steve rogers - a transjakarta date

2.2K 271 159
                                    

this is a special one;
an imagined trip with steve rogers.


***

[Natasha Romanoff]
Apakah ada perkembangan baru denganmu dan Steve?
Seen 12:22

[(Y/n)]

Hubungan apa? Kami hanya teman dekat. Tidak lebih, tidak kurang.

Sent 12:23

[Natasha Romanoff]
Caramu mengatakannya membuatmu terdengar menyedihkan. Jangan begitu, (Y/n). Kau masih punya harapan!
Seen 12:29

[(Y/n)]

Harapan cuma bakal membunuhku pelan-pelan, Nat. Masalahnya, tidak ada yang pasti ketika kita mengharapkan sesuatu.

Sent 12:29

[Natasha Romanoff]
Lalu, bagaimana dengan surat itu?
Seen 12:32

[(Y/n)]

Lupakan saja surat itu.

Sent 12:33

Aku menghela napas setelah membalas pesan Natasha dan memasang earphone untuk mendengarkan (komen dengan lagu kesukaanmu, let me know!). Kusenderkan kepalaku di jendela bus Transjakarta, menuju... entahlah. Aku naik Transjakarta dari halte Juanda dan aku asal memilih bus tanpa melihat destinasinya.

Ini semua karena Steve.

Semalam, Steve kembali bertengkar dengan pacarnya yang sekarang, Julia. Masalahnya adalah, Julia adalah tipe orang yang memperlakukan Steve sebagai pahlawan yang harus selalu menyelamatkan hidupnya. Padahal Steve bukan selalu menjadi pria gagah yang siap berkorban untuk dunia; terkadang Steve menjadi pecemas dan ingin dimanja. Julia tidak bisa melihat hal itu.

Bukan hanya aku yang sudah muak. Teman-temannya pun sama muaknya. Stark berusaha memperkenalkan Steve kepada wanita-wanita yang ratusan kali lebih cantik dari Julia. Clint seperti aku namun versi pria; menjadi pendengar yang baik. Thor dan Bruce berpura-pura muntah setiap kali Julia berkunjung ke Stark Tower (dan mereka sering melakukannya). Bucky yang iseng selalu membuat Julia tersandung atau kepentok furnitur, dengan meletakkan barang sembarangan dan sengaja menubruk Julia dengan lengan besinya (Lengan besinya! Bayangkan seberapa besar bengkak yang disebabkan keisengan Bucky). Vision dan Wanda berlomba-lomba untuk membaca pikiran Julia dan kemudian mendiskusikannya tanpa Steve. Dan Natasha... yah, ia tidak bisa sembarangan memukul warga sipil, jadi ia lebih sering memotong dan menyela omongan Julia yang menurutnya, "Tidak ada bedanya dengan wanita goblok yang mengantri untuk Steve."

Telepon masuk tiba-tiba membuat musik yang mengalun, berhenti. Aku agak kaget, lalu membaca siapa yang menelpon. Grandpa Steve, begitu kunamai dia di ponselku karena secara teknis usianya nyaris mencapai seratus tahun. Kuangkat teleponnya di dering keempat. "Halo?"

"Hei, (Y/n). Suara di sekelilingmu kedengaran ribut sekali."

"Aku sedang berada di bus."

"Menuju?"

Kulirik monitor yang menunjukkan rute bus ini. "Sepertinya bus ini akan menuju Bundaran HI sebentar lagi. Aku tidak yakin."

"Bagaimana kau merasa tidak yakin? Biasanya kau yakin akan segala hal."

"Aku asal pilih bus tadi," jawabku singkat.

Seperti anak kecil yang penasaran, Steve kembali bertanya, "Dan bagaimana kau bisa salah naik bus?"

 assembled; avengers one-shotWhere stories live. Discover now