dr. strange: arise

1.6K 224 19
                                    

this is the part 3 from miss pangborn.
special appearance: christine palmer

_________________________________________


Setelah mengunci pintu kamar rawat inap dimana (Y/n) berada, Strange duduk tepat di sebelah ranjang sambil melirik jendela sesekali, mengawasi suasana rumah sakit yang makin ramai menjelang pagi. Pagi keempat setelah kejadian yang meluluhlantakkan ruko itu.

"Stephen, how do you feel about her?" Christine bertanya.

"I don't know."

"Ayolah, tidak perlu sungkan bercerita padaku. Apa perlu aku yang menebak-nebaknya sendiri?"

"Christine--"

"Kurasa kau mulai menyimpan sesuatu padanya, Stephen. Namun aku ragu apakah itu kepercayaan, rasa sayang, atau hal yang lebih besar lagi; sayang dan percaya?"

Strange tidak menjawab karena ia takut untuk mengakui kebenaran yang dilontarkan Christine buatnya. Namun Christine selalu tahu. Maka dari itu, Christine hanya tersenyum melihat tingkah laku pria dewasa yang masih membiarkan ego mengalahkannya.

"Lakukan apa yang perlu kau lakukan. Hal-hal berharga yang menghilang begitu saja akan membuatmu menyesal, entah di masa ini, atau masa depan. Aku yakin perempuan yang bisa membuatmu  merasa seperti ini tidak akan datang dua kali," ucap Christine, berupaya membesarkan hatinya.

"And if I lost her?"

"Until then, don't let go," kata Christine sambil memberikan Strange pelukan singkat. Pria itu membalas sama singkatnya sebelum membiarkan Christine pergi melaksanakan tugas jaga malam.

"Oh, satu lagi, Dokter," Christine berbalik sebelum ia berbelok ke lorong, "you got my wedding invitation two weeks ago?"

"Dengan pita besar yang seukuran kantong kateter itu?"

Christine memutar kedua bola matanya dan Strange hanya mengangkat bahu. "Aku akan mengusirmu dengan belasan satpam dan pasukan dukun jika kau tidak membawa (Y/n)," Christine mendengus.

"(Y/n), jika kau belum mau kembali, maka aku akan menjemputmu," bisik Strange, kedua tangannya menggenggam tangan (Y/n) yang tertusuk infus. Tangannya dingin dan lemah, pikir Strange, lalu ia bergidik membayangkan apa yang seandainya terjadi.

Strange bahkan tidak punya keberanian untuk melihat masa depan (Y/n).

Masih menggenggam tangan (Y/n), Strange menarik napas - kemudian melompat ke dimensi astral.

***

Melayang-layang menyusuri lorong rumah sakit, Strange belum menyerah dalam usahanya mencari (Y/n). Ia berkali-kali menembus ruangan operasi dan juga ruang rekreasi, namun ia tidak menemukan roh yang ia cari.

Lambat laun, Strange merasakan sensasi deja vu yang sama ketika ia mengejar-ngejar Ancient One sebelum ia pergi untuk selamanya. Apakah ini saatnya? Strange bertanya-tanya dalam hati. Semakin lama ia semakin diliputi rasa cemas. Apakah (Y/n) benar-benar ingin pergi? Apakah ia bisa menemukan gadis itu? Atau lebih parah lagi, apakah  (Y/n) akan pergi sebelum ia bisa mengucapkan selamat tinggal?

Melintasi sebuah koridor yang dekat dengan taman di lantai tujuh, Strange berhenti untuk menoleh pada sebuah pintu geser yang mengarah ke balkon. Hari baru telah dimulai, dan surya telah bangun dari tidur malamnya.

 assembled; avengers one-shotDonde viven las historias. Descúbrelo ahora