2

8K 621 6
                                    

Beberapa terakhir ini aku mencoba untuk mem-publish cerita ini, tapi entah kenapa selalu gagal 😰. Error-kah sistem watty akhir-akhir ini? Aku benar-benar cemas baik untuk nasib ceritaku dan readers-ku😔.

Mudah-mudahan kalian memaklumi🙏. Karena kebetulan tadi pagi aku main ke rumah sahabat juga katanya.. Bahkan akun watty-nya sama sekali gak bisa di buka beberapa hari ini😵, hingga akhirnya ia buat yang baru untuk mengakses cerita-cerita kesayangannya di watty. Bahkan di pencarian pun akunnya seakan hilang tak berbekas. Sama sekali gak bisa di temukan. Jadi bisa di bilang aku masing untung cuma gak bisa up..

Oke happy reading guys

**

Serangkaian proses pemeriksaan telah selasai di lakukan. Dokter mengatakan jika keadaan Angella kini sudah mulai stabil, dan jika ini terus berlanjut ini adalah hal yang baik, maka Angella pun akan segera pulih.

Clarisa mengucapkan termakasih beberapa kali sebelum akhirnya bergegas kembali ke samping putrinya begitu dokter mengangguk dan pergi. Ia memegang tangan Angella erat, menatapnya dengan penuh kasih dan rasa haru.

"Kamu dengar sayang. Dokter mengatakan kamu akan segera sembuh."

Angella mengangguk mendengarnya. Senyum kelegaan pun tersunging dibibirnya. Ia pun bahagia, bahagia karena ternyata Tuhan memberinya kesempatan kedua.

Aku kembali..

Tak lama kemudian pintu kembali terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya yang masuk dengan membawa semangkuk bubur di sebuah nampan.

"Senang akhirnya melihat nona membuka mata anda lagi." ucap suara hangat dari wanita yang tidak lain adalah pelayan setia Clarisa.

Bi Asih.. Tenggorokan Angella tercekat menggumamkan nama wanita patuh baya yang telah membantu Clarisa membesarkannya selama 20 tahun ini.

Tiba-tiba ingatannya melayang pada kenangan kehidupannya sebelumnya. Ia ingat dulu ia tidak pernah memperlakukan kedua orang yang kini menatapnya dengan hangat dengan baik. Dulu ia sering mengabaikan ibu kandungnya ini karena berfikir bahwa Clarisa tidak sebanding dengan Mila ibu tirinya yang di matanya selalu terlihat sempurna dalam segala hal, teruma karena mampu mengambil hati ayahnya ___ Frans. Ya selama 10 tahun ini memang Frans lebih menyukai istri keduanya dan mengabaikan istri pertamanya yang sakit-sakitan. Hal itulah yang mendasari pemikiran konyol Anggella, dan tentu saja di manfaatkan oleh Mila yang cerdik untuk meracuni gadis itu sejak usia dini agar lebih menyayangi dan mempercayainya di banding Clarisa ibu kandungnya sendiri. Dan tentu saja rencananya berjalan dengan sempurna, selain memperoleh kasih sayang suaminya ia juga berhasil mengendalikan anak tirinya dalam genggamannya, membuat Angella tumbuh menjadi gadis penurut namun di luar di kalangan masyarakat lebih dikenal sebagai gadis arogan yang tidak masuk akal dan manja.

Mengingat hal itu membuat Angella tidak dapat menahan diri dari menghela nafas. Betapa bodoh dan butanya ia dulu.

Ia bahkan sejauh berpikir bahwa Mila lebih menyayangi dirinya dibanding Diana, mengingat Mila di permukaan lebih mengutamakan dirinya. Betapa konyolnya. Jika di pikir lebih seksama dan matang sekarang, itu tidak lebih dari sekedar ilusi semata. Semua yang di lakukan sepasang ibu dan anak itu tidak lebih dari sekedar sandiwara belaka. Mereka rela memasang topeng bertahun-tahun demi mendapatkan tujuan mereka. Yang tidak lain adalah harta kekayaan dan kekuasaan!!

"Ada apa sayang?" Clarisa bertanya dengan cemas setelah melihat putrinya diam untuk waktu yang cukup lama. Hatinya tidak bisa menahan perasaan khawatir apalagi melihat kerutan yang tercipta di kening putrinya.

