bucky barnes - a commuter ride

902 108 39
                                    

catatan penulis: semua tempat yang kusebut di bawah benar-benar ada, kecuali kafe yang ada live music. penulis nggak ada kepentingan promosi di sini. tapi kalau mau datang di tempat-tempat yang disebutkan juga boleh. siapa tau ketemu sebastian stan di kereta.

***

Dokter Stefan memberikanku sebuket bunga sebelum aku meninggalkan kantornya, lengkap dengan sepucuk surat singkat. "Kapan-kapan kita ketemu lagi, tapi jangan sebagai pasienku, ya!" Ucapnya riang.

Dharmais hari ini bisa dibilang cukup sepi. Sedikit mobil yang terparkir di luar. Beberapa orang mondar-mandir ketika aku melewati lobi. Melewati pintu keluar, aku keluar dan menyambut cuaca hari ini yang cukup bersahabat. Aku segera menjauh dari daerah Slipi dan akhirnya tiba di Stasiun Tanah Abang.

Di dalam KRL, para penumpang mulai mirip ikan teri. Sudah berdesakan, bau keringat lagi. Maklum, banyak orang yang sengaja berbelanja ke Pasar Tanah Abang, ada yang punya toko kue kering, ada yang punya toserba, ada—

... si Lelaki Jatinegara di pojok kereta. Siapa ya nama panggilannya? Sudah lama aku tidak melihatnya. Seperti biasa, ia mengenakan earphone dan kali ini ia menenteng dua plastik hitam besar.

Dengan susah payah menyebrangi lautan ikan teri, aku berusaha menghampiri pria itu. Ia tampak rapi namun santai dengan atasan hitam biasa.

 Ia tampak rapi namun santai dengan atasan hitam biasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Halo," kataku, berusaha menarik perhatiannya. "Kita pernah bertemu, 'kan?"

Lelaki itu menatapku seolah-olah ia baru disapa oleh presiden. Sedetik kemudian ia tersenyum lebar. "Oh, Nona (Y/n)! Sudah lama aku tidak bertemu denganmu!"

"Iya, lama banget," aku menimpali. "Habis belanja, ya?"

Baru saat itu aku ingat kalau namanya adalah Bucky. Ia melirik kedua plastik di tangannya. "Iya, oleh-oleh. Minggu depan aku kembali lagi ke negaraku," kata Bucky.

Oh.

Secepat itu?

"Banyak juga ya oleh-olehnya," aku berkomentar.

"Anu, um... itu semua daster," Bucky mengaku malu-malu.

Sontak aku tertawa keras-keras, dan pria itu terkekeh mendengar tawaku. "Kau beruntung banget. Dasternya Tanah Abang bagus-bagus."

"Aku tidak salah pilih tempat berarti."

"Iya, di Tanah Abang apa saja ada. Tapi aku belum pernah ketemu tempat makan yang enak, itu aja. Kalau mau makan paling ke daerah Pecenongan, Glodok, Kelapa Gading..." aku berkata.

"Glodok?"

"Iya, di Glodok kebanyakan masakan Chinese. Memangnya kenapa?"

"Tidak apa-apa, aku baru teringat temanku," kata Bucky agak pelan.

Aku agak penasaran mendengarnya. "Memangnya ada apa dengan Glodok dan temanmu?"

"Temanku makan di Glodok bersama teman perempuannya. Setelah mereka jalan-jalan, teman perempuannya ini menyatakan cinta pada temanku lewat surat," Bucky menjelaskan. Nadanya terdengar prihatin. "Itu membuat temanku agak bingung dengan perasaannya."

 assembled; avengers one-shotWhere stories live. Discover now