

377 30 3
                                    

Happy Reading

***

"Ternyata kamu hebat masaknya, ya!" puji Aura begitu ia dan Ester menyelesaikan kegiatan masaknya.

"Biasa aja kok, Tan." Ester yang dipuji seperti itu menjadi salah tingkah.

"Oh iya, sekarang jam berapa, Ter?" tanya Aura sambil memindahkan masakan terakhirnya ke dalam mangkuk besar.

"Jam lima, Tante," jawab Ester setelah melirik ke arah arloji yang ia gunakan di tangannya.

"Sebentar lagi Ayahnya Alcan pulang, Tante mandi dulu ya."

Setelah mendapat anggukan dari Ester, Aura berlalu menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Ester sendiri memilih menghampiri Alcan yang sejak tadi masih terduduk di ruang tamu rumah orang tuanya.

"Main game mulu," ujar Ester setelah mendudukan diri di sebelah Alcan sambil menopangkan dagu di bahu kanan cowok itu.

"Selesai?"

Ester menautkan kedua alisnya mendengar pertanyaan Alcan.

"Selesai apa?"

"Masak."

Barulah Ester paham maka ia mengangguk. Ester ikut memerhatikan ke arah ponsel Alcan yang tengah menampilkan sebuah permainan online.

Namun, semakin lama Ester semakin bosan hanya melihat Alcan bermain game di ponselnya, Ester memilih untuk bermain juga dengan ponselnya tanpa merubah posisinya yang menyandarkan kepala di bahu Alcan. Sementara Alcan sendiri tidak merasa risih dengan kepala Ester di bahu kanannya, malah Alcan sesekali mendaratkan cium di pucuk kepala gadisnya.

Tanpa sadar kedekatan Alcan dan Ester sejak tadi diamati oleh seseorang. Aura tersenyum melihat Alcan yang memperlakukan seorang gadis dengan sangat lembut, meskipun Aura tahu sikap Alcan selama ini selalu datar dan dingin.

"Duduk sebelahan, tapi kok asik sama ponsel masing-masing."

Mendengar suara seseorang yang dikenalnya, Ester langsung menegakkan badannya dan menampilkan senyum kaku ke arah Aura yang sudah duduk di hadapannya.

Alcan segera mengakhiri permainan di ponselnya setelah melihat Aura duduk di hadapannya juga.

Aura sedikit terkekeh melihat dua sejoli di hadapannya gugup, sebenarnya yang terlihat sangat gugup adalah Ester sementara Alcan masih bisa mengendalikan ekspresinya.

"Ester semester berapa sekarang?" tanya Aura mengalihkan rasa gugup Ester. Ia merasa kasihan jika melihat Ester yang terlihat sangat gugup itu.

"Semester lima, Tan," jawab Ester.

"Sama dong ya sama Alcan, setahun lagi lulu?"

"Semoga."

Baru saja Aura ingin bertanya lagi, pintu utama rumah terdengar terbuka diikutu suara seseorang yang memberi salam.

"Sebentar, ya," ucap Aura lalu bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu utama rumahnya.

"Alcan, salam dulu sama Ayah."

Suara Aura membuat Alcan bangkit berdiri dan membalikkan badan, begitu juga dengan Ester.

"Yah," gumam Alcan sambil menyalami tangan pria paruh baya yang masih memakai pakain formal itu.

Sejujurnya Alcan merasa canggung atas kehadiran Ayahnya itu karena ini kali kedua ia bertemu dengan Ayah tirinya.

Ester yang setia berada di sebelah mengikuti jejak Alcan untuk menyalami tangan pria itu.

Chance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang