Bab 7 - Dini

134 17 0
                                    

Written by Mbok_Dee

🌸🌸🌸🌸🌸

Bab 7

[Chie, temeni ke Galaxy yuk]

Gak lama balasan gadis betawi itu masuk
[Mo cari apa loe?]

[Sepatu] jawabku singkat

[Males]

Eh, kurang asem nih anak.
[Nginep rumah ntar malam, ada Mas Bram lho]

Sebut nama Mas Bram pasti langsung setuju,
[oke]
Nah kan.

***

"Tahu gini ngegrab aja, Din," keluhnya setelah hampir satu jam kita mencari parkir.

"Lah, tadi kan dah kubilang." jawabku jengkel.

"Udah ah, mo cari apaan sih Loe?" tanyanya.

"Udah dibilang mau cari sepatu. Si buluk kesayanganku ini udah mulai masuk list Mama." List Mama yang berjudul 'yang harus dibuang'

"Loe juga sih, kayak orang susah aja. Sepatu sudah kaga jelas warnanya masih aja dipake. Itu biru atau item sih?"

"Putih, Chie!" bentakku. Emang sebuluk itu ya sepatuku?

"Hah! Itu sepatu putih?" Kulihat kearah sepatuku, emang dah gak putih sih. Tapi masih bagus kan, gak sobek juga.

"Udah pilih sana." Kami memasuki gerai converse di sebelah Jco yang terlihat ramai.

"Gue tunggu di Sushi Tei aja ya, Loe pasti lama. Gue pesenin makan dan minuman favorit Loe deh ntar."

Tanpa menunggu jawabanku, gadis berkerudung itu sudah melangkahkan kaki menuju gerai yang menyediakan menu masakan jepang.

Setelah hampir tiga puluh menit galau menentukan warna, akhirnya kudapatkan apa yang kucari dan kubawa langkahku menuju Sushi Tei.

Saat itulah kulihat dia, lelaki yang bilang gak punya pacar. Si dokter yang Mama harapkan menjadi calon Imamku, yang dengan santai memanggil Mama Papa layaknya anak menantu. Dia yang duduk berdua dengan gadis cantik dengan kerudung senada dengan tunik yang dia pakai.

Tanpa diperintah, kakiku melangkah menuju meja mereka. Terlihat wajahnya menjadi pias saat melihatku berdiri didekat mejanya.

"Kamu ...?"

Kenapa wajahnya seperti suami yang ketahuan selingkuh dan gadis itu ....

"Katanya gak punya pacar, Mas?" sindirku.

Kalau Uchie dengar nada suaraku, pasti dia udah salto dan menari bahagia. Tanpa sadar suaraku seperti orang yang terbakar cemburu, bahkan sikapku pun seperti orang cemburu. Entah kenapa untuk berkenalan dengan gadis itupun aku enggan, persis seperti orang yang cemburu.

Kusebut namaku dan kusambut uluran tangan gadis yang membuatku ... , "Dini."

Kutolak ajakan bergabung bersama mereka, aku tahu diri. Disini aku hanya gadis yang berkenalan dengannya, bukan calon istrinya. Tetapi yang paling menggangguku adalah gadis itu, ada sesuatu tentangnya yang membuatku penasaran. Tetapi juga ada rasa jengkel dan marah yang kurasakan saat melihatnya.

Tak kuhiraukan panggilannya, aku terus berjalan menuju Uchie yang Alhamdulillah sibuk dengan makanannya jadi tidak sempat melihat dramaku barusan.

"Pulang, Chie!" perintahku.

"Eh, enak aja. Gue lagi makan ini, tuh pesenan Loe juga belum disentuh." Uchie dan makanan memang bagai sepasang kekasih yang tak terpisahkan.

"Kamu yang makan aja semuanya, aku tunggu dimobil." Kulangkahkan kaki menuju tempat mobil terparkir. Marah, kecewa, jengkel, malu tapi juga penasaran.

Dua Hati [Complete]Where stories live. Discover now