Angella mengerjapkan matanya kembali dari bayangan masa lalunya saat mendengar suara khawatir ibunya. Ia tersenyum ringan, mengambil tangan Clarisa yang saat ini mengusap keningnya lembut kemudian menggenggamnya.

"Tidak apa-apa. Angel hanya merasa bersyukur, karena masih di beri kesempatan untuk melihat bunda lagi."

Mendengar pertanyaan putrinya Clarisa tak bisa menahan rasa haru dan tangisnya. Air mata berurai melihat kondisi putrinya yang telah terbaring di ranjang pesakitan ini lebih dari dua bulan. Meski kini Angel-nya telah membuka matanya membuat sebagian simpul di hatinya terbuang tetap saja melihat kondisi putrinya yang masih lemah seperti ini membuat hatinya sakit.

"Istirahatlah. Bunda ingin kamu cepat sembuh." Clarisa berucap dengan suara yang bergetar.

"Mm." Angella sedikit menggerakan kepalanya ingin mengangguk.

Namun gerakan ringan itu tak sengaja membuat luka di kepalanya semakin terasa menyengat. Ia tidak bisa tidak meringis merasakan rasa perih dan ngilu hingga membuat matanya sedikit berkunang-kunang.

"Hati-hati sayang." melihat hal itu membuat Clarisa dan Bi Asih panik.

Setelah beberapa lama Bi Asih pun menyerahkan mangkuk bubur pada Clarisa. Clarisa mulai menyuapi Angella dengan sabar.

Setelah selesai Clarisa membantu Angella minum menggunakan sedotan. "Minumlah secara perlahan." ucapnya lembut.

"Terimakasih Bunda." Angella memandang Clarisa. "Terimakasih bi." kemudian ia mengucapkan terimakasih pada bi Asih membuat mata wanita tua itu berkaca-kaca.

"Sama-sama nona. Ini sudah menjadi tugas saya. Nona tidak perlu berterima kasih. Yang terpenting saat ini adalah kesehatan nona." wanita paruh baya itu menjawab dengan penuh kekhawatiran.

Melihat keduanya Angella merasakan rasa asam di hatinya. Dulu ia telah menyia-nyiakan ibunya, mengabaikan wanita paruh baya yang begitu tulus menyayanginya. Rasa penyesalan pun semakin dalam ia rasakan, apalagi saat mengingat tahun itu setelah kematian Clarisa sebuah peristiwa besar terjadi. Bi Arum saat itu di tuduh menjadi penyebab kematian Clarisa dengan di temukannya bukti sebuah botol obat di dalam kamarnya. Konfirmasi dari rumah sakit mengatakan jika obat di botol tersebut berfungsi untuk melemahkan syaraf secara perlahan-lahan. Tampaknya obat itulah yang menjadi penyebab kelumpuhan Clarisa selama bertahun-tahun. Dan mengingat bi Arumlah yang selama ini melayani Clarisa disisinya selama bertahun-tahun di tambah dengan bukti di temukannya botol obat tersebut di dalam kamarnya membuat wanita paruh baya itu tak terelakkan lagi menjadi tersangka. Hingga pada akhirnya dengan keputusan hakim di pengadilan, bi Arum di jatuhi hukuman seumur hidup.

Tatapan kekecewaan saat persidangan berakhir yang bi Arum layangkan padanya masih tergambar jelas dimatanya.

Tangan Angella mengepal kuat mengingat semua itu. Tanpa sadar ia mencengkram kuat selimut yang di pakainya. Untungnya Clarisa dan bi Arum tak memperhatikan hal itu. Mencoba mengatur emosinya Angella menghela nafas panjang sebelum kembali tenang. Senyum tipis kini kembali menghiasi wajahnya.

Clarisa dan Bi Arum pergi meninggalkan Angella agar gadis itu dapat beristirahat. Angella mengangguk dan menutup matanya, namun setelah bunyi pintu tertutup dan memastikan keduanya menjauh gadis itu pun membuka matanya kembali. Dalam mata hitam itu ada cahaya yang bersinar di dalamnya. Dalam tatapan tenang sedalam kolam tanpa dasar itu ada berbagai keteguhan dan keyankinan yang dapat membuat seseorang menggigil jika melihatnya.

"Akan ku kembalikan semua rasa sakit yang kalian lakukan pada orang-orang terdekatku!" suaranya terdengar sangat dingin.







Tbc..

***

Baru dapat fell aku, makanya baru di lanjut.
Maafkanlah..

27 Februari 2019

My Angel Is My Beautiful Devil - Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang