dr. strange - collapsed

2.3K 224 10
                                    

this is a part 2 from miss pangborn.
special appearance:
tony stark
christine palmer

(i don't own the pic)
_________________________________________

P A N G B O R N

Kulipat kertas yang baru dimuntahkan oleh printer dan memasukannya ke dalam amplop putih berjendela, amplop yang didesain dan dicetak oleh perusahaan tempatku bekerja sekarang untuk para karyawan-karyawannya yang mengajukan permohonan pengunduran diri. Hari-hariku bekerja di kantor ini sudah tak lagi menawarkan suasana kekeluargaan dan pertemanan; sebaliknya, sejauh langkahku pergi, ada saja bisik-bisik buruk tentangku setiap kali aku membalikkan punggung, obrolan rekan kantor yang semula riuh rendah berubah menjadi sepi ketika aku datang, dan aku menerima banyak cemooh sejak seseorang dari bagian HRD memergokiku menemui psikiater dan membuat gosip tentang betapa sintingnya aku semenjak ayah dan pamanku meninggal dunia. Bahkan ketika aku melangkah keluar dari gedung kantor ini, Edna Brown - manajer pemasaran sekaligus wanita lajang berumur 38 tahun berlidah tajam - mendengus, "Kasihan sekali. Masih muda sudah sinting."

Tapi aku belum masuk kategori perawan tua, balasku sengit dalam hati dan tetus berjalan.

Sendirian.

Rumah keluargaku telah diratakan sebulan sebelumnya. Hasil penjualan rumah itu seluruhnya kugunakan untuk membeli rumah mungil yang bisa kudapat di New York. Beberapa furnitur yang terlalu besar untuk dimuat di rumah, telah kulelang untuk menambah tabungan. Tetap saja, lebih banyak barang daripada orang yang tinggal di rumah.

Sendirian.

Kuputuskan untuk menaiki subway dan mencari udara segar. Sambil menyalakan ponsel, kupasang hands-free dan membuka aplikasi pemutar lagu untuk kudengarkan sembari berjalan. Aku bahkan punya playlist yang khusus kudengarkan untuk menemaniku berjalan kaki sendirian.

Sambil menempatkan handsfree pada kedua telingaku, kutengadahkan kepala untuk mengamati seperti apa hidup orang lain yang ada di sekitarku. Beberapa remaja perempuan mengobrol dengan gelas Starbucks di tangan. Seorang pria paruh baya berambut pirang duduk sendiri di bangku taman, tampangnya tampak setengah tertidur. Dua ekor anjing kampung berlari ke arah kursi taman itu, lalu mengencingi salah satu kaki pria itu. Tanpa membuat pria itu terbangun, dua ekor anjing itu lari terbirit-birit ke arah jalan aspal yang ramai karena banyak anak-anak bersepatu roda sedang bermain di sana.

Manusia dan segala kehidupannya, tidak pernah lepas dari keterkaitan.

Mendadak tubuhku menabrak dan hampir limbung ke belakang. Rasanya sebelah handsfree lepas dari tempatnya. Ketika aku menengadah, seorang pria berkulit hitam dengan tubuh yang tinggi berdiri diam di depanku.

"Maaf," gumamku tidak jelas sambil merogoh tasku, memastikan semua barangku ada di tempatnya.

Tatapan pria itu kaku namun terasa tajam. "Miss Pangborn?" Ia bertanya.

"Apa aku mengenalmu?" Karena aku tidak merasa pernah mengenalnya.

"Ikut denganku."

Tahu-tahu pergelangan tanganku sudah berada di belakang punggung dan tergenggam kuat-kuat. "Hei!" Aku memprotes keras-keras, namun langkah pria itu makin cepat menjauhi kerumunan dan terarah ke sebuah gedung tua yang agak sepi. Aku berhasil meneriakkan permintaan tolong satu kali, namun sebelah tangan pria itu hinggap di depan mulutku dan menempelkan selembar kain beraroma ganjil. Kloroform!

"Kami tidak punya cara lain," kata pria itu dari belakang tubuhku. Walaupun aku berupaya untuk menahan napas, namun aku malah menghirup napas dalam-dalam di balik kain sumpalan itu.

 assembled; avengers one-shotDonde viven las historias. Descúbrelo ahora