Extra Part 2

213 18 2
                                    

Hai hai ...

Ketemu lagi di AnnDee

Kali ini extra part is written by Mbok_Dee

Sesekali dia perlu di-dorr, kan ... 😜

So, sebelum baca, jangan lupa klik tanda bintang di pojok kiri bawah yaa...

Terima kasih semua.
😘😘😘

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Dikejauhan aku melihat Mama, Papa, Mas Bram dan Mbak Anis dengan senyum bahagia di wajah mereka masing-masing. Sempurna. Kalau momen ini bisa kuberhentikan, inilah momen paling sempurna. Mereka terlihat keluarga yang sempurna. hati kecilku sedikit tercubit melihatnya. Mereka sempurna tanpa ada aku disana.

"Sayang." Aku terbangun dengan sedikit sakit kepala, acara pengajian malam ini menguras tenaga. Mungkin karena aku menahan marah dan kuatir karena Mas Andy lagi lagi tanpa kabar.

"Sayang." Sekali lagi kudengar suara yang membuatku tak bisa tidur hampir setiap malam.

"Mas, ini beneran kamu kan!" Tanyaku saat melihatnya berlutut didepanku. Melihat senyumnya membuatku ingin melayangkan badan dan memeluknya seerat yang kubisa.

"Adek!" Sebelum aku bisa memeluknya, suara Mas Bram sudah menahanku. Ternyata selama ini dia berdiri menanti Mas Andy membangunkanku.

"Mas tunggu dibawah, ya." Setelah memastikan aku bangun, Mas Andy dan Mas Bram turun.

"Din din jangan pake dandan. Pacarmu udah lihat kamu ngiler tadi!" Teriak Mas Bram dari bawah.

"Brambang goreng kurang ajar!"

"Adek!" Teriakan Mama membuatku langsung terdiam.

"Sorry, Mam."

"Ayah boleh duduk?" Pertanyaan Ayah membuatku kembali ke resepsi Mas Bram.

"Silahkan, Yah." Lidahku sedikit kaku menyebut Ayah padanya.

"Kenapa duduk disini?" Ayah duduk disamping ku dengan jarak aman.

Aku nyengir menjawab pertanyaan Ayah, gak mungkin aku menjawab karena sedih kan.

Jangan salah, aku bahagia melihat mereka berdua. Kurang sempurna apa lagi hari ini, Mas Bram menemukan tambatan hatinya yang ternyata kakak kandungku sendiri. Apalagi Mama dan Papa, bahagia mereka terlihat jelas diwajah mereka.

"Adek, sedih?" Aku terkejut mendengar pertanyaan Ayah.

"Kenapa Ayah bilang adek sedih?"

"Karena wajah adek gak bisa bohong."

"Wajar gak sih kalau Adek sedih, Yah?" Mencoba menyamarkan sedihku dengan tersenyum selebar mungkin.

"Wajar. Bram selama ini sudah menjaga Adek. Semenjak tadi pagi tanggung jawabnya bertambah satu, menjaga kakakmu. Tapi, bukan berarti Adek kehilangan Bram."

"Adek tahu. Ayah, adek minta maaf kalau seandainya belum bisa sedekat itu dengan Ayah. Bukan karena Adek gak mau dekat Ayah, tapi semua ini terlalu cepat. Adek butuh waktu untuk dicerna. Gak papa kan?" Semenjak kejadian lamaran yang berakhir dengan reuni keluarga, aku memang belum berkunjung lagi ke rumah ayah. Bukan karena aku gak mau. Jujur aku bingung merasakan semuanya.

Dalam waktu yang bersamaan, aku menemukan kakak dan ayah kandung sekaligus. Ketidak jelasan posisi Mas Andy menambah masalah di kepalaku.

"Gak masalah, Dek. Kapanpun adek mau kerumah Ayah, pintu rumah akan selalu terbuka untukmu." Aku tersenyum melihat lelaki yang nanti akan menjadi wali nikahku. Setelah menggeser badan, aku meletakkan kepala dipundaknya. "Terima kasih, Yah."

"Dek, itu bukannya Andy?" Ayah menunjuk lelaki yang bernyanyi sambil bermain gitar. Gak mungkin, bukan Mas Andy kan itu!

Dan 'ku bertanya maukah kau terima?
Pinangan tanpa sisa cinta yang lain
Rona bahagia perpancar dari anggukan
Saat 'ku pasangkan pasang cincin di jemari

Semua mata mengarah kepadaku, Ayah memintaku untuk mendekat kearah panggung. Dari kejauhan aku mendengar teriakan Mas Galuh dan Uchie.

"Eciiieee, Dini dilamar."

"Terima terima terima ...." Ingatkan aku untuk melakban mulut anak-anak kantor semuanya.

Mama, Papa dan pasangan baru terlihat tertawa melihatku dengan mata menghunus lelaki yang masih menyelesaikan lagunya diatas panggung kecil itu.

Jantungku berdetak tak beraturan, hari ini harusnya hari mereka berdua bukan hariku. Aku melihat Mas Bram, ada senyum jahil dimatanya. Aku berlari dan memeluknya, menyembunyikan wajahku di dadanya. "Eciiiee, adek dilamar."

"Adek malu. Hari ini kan harusnya menjadi hari istimewa Mas Bram dan Mbak Anis." Kata-kataku teredam dada Mas Bram saat dia mengeratkan pelukannya.

"Andy sudah minta ijin untuk mencuri waktu hari ini. Gimana mas mau menolak. Saat ada lelaki yang khilaf ingin melamarmu. Dari pada nanti dia terlanjur sadar kalau salah lamar, gimana?"

"Mas!" Bentakku.

"Mas, kamu itu lho." Teguran dari sang istri membuatnya mengurangi ketawa liciknya. Sepertinya Mas Bram akan jadi anggota suami-suami takut istri nantinya. Rasain.

"Dek, Andy nunggu itu." Suara mama menyadarkanku dan melepas pelukan. Saat membalik badan untuk melihatnya, aku dikejutkan dengan Mas Andy yang berdiri tepat dibelakangku dengan kotak cincin di telapak tangannya.

"Terima terima terima terima ...." Dalam sekejap semua suara teredam oleh detak jantungku sendiri. Semua wajah menghilang, dan hanya bisa tersisa Mas Andy dengan batik motif sama dengan kain jarik yang kupakai. Senyum dibibirnya menular padaku, sorot matanya menguatkanku.

Begitu aku tersadar, cicin itu sudah terpasang manis di jariku. Pelukan hangat Mama membuatku menangis kemudian, "Selamat ya Adek, Mama bahagia sekali."

Sempurna.
Tadi aku merasa tanpa keberadaanku membuat mereka sempurna, ternyata aku salah. Tanpa mereka aku yang tidak sempurna. Merekalah yang menyempurnakan aku, mereka membuatku utuh.

The end beneran, deh.

Kalau ada yang nanya, bakal di bukukan ndak?
Jawab: Ndak. (Ndak yakin siapa yang mau baca juga 😅😜)

Ada kelanjutannya lagi ndak?
Jawab: Ndak juga. (Kami sudah terlalu edan untuk melanjutkan lagi, atau lebih tepatnya si mbokdee yang paling edan. 🤣✌)

Yakin udah The end
Jawab: Yakin 1678%

Sampai jumpa di next project yaa.

Salam sayang dari kami berdua. 😘😘😘

Вы достигли последнюю опубликованную часть.

⏰ Недавно обновлено: Aug 16, 2020 ⏰

Добавте эту историю в библиотеку и получите уведомление, когда следующия часть будет доступна!

Dua Hati [Complete]Место, где живут истории. Откройте их для себя