Bagian 5

1.4K 96 1
                                    

Hallo! Budayaka vote sebelum membaca ya, gaes! 😁

Don't be silent readers pliiss 😢

Happy Reading

***

Ester mendengus kesal ketika melihat sebuah kertas di tangannya yang berisi nama-nama kepanitian untuk event pekan olahraga dan seni bulan ini. Sedikit kesal karena Ester mendapatkan posisi sebagai bendahara dalam struktur kepanitian, padahal ia mendaftar sebagai sekretaris. Tidak sesuai dengan minat Ester.

Event tahunan kampus dengan tema olahraga dan seni di Universitas Nusantara biasa diadakan setiap satu tahun sekali dan di bulan yang sudah ditentukan. Acara ini diadakan oleh pihak kampus untuk semua fakultas, sehingga mahasiswa dan mahasiswi di seluruh fakultas bisa mengikuti acara ini dan ikut memeriahkannya.

"Kenapa muka lo begitu, Ter?" tanya Vero yang baru saja datang, tadi ia dipanggil dosen pembimbingnya untuk membicarakan salah satu mata kuliah yang belum ia tuntaskan pada semester lalu.

"Gue masuk kepanitiaan event Orseni," jawab Ester.

"Loh, bukannya lo daftar jadi panitia ya, kenapa lo malah kesel?" Kali ini Clara yang bertanya sambil mengaduk-aduk semangkuk bakso yang ada di hadapannya.

"Gue kan daftar jadi sekretaris, diterimanya malah bendahara. Males gue ngurusin duit," kata Ester, meletakkan kertas itu di atas meja.

Clara dan Vero yang penasaran pun melihat susunan kepanitiaan event olahraga dan seni pada tahun ini. Begitu mereka berdua melihat nama-nama siapa saja yang terpilih menjadi panitia, Clara dan Vero cukup terkejut dengan nama seseorang yang tertera sebagau ketua acara.

"Ketua acaranya Alcan?" tanya Clara sambil menatap Ester dengan ekspresi yang agak terkejut.

Mendengar nama Alcan, Ester langsung merebut kertas tersebut dari Clara, dan benar saja di sana tertulis nama Alcan dengan posisi sebagai ketua. Tadi saat menerima kertas itu Ester tidak terlalu memerhatikan nama-nama siapa saja yang menjadi panitia, ia fokus mencari namanya sendiri.

Kali ini Ester menghela napas, jika Alcan dan dirinya berada di satu kepanitiaan yang sama, itu artinya mereka akan sangat sering bertemu. Bukannya tidak senang, Ester hanya masih merasa canggung bila bertemu terus-menerus dengan Alcan.

"Eh, tapi gila sih sekarang si Alcan jadi ganteng banget!" seru Vero. "Dulu zaman SMA dia kan burik," lanjutnya.

"Damagenya parah sih dia," balas Clara setuju dengan perkataan Vero.

Sudah dikatakan sebelumnya jika dulu Alcan adalah sosok yang culun dan tidak berpenampilan menarik sama sekali serta tidak ada yang masu berteman dengan cowok itu, tapi semenjak masuk masa perkuliahan Alcan sangatlah berubah mulai dari penampilan sampai lingkar pertemannya pun berubah. Sekarang banyak kaum hawa yang memuja-muja Alcan.

"Nyesel gue pernah ngejek dia dulu," kata Vero.

Clara mengacuhkan perkataan Vero, ia melirik ke arah Ester yang tampak frustasi kali ini.

"Kenapa lagi lo?" tanya Clara.

Ester menghela napas dan menatap Clara sebelum berkata, "Gue belum sempet minta maaf sama Alcan."

"Nah ... ini kesempatan lo buat minta maaf dan deket lagi sama Alcan," ujar Clara.

Clara dan Vero sebagai sahabat Ester dari masa SMA pun tahu bahwa dahulu Ester sempat dekat dengan Alcan dan memiliki perasaan terhadap cowok itu. Namun, sebuah kesalahan pada diri Ester membuatnya jauh dari Alcan dan merasa bersalah atas apa yang terjadi.

Chance [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang