loki odinson - pagi

2.1K 220 65
                                    

pesenannya MeetSnowflakes 💫

kali ini aku pasang peringatan ya, untuk yang usianya 18+!

***

Perbedaan kebanyakan aku yang masih berusia empat tahun dengan aku yang sekarang itu lumayan banyak. Contohnya? Waktu aku kecil dulu, aku selalu yakin kalau iblis itu jahat, malaikat itu baik, kita harus sayang sama putri-putrian dari Disney, kita harus membenci penjahat dan nenek lampir, dan lain-lain, dan seterusnya, dan lain sebagainya.

Di umurku yang sekarang ini, aku malah sering membayangkan berhubungan seks dengan tokoh antagonis.

Fantasi bodoh inilah yang menjadi bencana bagi karirku di SHIELD. Sebagai publisis The Avengers sekaligus rekan kerja Maria Hill, otomatis aku menjadi dekat dengan para Avengers dan jajaran agen SHIELD. Tidak hanya itu, aku juga punya 'keistimewaan' untuk dekat dengan para musuh-musuh Avengers. Dan musuh yang belakangan ini mulai menujukkan sifat netralnya kepada kaum manusia adalah adik Thor, yang masih dalam pengawasan sejak dua tahun terakhir.

Jadi, setiap hari rutinitasku begini; bangun pukul tujuh, mandi dan berpakaian di flat yang disediakan Stark untukku di Stark Tower. Menyiapkan sarapan pukul delapan pagi, kemudian membangunkan Loki tepat pukul sembilan.

Membangunkan Loki takkan jadi masalah jika ia tidak berbuat onar. Disinilah masalahku dengannya benar-benar besar, karena Loki biasanya mengkloning dirinya sendiri untuk menjebakku. Loki Palsu akan berpura-pura sedang mandi, sedangkan Loki Asli masih bergelung di kasur. Yang biasanya kulakukan ialah meletakkan nampan berisi sarapan di atas meja makan sebelum kuhampiri ranjangnya.

"Aku tahu kau ada di dalam," kataku dan mengguncang bahunya. "Bangun, sudah pagi."

Kudengar suara erangan dari dalam selimut. "Lalu apa yang harus kulakukan kalau pagi? Berfotosintesis?"

"Kau bisa memulai harimu dengan mandi," aku memutar bola mataku.

"Atau menggodamu," wajahnya menyembul dari dalam selimut dan tersenyum. "Aku suka melihatmu pagi-pagi."

"Aku lebih suka melihatmu kalau kau sudah mandi," aku membalas.

"Aku mandi semalam!" Loki mengerang.

"Tidak ada alasan. Ayo, bangun!" Kataku dan menarik lengannya. Namun kekuatannya lebih besar dariku; tiba-tiba seluruh lenganku ditarik dan aku sudah berbaring tepat di sebelahnya.

Ia meletakkan lengannya di sekeliling pinggangku dan mendekatkan hidungnya ke leherku. "Aku suka reaksi kimia yang kudapat dari mengendus lehermu," ia berkata pelan.

"Maksudmu, aromaku."

"Benar." Kali ini, ia menyentuhkan bibirnya pada kulit leherku yang terbuka, menyebabkan sensasi dingin yang membuatku ketagihan dan bukannya kedinginan. Kemudian, bibirnya bergerak turun menuju tulang leherku, yang membuatku lemas hingga ke ujung-ujung kaki.

"Say my name," ia berbisik di telingaku. Aku justru mendesah, sengaja menghiraukan keinginannya. Karena ia menyukainya juga.

Loki memperbaiki posisinya dan ia sekarang berada di atasku. "Kalau begini, apa kau akan memanggil namaku?" Ia bertanya.

"Tergantung seberapa keras kau mau mencoba membuatku memanggil namamu," aku menggodanya balik dan mengecup sekilas lehernya. Kecupanku disambut baik oleh bibirnya yang segera memeluk hangat bibirku. Loki berhasil membuatku larut, seperti lelehan air yang siap membuatnya basah.

Tahu-tahu kaosku telah terlepas, berikut pakaian dalam dan celana bahan yang kukenakan. "Kau masih belum mau menyebut namaku?" Ia bertanya.

Aku menggeleng dan terkekeh pelan sementara Loki mulai menindihkan tubuhnya perlahan. Bibirnya bergerak turun, perlahan dan melenakan; ciuman di bibir, sapuan halus di leher, sedikit jilatan dan kecupan di daerah dada, ciuman lambat yang menuruni perut, dan hingga akhirnya ke pinggang. "Apa kau yakin tidak mau memanggil namaku?" Ia bertanya lagi.

"Mm-hmm."

Loki hendak melakukan sesuatu, namun di saat itu juga pengeras suara yang terhubung di setiap kamar mendadak berbunyi. "Aku butuh publisisku!" Sebuah suara memerintah. Itu Tony. "(Y/n), kau lebih baik cepat-cepat ke sini sebelum kau dipecat!"

Aku dan Loki saling bertatapan, kemudian kami tergelak-gelak bersama. "Yah, aku perlu menemui bosku sekarang," kataku.

"Tunggu."

"Tunggu apa?"

Mendadak Loki menurunkan pandangannya ke pangkal pahaku dan mengecupnya lama. Tentu saja itu membuatku mendesah, "Loki!"

Loki mengerling ke arah jam dinding di atas lemari. "Dua belas menit lebih lama daripada kemarin pagi," ia berkata.

"Jangan sekarang, oke?" Aku tertawa dan beranjak dari ranjang sambil mengenakan ulang pakaianku. "Aku harus pergi sebelum bosku memergoki kita."

"Dipergoki juga tidak masalah. Kita sudah berhubungan diam-diam begini sejak... satu tahun?"

"Satu tahun dua bulan, Loki."

"Ah. Ya. Dan tidak ada seorangpun yang tahu."

"Kakakmu tahu."

"Ya, dan kita perlu menjaga rahasianya aman seperti itu," katanya. Aku mendorong Loki pelan. "Kita bisa lanjut kapan-kapan," janjiku.

Aku sudah berada di ambang pintu ketika Loki membalas, "Aku tidak seharusnya berhubungan secara romantis dengan manusia."

Aku tersenyum. "Kata pria yang berusaha membuatku mendesahkan namanya," balasku dan berkata, "habiskan sarapanmu dan mandi, oke?"

Aku seharusnya hanya bertugas menjaga si penjahat,

tapi aku malah menyukai sentuhan yang ia lakukan padaku.

 assembled; avengers one-shotWhere stories live. Discover now