❝❞
"The sun will shine on us again," kami mengucapkannya perlahan-lahan, bersama-sama.
"Shuri," aku menghela napas panjang, "he is the sun to me."
"And he will shine on you, again."
❝❞...
Aku heran sama Koes Plus. Ada lagu mereka tentang hidup senang walaupun tak punya uang.
Lha kepiye, ndes.
Cari kerja susah. Sudah empat bulan aku menganggur. Daripada jadi beban orangtua, kuputuskan untuk mengisi waktu jadi ojek online saja. Aku sudah mendaftar dua minggu lalu, dan sekarang aku mulai mangkal di daerah Jakarta.
Tapi apa boleh buat. Baru hari pertama mangkal di dekat Stasiun Manggarai. Eh, sudah kena sial.
Aku baru mau mengambil pesanan penumpang bernama Sari ketika seorang laki-laki berambut panjang tiba-tiba naik di jok belakangku. "Bang, jalan bang!" Ia memerintah.
"Anda siapa s—"
"Bang CEPAT JALAN!" ia memerintah lagi, kali ini dengan nada panik.
"SAYA INI PEREMPUAN!" aku balas dengan suara meninggi.
"Nanti saya bayar!!!"
Di belakang, seorang pria berambut pirang panjang berlari-lari. Tubuhnya yang kekar tentu terlihat menonjol diantara pejalan kaki. "Loki! Loki!" Ia memanggil.
"AYO JALAN SEKARANG!"
Entah kenapa aku langsung tancap gas. Sepertinya aku lebih takut dengan pria pirang itu daripada pria di belakangku ini. "Anda siapa sih, segala merintah orang!" Aku menggerutu keras-keras.
"Loki."
"HAH?" Maklum, telingaku agak budeg kalau sedang di jalan.
"LOKI."
"Terus yang pirang gondrong tadi siapa?"
"Apa?"
Giliran dia yang budeg.
"PRIA PIRANG TADI SIAPA?"
"Kakak saya."
Aku tidak menjawab karena panik. Lima ratus meter di depan ada pemeriksaan polisi dan Loki belum pakai helm. Lantas aku menepi dan turun dari motor.
"Kau mau kuantar ke mana?" Aku bertanya.
Anehnya Loki tampak kebingungan. "Turis?" Aku mengernyit. Ia mengangguk.
Tapi kok sudah lancar Bahasa Indonesia ya.
"Begini saja. Bawa aku keliling-keliling, nanti akan kubayar dengan harga yang pantas. Bagaimana?" Loki menawarkan.
