24

6.1K 609 51
                                    

"Ketiga kalinya. Sepertinya kita memang berjodoh."

Teguran dari arah belakang membuat gadis pemilik manik coklat itu menoleh sambil menghentikan langkahnya, begitu pula dengan pria sipit di sampingnya.

Seorang pria dengan setelan jas putih rapi berjalan lengkap dengan senyum yang menghiasi bibirnya. Siapa saja yang memandangnya dengan sekilas akan tau jika pria ini adalah orang yang ramah. Namun Angella hanya tersenyum tipis layaknya menghadapi seorang klien. Karena ia tau, justru tipe pria seperti inilah yang paling gemar menyakiti hati wanita.

"Aku tidak menyangka jika pemilik saham terbesar kedua di perusahaan ini adalah dirimu. Kau memang selalu memberiku kejutan di setiap pertemuan kita."

"Maaf?" Angella sama sekali tidak mengerti apa yang di maksud pria dihadapannya.

Mikael menyentuh dadanya, memasang wajah seolah terluka. "Jangan bilang jika kamu melupakan pertemuan-pertemuan kita?"

Kening Angella berkerut berusaha menggali ingatannya sekiranya dimanakah ia pernah bertemu pria ini. Seingatnya hanya sekali di pesta waktu itu saat ia melihat pria ini bersama Rafael. Namun Mikael tadi berkata 'pertemuan-pertemuan mereka' yang artinya lebih dari sekali. Namun Angella benar-benar tak ingat dimanakah lagi ia pernah bertemu pria ini selain di pesta hari itu dan tentu hari ini. Seingatnya ini adalah pertemuan kedua mereka.

"Maaf, selain di pesta waktu itu dan hari ini saya tidak ingat."

Mikael menghela nafas tampak kecewa namun tak mengurangi sedikitpun ketampanannya.

"Sudahlah tak perlu difikirkan. Ah ya, kita belum berkenalan secara pribadi. Aku Mikael, kau bisa memanggilku baby, sweetheart, atau apapun yang kau suka."

Sudut bibir Angella berkedut mendengar perkenalan absrudnya. "Angella." Angella turut mengulurkan tangannya.

"A beautiful name."

"Thaks you."

Dengan gerakan ringan Mikael mengangkat tangan Angella dan mengecupnya.

Di samping Angella, Lee menggosok hidungnya tampak canggung menjadi obat nyamuk. Apalagi melihat Ceo Global group ini yang secara terang-terangan merayu Angella. (tolong koreksinya ya jika aku lupa nama perusahaannya).

"Jika tidak keberatan aku ingin mengundangmu makan siang." Ucap Mikael setelah melepas tangan Angella dengan ekspresi enggan.

"Maaf, tapi hari ini saya cukup sibuk. Mungkin lain kali." Tolak Angella yang semakin membuat wajah pria tampan di depannya memasang raut terluka.

"Baiklah. Lain kali! Dan aku akan menagihnya. Jangan ingkar janji!" Ucap Mikael yang hanya di tanggapi senyum tipis dari Angella.

"Kami permisi dulu." Pamit Angella dan juga Lee.

"Berhati-hatilah." Mikael melambaikan tangannya melihat kepergian keduanya. Senyum pun tak pernah luntur dari bibirnya.

❤ ❤

Angella dan Lee berjalan berdampingan menuju tempat mobil mereka terparkir. Keduanya tampak asyik membahas rencana-rencana untuk pembangunan restoran Angella selanjutnya.

Seorang pria bersandar di kap mobil depan memandangi keduanya dengan raut datar. Tak ada yang dapat menebak apa yang difikirkannya. Kemudian tubuh tegapnya berdiri tegak dan menghela langkah.

Sentakan serta tarikan di pergelangan tangannya membuat Angella terpekik saat tubuhnya membentur dada seseorang yang keras. Ia mendongak bertemu dengan sepasang mata tajam yang menatapnya dingin, membuat tubuhnya membeku serta kaku.

My Angel Is My Beautiful Devil - Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang