9

6K 552 30
                                    

Part 10 gak jadi ya, maaf tadi ke pencet. Masih belum di revisi soalnya.





✨Happy Reading✨




Setelah beberapa saat terdiam Diana kembali buka suara. "Oh ya, tadi kamu mengatakan ingin bekerja. Kenapa kamu tidak memulai bisnismu sendiri saja?"

Diana memutuskan untuk kembali ke percakapan sebelumnya, berusaha agar suasana di ruangan itu tak terlalu tegang. Karena apapun yang di katakannya tampak sia-sia, Angella selalu memiliki semua jawaban dari pernyataannya.

Suaranya yang lembut berhasil sedikit mencairkan suasana, namun itu segera di patahkan oleh pertanyaan Angella yang selanjutnya.

"Memangnya kenapa kalau aku kerja di perusahaan ayah?" Angella bertanya dengan wajah polos, berseri tampak begitu tertarik.

Sudut bibir Diana berkedut, nafasnya sedikit compang-camping. Ia kembali meneguk minumnya berusaha menenangkan diri sebelum menjawab dengan nada yang masih terdengar hangat. "Ya tidak apa-apa. Hanya saja jika kamu memulai usaha kamu sendiri dari nol bukankah itu bagus untuk menambah pengalaman? Kamu juga akan lebih mandiri jika kamu bisa mengandalkan diri kamu sendiri dan itu bagus untukmu. Bukankah begitu?" Dalam hati Diana percaya diri dengan sarannya, sejak dulu adiknya ini akan mengikuti semua saran yang di ajukannya terlepas apa permasalahannya.

Senyum dingin tersungging di bibir Angella. Ah, teratai putih ini masih sama seperti sebelumnya. Apa ia tidak memiliki ide lain selain dari saran ini? Dulu pun ia menggunakan alasan yang sama untuk menolak permintaan tolong darinya. Ia malah menambahkan bahwa ia dapat membuktikan diri pada Rafael. Sepertinya narasinya tergantung pada situasi dan kondisi. Namun sifat liciknya memang telah mendarah daging sejak lahir. Angella menyipitkan matanya melihat senyum cerah di wajah Diana. Sepertinya ia begitu yakin jika ia akan menuruti sarannya.

Angella memasang wajah bingungnya. Matanya yang cerah berkedip seolah tersenyum. "Bukankah kakak sendiri juga bekerja di kantor ayah?" tanyanya dengan begitu santai.

Senyum di bibir Diana berubah kaku dan senyum di bibir Angella semakin lebar. Gadis itu menyandarkan punggungnya seolah tengah menyaksikan lelucon paling menggelikan sepanjang masa.

Ia saja yang anak tiri bisa bekerja di perusahaan ayahnya, kenapa ia yang anak kandung tidak bisa?!

Angella menyindir mengingatkan Diana akan statusnya. Dan ia pun menyindir jika Diana sendiri tak cukup mandiri karena selalu bergantung pada ayahnya. Apa-apan dengan maksudnya melarangnya bekerja di perusahaan keluarganya sendiri. Bukankah Diana cukup tak tau malu dengan mengajukan saran tersebut?!

Diana merasa suasana canggung tak berubah sekitpun yang ada malah semakin canggung. Ia berdehem untuk membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba terasa tercekat. Ia ingin membalas namun tak tau harus menjawab apa, ia kebingungan mengutarakan alasan, tak menyangka jika Angella akan membalasnya seperti itu.

Tak di ragukan lagi Angella membalasnya dengan telak!

Ruangan itu berubah sunyi senyap. Tak tahan dengan suasana canggung akhirnya Diana memilih untuk pamit beralasan masih ada yang harus dilakukannya.

Angella tetap tenang di kursinya, seakan menikmati kemalangan Diana.

"Ada lagi?" tanya Frans setelah lama terdiam.

Senyum kecil yang terukir di bibir Angella tiba-tiba lenyap, di gantikan oleh ekspresi serius.

"Aku ingin mendiskusikan sesuatu dengan ayah."

Frans mengangkat alis melihatnya.

..............................................

Derap langkah kaki tak henti-hentinya terdengar dari para pelayan yang kini tengah sibuk menyajikan berbagai hidangan yang di masak para koki untuk para penghuni kediaman mewah itu ke ruang makan.

My Angel Is My Beautiful Devil - Sudah TerbitWhere stories live. Discover now