1

10.1K 698 15
                                    

Tolong bantuannya dalam mengoreksi typo..

✨Happy reading✨


Entah untuk berapa lamanya kaki Angella terus melangkah melewati lorong panjang gelap tak berujung itu, ia tak mengetahui dimana kini dia berada, satu-satunya yang di pikirannya kini ini adalah menemukan air secepat yang ia bisa. Waktu terus berlalu untuk jangka yang tak di ketahui, kini tenggorokannya terasa begitu kering, terasa tercekik hingga ia nyaris mati. Air.. Itulah yang ia butuhkan saat ini.

Tiba-tiba cahaya di depan sana muncul setitik cahaya redup. Angella menyipitkan matanya, secercah harapan bangkit tatkala cahaya di ujung sana tumbuh semakin besar dan besar. Ia merasakan semangat yang berpacu untuk memaksa kakinya agar terus melangkah, walau tubuhnya sudah terasa begitu lelah ia terus memaksakan dirinya saat melihat cahaya yang tumbuh semakin silau. Tujuannya sebentar lagi akan tercapai. Hanya sebentar lagi, hanya sebentar lagi.. Kata-kata itu terus ia lapalkan berulang-ulang dalam hatinya.

Semakin lama cahaya itu tumbuh semakin dan semakin menyilaukan. Hingga akhirnya ia berdiri di ujung cahaya yang membutakan matanya. Ia mengulurkan tangannya hingga terangkat di depan wajahnya, matanya menyipit berusaha melihat apa yang ia dapatkan dari kerja kerasnya.

Dan tiba-tiba..

Sayup-sayup ia mendengar beberapa suara di sekitarnya. Mata yang entah berapa lama tertutup itu perlahan terbuka, pemilik bulu mata lentik itu akhirnya membuka dan mengerjapkan matanya.

"Sayang, kamu sudah bangun. Syukurlah.. Bi, tolong beritahu perawat agar menelpon dokter Aryo bahwa Angel sudah bangun!"

"Baik nyonya."

Angella mengenali siapa saja pemilik suara-suara itu. Suara yang entah untuk berapa tahun lamanya tidak pernah lagi ia dengar. Suara yang begitu ia rindukan..

Perlahan penglihatannya mulai menjelas, tirai kulambu merah muda kini menyapa penglihatannya.

Ini.. kamarnya. Kamar lamanya. Ia ingat dengan jelas sebelum ia memutuskan menikah dengan Rafael sebelumnya penampilan kamarnya memang seperti ini. Namun ia memutuskan untuk mendekor ulang kamarnya takut jika calon suaminya itu tidak menyukainya.

Namun..

Bagaimana ini bisa terjadi?

Apakah ini mimpi?

Ataukah ia sudah mati dan kini berada di surga?

Ia mulai mencoba menggerakan kepalanya ke samping untuk melihat sekitar. Namun seberapa keras pun hasilnya nihil, badannya terasa begitu kaku untuk sekedar menuruti perintahnya.

"Sayang.."

Suara itu terdengar kembali, ia berusaha membuka bibirnya untuk membuka suara namun sengatan di tenggorokannya begitu menyakitkan.

"A-Air.." Satu kata itu berhasil terucap dengan susah payah.

Tak lama kemudian ia mendengar suara berderak dari sesuatu yang mendekatinya. Wajah itu.. benarkah ini semua? Tangan pucat dan kurus itu menyodorkan sebuah gelas lengkap dengan sedotan ke arah mulutnya.

Mata Angella berkabut, apakah ia bermimpi? Jika ya maka ia harap ia takkan terbangun lagi.

"Minumlah." suara lembut itu mengalun menyapa pendengarannya.

Perlahan Angella mencoba mengerahkan tenaganya untuk menarik air dari sedotan. "Jika kamu tidak bisa bunda akan mengambil sendok untuk membantumu minum."

Namun Angella menolak untuk menyerah. Dan entah untuk percobaan yang keberapa akhirnya ia pun berhasil meminum airnya. Ia minum dengan rakus seakan tak menemukan air untuk bertahun-tahun lamanya, tak lama kemudian suara langkah tergesa-gesa bergema mendekatinya.

My Angel Is My Beautiful Devil - Sudah TerbitWhere stories live. Discover now