steve rogers - we're okay but we're a million miles away

2K 236 12
                                    

a/n: cevans kebanyakan bacot jir kl dia bakal resign dari MCU, i feel attacked

*** 


"Are you falling in love with her?

Peggy Carter berbaring di ranjangnya, menunggu jawaban dari Steve yang duduk di sebelahnya. Walaupun Peggy merasa lelah sekali hari ini, ia tetap berusaha terjaga untuk mendengarkan Steve... sebelum Alzheimer yang dideritanya mulai kambuh.

Steve memandang Peggy yang penuh keriput dan sakit keras dengan penuh sayang. Ia juga merasa malu, sebenarnya. Mengakui bahwa ia jatuh cinta pada orang lain yang bukan cinta pertamanya mungkin kedengaran lucu. 

"Steve..."

"Aku tidak tahu, Peggy," Steve menghela napas perlahan, "akan ada perang di depanku dan aku perlu bersiap untuk itu. Aku perlu memfokuskan diri untuk prioritas tertinggiku, menyelamatkan dunia."

Peggy terkekeh mendengarnya. "Menyelamatkan seluruh dunia juga berarti menyelamatkan dunianya," kata Peggy. "Kurasa aku pernah mengatakan hal ini padamu, Steve. Satu-satunya penyesalanku adalah kau belum sempat membangun kehidupanmu sendiri."

"Pria yang menginginkan kehidupan semacam itu sudah terkubur di dalam es tujuh puluh tahun lalu, Peggy," kata Steve. "Kurasa pria yang lain keluar."

"Jangan bicara konyol, Steve," Peggy menyanggah. "You do love her. It's just... You're way too insecure."

"Insecure?"

"Hmm. Dia tidak akan meninggalkanmu begitu saja karena dia mencintaimu, dan kalian berdua sama-sama tahu tentang ini. Justru, kau takut kalau kau akan meninggalkannya demi misimu untuk menjaga dunia."

Peggy mendadak terbatuk dengan keras, dan ketika Steve berbalik untuk menuangkannya segelas air putih, ia menatap Peggy yang menatapnya dengan kebingungan.

"Peggy?" Steve memanggil.

"Maaf, nak," Peggy mengernyitkan dahi. "Tapi kau mengingatkanku pada seseorang yang pernah kucintai lama sekali."

*** 

Ketika Steve berteriak, "(Y/n), aku pulang!" dari depan pintu, aku sedang asyik memutar piringan hitam album Paul Anka memakai gramofon tua milik Steve. 

Aku segera menghambur ke dalam pelukan Steve di ruang tamu. "Selamat malam," ucapku di telinganya.

"Selamat malam juga, Nona (Y/n). Dan mengapa kau bisa memutar lagu Paul Anka di gramofonku?" Steve mengernyit sambil melepas pelukan kami. "Aku tidak punya piringan hitamnya."

"Tapi aku punya. I know you hate him, but would you give Paul a chance? Pretty please?" aku tersenyum lebar. 

"Apapun untuk nona favoritku," Steve tersenyum mengalah. Aku tertawa melihatnya menuruti keinginanku. 

Kebetulan sekali lagu Diana telah usai, diganti lagu Put Your Hand on My Shoulder yang mengalun santai. "Berdansalah denganku," aku menarik lengannya, kemudian mendekatkan diriku dengannya hingga jarak di antara kami tidak bersisa.

"Katakan, mengapa kita melakukan ini," Steve tertawa selagi aku memutar tubuhku. 

"Kita melakukan ini karena aku mencintaimu dan kau mencintaiku," aku menjawab.

"Cukup adil," kata Steve. 

"Selain itu, kau punya misi yang perlu kau jalani selama beberapa minggu kedepan," aku melanjutkan. "Ini, adalah tradisi kita sebelum kau pergi."

Steve berkata dengan serius hingga jantungku rasanya mau melompat keluar, "Kau tahu kalau aku tidak akan kemana-mana. Karena rumahku adalah dirimu, (Y/n)."

"That's adorable," aku tersenyum getir, "but you're leaving me tomorrow morning at 5. I should wake you up at 4, preparing breakfast for you, having our breakfast with you, et cetera, et cetera."

Steve berhenti berayun dalam gerakan berdansa, namun jemarinya masih bertautan denganku. "We're gonna be okay," ia berkata, terdengar tegasseperti sebuah janji.

"Although we're a million miles away." Aku menjawab, melengkapi janjinya seperti sebuah ikrar.

 assembled; avengers one-shotWhere stories live. Discover now